Kompas Articles

Poros Maritim, Peluang dan Tantangan

shutterstock_142163473

 

(Ini adalah lanjutan dari artikel Ina Liem di Kompas KLASS, Rabu 16 Maret 2016, berjudul “Menyiapkan SDM di Era Tol Laut”. Bagian pertama artikel ini bisa dibaca di sini)

Salah satu program Presiden Jokowi adalah membangun 24 pelabuhan, 5 di antaranya pelabuhan laut dalam (deep sea port), yakni di Belawan (Sumatera Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Sorong (Papua).

Jalur yang menghubungkan semua pelabuhan ini disebut Tol Laut, yakni sistem distribusi barang yang mengandalkan kapal besar dan pelabuhan laut dalam.

Dengan transportasi terpadu, harga barang di daerah tidak akan berbeda jauh dengan di pulau Jawa. Tujuannya, pembangunan bisa merata di wilayah-wilayah yang selama ini tertinggal dan masyarakat akan lebih merasakan hasilnya.

Menurut praktisi logistik Muliadi Wibowo, wacana poros maritim dari Presiden Jokowi akan melahirkan banyak bisnis baru. General manager business development di perusahaan pelayaran nasional ini mengatakan, larangan menjual ikan di tengah laut kepada kapal asing membuka peluang bagi perusahaan jasa transportasi laut kita. Poros maritim akan membangkitkan ekonomi daerah di berbagai sektor.

Belum populer

Berbagai informasi menarik tampaknya masih belum terakses publik. Contohnya, data Frost & Sullivan menunjukkan, hingga akhir 2014, peluang pasar logistik di Indonesia sekitar Rp 1.800 triliun dengan pertumbuhan yang terbilang cepat. Tidak mengherankan, program studi logistik belum dilirik mayoritas pelajar dan orangtua mereka.

shutterstock_123990643

Penulis mendapati banyak yang menempuh bidang logistik dan SCM di tingkat S-2 setelah bekerja dan merasakan peluang dan tantangannya. Luella Luhukay, contohnya. Sarjana S1 Akuntansi ini melanjutkan studi S-2 di bidang Logistics and SCM di University of Westminster, Inggris, setelah menangani lalu lintas barang di perusahaan minuman tempatnya bekerja dan melihat pentingnya keahlian ini.

Begitu juga Angeline Halim. Lulusan S-1 di bidang Marketing & Human Resources ini banting setir mengambil studi Logistics and Supply Chain Management dari RMIT, Australia, setelah bekerja di sebuah ship chandler di Melbourne, perusahaan pemasok berbagai kebutuhan dan perlengkapan kapal.

Di program Master of Supply Chain and Logistics Management di RMIT, mata kuliah favoritnya adalah Professional Logistics Practice yang mengajak mahasiswa melakukan field trip, mengunjungi berbagai perusahaan terkait logistik, seperti Coca Cola Amatil Warehouse, Melbourne Port, dan Australia Post. Kini, gelar master yang baru diraihnya telah membawanya ke posisi National Administrator Officer di K Line Australia Pty Ltd, Melbourne.

Berebut kue logistik

Jumlah pengusaha logistik terus bertambah, tidak hanya pemain lokal, tetapi juga asing. Dari perusahaan kecil hingga kakap bertarung di sini, mulai dari freight forwarding, transporter, sampai perusahaan kurir yang jumlahnya ribuan. Maraknya pengiriman barang dari belanja daring belakangan turut mendongkrak tumbuhnya sektor logistik.

Aktivitas logistik dunia, khususnya di negara-negara Asia, terus meningkat. “Oleh karena itu banyak perusahaan asing mau masuk ke Indonesia,” kata Zaldy Ilham Masita, Presiden Asosiasi Logistik Indonesia. Ini tantangan bagi generasi muda kita untuk menguasai ilmunya sebelum industri logistik nasional kita yang “manis” ini dikerubuti “semut-semut” asing.

Bayangkan, ketika lima pelabuhan laut dalam sudah siap beroperasi, jalur transportasi laut sudah dipetakan dan diatur, dan perdagangan lewat laut berkembang pesat, siapa yang akan mengelola semuanya ini? Haruskah kita mengimpor tenaga asing hanya karena kita belum siap?

Ina Liem

Authir and CEO Jurusanku

@InaLiem

@kompasklass #edukasi

Ads 2-04

About the author

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Ia telah memberi konsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (author), pembicara (public speaker), dan Certified Career Direct Consultant.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*