bagian 4
Data Scientist: The Sexiest Job
(salah satu fasilitas program studi Data Science di University of South Australia. foto: University of South Australia)
Begitu ampuhnya data science sampai Harvard Business Review memuat tulisan Data Scientist: The Sexiest Job of the 21st Century. Ini bukan tanpa dasar. Pada tahun 2011, McKinsey Global Institute memprediksi adanya kekurangan hampir 200 ribu ilmuwan data pada 2018. Ini baru di Amerika Serikat saja. Pantas saja kalau perusahaan mengiming-imingi mereka dengan gaji ukuran “jumbo”.
Data scientist dibutuhkan di semua area yang memerlukan analisis statistik dan melibatkan data yang sangat besar. Bidang aktuaria (asuransi), perbankan, keuangan, konsultan jasa statistik, telekomunikasi, industri pabrik, pemasaran, industri kimia dan farmasi, riset kesehatan, dan pertahanan termasuk yang memerlukan keahlian ini. Posisinya sebagai business analyst, data solutions manager, information systems analyst, market intelligence analyst, dan sejenisnya.
Tidak berlebihan jika McKinsey Global Institute menyimpulkan aplikasi big data akan menjadi unsur penentu dalam persaingan. Selain produktivitas meningkat, perusahaan jadi makin inovatif, dan konsumen makin rela membayar lebih untuk produk atau layanan yang ditawarkan.
Kalau kita melongok LinkedIn, permintaan akan data scientist sudah sangat banyak. Namun, yang memenuhi kriteria masih sangat langka. Ferris Thia, seorang praktisi big data di Jakarta, memperkirakan pemanfaatan big data secara penuh di negeri kita baru akan booming 5 tahun lagi. Daripada peluang ini direbut tenaga kerja asing, mengapa kita tidak persiapkan diri sejak sekarang?
Masih terkait big data, kini, banyak universitas menawarkan program Business Analytics, meskipun fokusnya berbeda dengan data science. Lulusannya bukan menjadi data scientist. Business Analytics membekali eksekutif dengan kesadaran akan peran strategis big data, cocok untuk pimpinan perusahaan yang ingin mencari solusi berbasis data.
“Aplikasi big data akan menjadi unsur penentu dalam persaingan.” McKinsey Global Institute
Melalui data analytics, mereka bisa segera mengetahui kapan saat tepat meluncurkan produk baru, menyandingkan produk tertentu dengan produk lain, mengatur tata letak di gerai, bahkan mengirim pesan unik kepada pelanggan yang berlainan.
Metode ini terbukti meningkatkan jumlah pelanggan, dan tentu saja profitnya. Bahkan, perusahaan tertentu tumbuh di atas rata-rata industrinya. Riset McKinsey mendapati bahwa perusahaan ritel yang memakai big data secara penuh mampu meningkatkan laba operasinya lebih dari 60 persen.
mbak, utk di Indonesia, perguruan tinggi mana yg sudah membuka jurusan Data Science atau yang sejenisnya?
Trims
Setahu kami belum ada.
Universitas Teknologi Yogyakarta
Bisa dimasukkan pertimbangan.
kak, kalau untuk di Indonesia kita sebaiknya ambil fakultas & jurusan apa ya? jika ingin ambil beasiswa s2 data sains di luar negri? fakultas & jurusan lulusan sma jurusan ips kak eheheheh, terima kasih
Ada banyak pilihan buat lulusan IPS. Lulusan S1 di bidang Akuntansi, Finance, Psikologi, Media & Komunikasi, semuanya bisa dilanjutkan ke S2 di bidang terkait data analytics. Datang saja ke Macquarie Info Day dan gali info soal ini langsung dengan para profesor yang hadir atau Ina Liem. Baca info acaranya di sini.
Untuk jurusan statistik di indonesia bagusnya dimana min?
Selama akreditasinya A umumnya bagus. Coba cari di situs Badan Akreditasi Nasional (Ban-pt). IPB salah satu yang terbaik.
kak, klo s1 nya pilih aktuaria, s2nya bisa lanjut data sains di luar?
Untuk studi data sciecne di tingkat S2 bisa dimulai dari Aktuaria, bisa juga dari Matematika atau Statistika di tingkat S1.
kak, mau tanya. kalau s2 ada ga ya jurusan ttg data analtyics, di indonesia? di tahun 2018 ini.
Setahu saya belum ada. Coba dapatkan informasi seputar profesi sebagai data analyst atau data scientist di situs data science indonesia. Para pengurusnya akan senang memberi info. Mereka juga sering mengadakan event.