Career and Study

Daging Buatan – Inovasi Pangan Yang Mengancam Industri Peternakan

shutterstock_142176865 (1)

Di masa Pandemi ini, beberapa investor kelas kakap malah menggelontorkan dana milyaran dolar ke beberapa perusahaan startup yang memproduksi daging buatan.

Ada daging buatan yang berasal dari bahan nabati untuk para vegetarian. Penampilannya mirip daging dan rasanya pun mendekati rasa daging asli. Perusahaan pembuat daging tiruan seperti ini antara lain Impossible Foods dan Beyond Meat, asal Amerika.

Bagi yang penasaran bagaimana rasanya produk nabati serasa daging asli ini, ada beberapa tempat yang menjual burger berbahan nabati ini. Beberapa resto ini ada di Jakarta, antara lain BlueZone Center, Ivy Restaurant, The Safehouse, dan Monty’s Restaurant.

Namun ada pula daging buatan yang memang berasal dari sel hewan yang sering disebut cultured meats. Proses pembuatannya diawali dengan pengambilan sel hewan hidup lewat proses biopsy. Lalu sel diisolasi untuk dibiakkan di laboratorium. Setelah sel berbiak, mereka dipindahkan ke bioreactor untuk dibesarkan. Di dalamnya, sel-sel ini diberi aneka protein, asam amino, mineral, gula, garam, dan bahan-bahan lain. “Panen” dilakukan ketika kumpulan sel ini sudah mencapai kepadatan memadai.

Gagasan ini diperkenalkan Jason Matheny di tahun 2000an. Tahun 2013, professor di Maastricht University, Mark Post, adalah orang pertama yang membuktikan konsep itu bisa dilakukan. Ia sukses membuat daging burger dari sel-sel hewan. Daging buatannya pertama kali disajikan di sebuah resto di Israel.

Diminati investor

Belakangan, beberapa startup yang mengembangkan bahan makanan inovatif, tidak hanya protein alternatif seperti misalnya daging buatan, mendapat dana jumbo selama 2019 dan 2020. Dari 10 startup paling inovatif di bidang pangan, sembilan ada di Amerika Serikat.

Memphis Meats adalah salah satu startup di Amerika penghasil cultured meats. Januari 2020, perusahaan ini mendapat tambahan dana sebesar US$ 161 (sekitar 2 triliun rupiah) dari beberapa investor besar dunia. Mereka antara lain Temasek, SoftBank dan Norwest. Yang menarik, orang terkaya dunia, Bill Gates dan Ricahrd Branson, juga ada di balik pendanaan ini.

Apa hebatnya Cultured Meats?

Orang tentu bertanya mengapa investor besar rela bertaruh di industri yang masih belum jelas hasilnya ini? Ada beberapa alasan. Pertama, sudah lama bermunculan komunitas yang menentang kekejaman terhadap hewan, termasuk hewan ternak yang dagingnya kita makan. Banyak yang memilih menjadi vegetarian, namun banyak pula yang tetap ingin makan daging.

Alasan lain soal lingkungan. Peternakan perlu lahan luas sehingga sering terjadi penggundulan lahan. Lagi pula, hewan ternak memerlukan pakan dari tumbuhan dan menghabiskan banyak air. Semua ini memperparah pemanasan global dan berkurangnya cadangan air tanah. Kerusakan planet sulit diatasi selama kita masih mengandalkan daging hewan ternak.

Alasan ketiga soal ketahanan pangan. Jumlah penduduk bumi terus bertambah. Jika peternakan menyumbang kerusakan lingkungan, maka perlu ada upaya menciptakan pengganti daging yang proses pembuatannya ramah lingkungan.

Terakhir, kita bukan hanya butuh makanan yang ramah lingkungan namun juga enak dan sehat. Daging buatan tentu bebas dari aneka penyakit hewan yang berbahaya seperti misalnya penyakit sapi gila atau Anthrax, flu burung, cacing pita dan sebagainya.

Bahkan dengan CRISPR kelak bisa dihasilkan daging yang lebih menyehatkan dan lebih sesuai kebutuhan tubuh. CRISPR adalah enzim yang berfungsi semacam ‘gunting’ untuk membuang unsur-unsur DNA yang tidak dikehendaki untuk menghasilkan karakteristik tertentu. Dengan CRISPR orang bisa memenuhi keinginan konsumen, misalnya daging kambing atau dada bebek tanpa kolesterol.

Ancaman Bagi Bisnis Peternakan

Menurut situs Futurism.com, perusahaan startup Memphis Meats yang ikut didanai Bill Gates dan Richard Branson, berpeluang menggoyang industri daging yang nilainya saat ini $200 milyar, atau sekitar 2.800 triliun rupiah.

Perusahaan ini masih bereksperimen untuk menemukan cara lebih murah untuk menghasilkan daging buatan. Mereka bahkan telah mengajukan hak paten untuk menggunakan metode CRISPR untuk menghasilkan daging ayam dari sel ayam jenis Gallus. Sementara itu untuk menghasilkan daging sapi mereka menggunakan sel jaringan sapi jenis Bos Taurus.

Kata juru bicara Memphis Meats ini: “Kami akan berusaha menghasilkan produk-produk yang lebih baik bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, serta tersedia banyak dengan harga lebih terjangkau.” Diyakini, metode CRISPR bisa membuat proses pembuatan daging laboratorium ini lebih efisien dan cepat.

Apabila gerakan dan seruan tentang perlunya Gaya Hidup Ramah Lingkungan semakin diterima banyak bangsa, mungkin bisnis peternakan akan terdisrupsi seperti ketika perusahaan taksi tergusur angkutan online.

Memang, kebutuhan akan bahan makanan berbasis protein hewani akan tetap tinggi sebab jumlah penduduk dunia juga terus bertambah. Namun, peternakan sebagai industri yang sudah berusia ratusan tahun akan mengalami masa surut dengan kehadiran ‘pemain baru’ seperti Memphis Meats ini.

Sisi positipnya, kelak manusia punya lebih banyak pilihan. Kalau kamu pecinta daging namun ingin tetap sehat sambil menjaga kelestarian bumi, kamu bisa pilih daging tiruan berbahan nabati seperti produksi Impossible Foods. Namun penyuka daging asli (kalau rasa dan sensasinya memang beda) tetap bisa menikmati daging asli yang bukan berasal dari rumah pembantaian hewan.

Bagi yang berminat pada jurusan Teknologi Pangan atau sedang menimbang prodi ini sebagai pilihan jurusan, kamu akan memasuki era yang sedang berubah. Akan makin banyak temuan inovatif di dunia pangan yang menjadikan bidang ini semakin menarik. Ini memang masa gemilang bagi penyuka perubahan.

 

Sumber lain:

Screen Shot 2020-12-10 at 13.53.14

Alissa Quart: “Republic of Outsiders: The Power of Amateurs, Dreamers, and Rebels,” October 2014

Ads 2-04

About the author

Budi Prasetyo

Budi Prasetyo

Budi Prast adalah Founder jurusanku.com. Selain aktif melakukan penelitian di bidang pendidikan, bersama Ina Liem ia menulis “7 Jurusan Bergaji Besar”, "Kreatif Memilih Jurusan", dan "Majors for the Future". Minat utamanya meliputi pendidikan, data analytics, dan design thinking. Ia juga salah seorang Kontributor Kompas KLASS untuk rubrik #baca.

1 Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*