Success Tips

Jangan Mimpi Jadi Pemimpin Kalau Tidak Mau Banyak Membaca

shutterstock_140895319
(Artikel ini diambil dari tulisan Michael Hyatt yang berjudul “5 WAYS READING MAKES YOU A BETTER LEADER – The Science Behind Reading and Influence”. Michael Hyatt adalah penulis, pembicara, trainer di bidang pengembangan diri dan profesi terkenal dari Amerika Serikat.)

Mencari teman yang doyan membaca kok rasanya sulit, ya.

Sejak SD, kita tidak diharuskan banyak membaca. Di kuliah pun mahasiswa bisa lulus tanpa pernah membaca textbook sampai tuntas. Sangat jarang keluarga dengan koleksi ratusan buku. Menemukan lawan bicara berwawasan luas sulitnya minta ampun. Tiap hari yang jadi obrolan orang cuma soal makanan enak, gosip artis, peristiwa kriminal, dan sinetron.

shutterstock_145972004

Meskipun penduduk kita lebih dari 200 juta, bisnis perbukuan bukan lahan manis sebab jumlah pembaca luar biasa sedikit. Bayangkan, satu judul buku yang laku 3000 eksemplar di tahun pertama sudah dianggap sukses. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, satu judul buku yang disebut best seller sedikitnya terjual ratusan ribu kopi.

Tak tanggung-tanggung, Michael Hyatt menulis di blognya bahwa krisis membaca sebetulnya sama dengan KRISIS KEPEMIMPINAN. Artinya, makin sedikit orang suka membaca, makin sedikit pemimpin tangguh yang muncul. Sangat jarang pemimpin sukses yang tidak suka membaca. Banyak yang memiliki koleksi ribuan buku dari berbagai bidang dan minat.

Menurut Hyatt, rendahnya tingkat baca di masyarakat justru peluang bagi yang banyak membaca dan berwawasan luas. Mengapa? Sebab pembaca cenderung menjadi pemimpin, baik di bidang politik, sosial, pendidikan maupun bisnis. Hyatt menyebutkan setidaknya 5 alasan.

Membaca Membentuk Cara Berpikir Lebih Baik

Pertama, membaca membentuk cara berpikir yang lebih baik. Membaca adalah salah satu cara paling efisien untuk memperoleh informasi. Pemimpin memerlukan sangat banyak bentuk pengetahuan umum agar mampu menangkap peluang.

Anne E. Cunningham dalam jurnalnya “What Reading Does to the Mind” membandingkan pengetahuan umum yang dimiliki para pembaca dan para penonton TV. Hasilnya, pembaca bukan hanya tahu lebih banyak, tapi juga lebih peka terhadap informasi yang salah. Dengan kata lain, membaca meningkatkan kemampuan memilah yang benar dan yang salah. Intuisi memang perlu, namun pemimpin harus didukung banyak informasi sebelum membuat keputusan.

Membaca juga meningkatkan kemampuan analisa. Kita jadi mudah mengenali pola dan kaitan di antara berbagai informasi yang seolah tidak saling berkaitan. Itu sebabnya diperlukan juga “irrelevant reading,” yakni membaca di luar bidang utama kita. Semasa hidupnya, Steve Jobs menggemari karya-karya penyair William Blake. Padahal kita tahu Jobs adalah seorang engineer. Tapi mungkin justru gairahnya pada syair lah yang memberinya percikan gagasan brilian pada berbagai temuannya yang revolusioner itu.

Membaca Meningkatkan People Skills

Kedua, bertolak belakang dengan anggapan umum, membaca meningkatkan people skills. Berbagai kisah dalam novel, biografi, atau memoar mengajar kita memahami sudut pandang orang lain lewat pengalaman dan motivasi mereka.

Seorang pemimpin bisnis terkenal mengaku wawasan tentang manusia yang diperolehnya dari cerita fiksi membantunya menjadi pemimpin efektif. Membaca meningkatkan Emotional Quotient (EQ) nya. Kemampuan berempati membuatnya mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis, memahami motivasi bawahan, menetapkan sasaran-sasaran perusahaan, dan banyak lagi.

Membaca Melatih Komunikasi

Ketiga, membaca membantu berkomunikasi lebih efektif. Luasnya topik bacaan memperkaya kita dengan perbendaharaan kata yang jarang terdengar di televisi. Ini penting bagi pemimpin sebab banyaknya perbendaharaan kata bukan hanya membantu komunikasi yang lebih akurat. Perbendaharaan kata yang luas membantu kita memilih kata-kata yang lebih persuasif sehingga mendorong orang lain berperilaku seperti yang kita harapkan.

Membaca Menurunkan Stres

Keempat, membaca membantu kita mengendorkan urat syaraf. Salah satu kemampuan yang mutlak dimiliki pemimpin adalah mengelola tingkat stresnya. Yang menarik, kegiatan membaca serta merta menurunkan kadar stres kita.

Sebuah penelitian mendapati bahwa di antara kegiatan membaca, berjalan kaki, mendengarkan musik, atau minum teh, ternyata membaca paling efektif menurunkan detak jantung dan mengurangi ketegangan hanya dalam 6 menit, apapun buku yang dibaca. Jadi, membaca bisa menjadi pelarian dari ketegangan hidup sehari-hari.

Membaca Membuat Awet Muda

Terakhir, membaca membuat awet muda. Menurut riset oleh Keith E. Stanovich, membaca membuat pikiran kita tetap tajam sekalipun kita bertambah tua. Bahkan dengan olahraga otak lewat buku dan bacaan lainnya kita bisa mencegah kepikunan di hari tua.

Nah, kesimpulannya, kalau mau jadi pemimpin, kita cuma perlu gemar membaca. Ini satu cara yang akan membuat kita menonjol dan sekaligus membekali kita dengan kemampuan mempengaruhi orang yang dibutuhkan seorang pemimpin. Kini coba jawab: sudah berapa buku yang kamu baca? Siapkah kamu menghadapi banjirnya tenaga asing di era MEA tanpa bekal membaca?

Ads 2-04

About the author

Budi Prasetyo

Budi Prasetyo

Budi Prast adalah Founder jurusanku.com. Selain aktif melakukan penelitian di bidang pendidikan, bersama Ina Liem ia menulis “7 Jurusan Bergaji Besar”, "Kreatif Memilih Jurusan", dan "Majors for the Future". Minat utamanya meliputi pendidikan, data analytics, dan design thinking. Ia juga salah seorang Kontributor Kompas KLASS untuk rubrik #baca.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*