Kompas Articles

Dari Teori Hingga Aplikasi Berbasis Industri

9
(Ini adalah bagian kedua dari tulisan Ina Liem di Kompas KLASS tentang Akuakultur atau Budidaya Ikan yang dimuat pada Jumat 16 Oktober 2015. Bagian pertama tulisan ini bisa dibaca disini)

Dari segi wilayah, Indonesia semestinya mampu menjadi ‘raja’ di bidang perikanan, termasuk di bidang budidaya di laut dan di darat. Banyak jenis ikan asli Indonesia yang berpotensi ekspor namun belum banyak dilirik.

Ada pernyataan menarik dari Agus Purnomo, seorang alumnus dan praktisi budidaya perikanan. Beberapa ikan yang kita konsumsi ternyata bukan asli Indonesia. Lele adalah persilangan lele Taiwan (Clarias fuscus) dan lele Afrika (Clarias Gariepinus). Nila asal sungai Nil, Afrika, adalah hasil rekayasa genetik di Filipina dan Thailand. Lalu ada ikan Mas dari China, Patin dari sungai Mekong dan Bawal dari Amerika Latin. Mengapa ikan ‘asing’ malah lebih dikenal? Kuncinya adalah riset, baik di bidang genetika, nutrisi, sampai teknologi dan sisi bisnisnya.

Supono bersama salah satu pakar budidaya perikanan, Prof. John Purser
Supono bersama salah satu pakar budidaya perikanan, Prof. John Purser (foto: Supono)

 

Bertumpu pada ilmu akuakultur, seharusnya banyak hal bisa diupayakan untuk menghasilkan produk unggulan dari spesies asli. Salah satu ikan air tawar terenak kita adalah Betutu, juga disebut Gabus Malas. Dagingnya lembut dan teksturnya mirip Kerapu. Ada lagi Bilis dari danau Singkarak, Beunteur di Jawa Barat, Seluang di Sumatera Selatan, ikan Batak dan ikan Baung di Sumatera Utara.

Melalui riset, banyak keunggulan bisa ditemukan. Ikan Papuyu, misalnya, kaya akan Omega 3 yang membantu mengendalikan kolesterol. Ikan gabus mengandung kadar albumin tinggi yang mempercepat penyembuhan pasien pasca operasi. Di Kalimantan saja, ada sekitar 200 jenis ikan asli. Keanekaragaman biota air kita bak harta karun yang belum tergali.

Bagi Supono, mahasiswa program Master of Marine Environment (Aquaculture) with Honours, studi akuakultur ini begitu menarik. Staf di Pusat Penelitian Oseanografi (PPO)-LIPI, di Bitung, Sulawesi Utara ini menemukan gairah di setiap mata kuliah yang dirasanya sangat praktis.

Serba Aplikatif

Salah satu materi terapan adalah Aquaculture Technology yang membahas infrastruktur, peralatan budidaya, dan cara kerjanya. Mahasiswa belajar merancang banyak peralatan. Misalnya pada budidaya darat mereka mendesain alat penyerap kotoran ikan, biofiltration untuk melenyapkan amonia dari insang ikan dan mengubahnya menjadi nitrat, dan alat pemasok oksigen pada bak dengan kepadatan tinggi.

Lain halnya sarana untuk budidaya di laut. Mereka belajar memahami cara kerja jaring pengamannya, bagaimana mengukur kekuatan arus laut, cara menahannya, dan sebagainya.

Tangki budidaya ikan salmon beberapa ratus meter dari pantai.
Tangki budidaya ikan salmon beberapa ratus meter dari pantai.

Yang diajarkan adalah desain, struktur, material, cara membuatnya, aplikasinya di industri, dan berbagai inovasi terbaru. Diharapkan lulusannya bisa membuat peralatan serupa dengan bahan dan biaya lebih murah, sesuai kondisi di tempatnya berkarya kelak.

Salah satu tugas yang ditangani Supono adalah mendesain prototype Recirculating Aquaculture System (RAS) pada skala akuarium. RAS adalah sistem budidaya tanpa penggantian air untuk jangka waktu lama. Prinsipnya adalah me”recycle” and “re use” air. Sistem filternya menyaring kotoran ikan dan limbah pakan yang bisa menjadi racun jika di biarkan di dalam sistem. Lewat sistem ozonisation, jumlah bakteri yang kembali ke bak bisa diminimalkan.

Yang dilakukan Supono dan kawan-kawan mulai dari tahap menyiapkan peralatan, menggambar desain, membangun sistem hingga berjalan, dan mengukur daya dukung sistem. Mahasiswa jadi kenal semua peralatan mulai dari hal terkecil seperti ukuran dan bahan pipa, sambungan pipa, pemilihan pompa, hingga masalah lebih besar seperti pemilihan jenis dan ukuran bak sesuai jenis ikannya, serta pengendalian kualitas air.

Sistem budidaya ini sangat mahal. Supono pernah terlibat penelitian bersama LIPI untuk membangun sistem serupa yang terjangkau untuk skala kecil. Secara statistik hasil percobaan ini cukup menjanjikan. Ia berangan-angan kelak bisa mengaplikasikan teknologi RAS di tanah air.

Mahasiswa belajar tentang rancang bangun sistem budidaya ikan modern yang lebih efisien dan mendatangkan hasil lebih baik.
Mahasiswa belajar tentang rancang bangun sistem budidaya ikan modern yang lebih efisien dan mendatangkan hasil lebih baik.

Pada mata kuliah Aquaculture Policy and Operation, salah satu tugasnya adalah studi kasus ikan Turbot (Scopthalmus maximus). Nilai ekonomisnya jauh di bawah tuna atau salmon. Penugasan ini bertujuan agar mahasiswa bisa memahami proses sejak awal hingga akhir dari usaha budidaya jenis biota baru yang potensial atau mengembangkan budidaya species tertentu untuk pasar baru.

Bukan soal teknik saja. “Saya belajar menyusun business plan jenis ikan tertentu mulai dari nol sampai tahap marketing,” katanya bersemangat. Setelah melakukan studi literatur tentang ekologi, biologi dan perilaku ikan tersebut, ia mendesain seluruh sistemnya.

Setelah memilih lahan, Supono merancang bangunan, merencanakan sistem budidaya skala komersial, sampai hitungan finansialnya (modal, sewa atau beli alat, gaji pegawai). Ia pun tak lupa menyusun rancangan manajemen panen, mengidentifikasi pasar, menyiapkan marketing strategynya, dan diakhiri dengan presentasi di akhir semester.

fish-tank

Uniknya, saat presentasi tiap mahasiswa mendapat peran berlainan. Ada yang berperan sebagai pihak bank, restaurant, supermarket (pembeli produk), investor, dan pemerintah untuk urusan legalisasi. “Pengalaman ini sangat bermanfaat jika kita ingin mengembangkan atau membudidayakan ikan jenis baru yang berpotensi komersial,” kata peraih beasiswa Australia Scholarship Awards (AAS) tahun 2013 ini.

Budidaya Tradisional versus Akuakultur Modern

Budidaya traditional memang berbiaya rendah sebab bisa dilakukan siapa saja dan memakai material seadanya. Namun cara ini memerlukan lahan relatif luas, produknya kurang berkualitas, nilai jualnya rendah, dan mengotori air serta lingkungan di sekitarnya. Risiko gagalnya pun tinggi.

Memanen ikan salmon di keramba apung. Salmon tidak ditangkap tapi disedot kedalam pipa besar yang dikendalikan crane.
Memanen ikan salmon di keramba apung. Salmon tidak ditangkap tapi disedot kedalam pipa besar yang dikendalikan crane.

Budidaya modern menerapkan high density fish farming, yakni memelihara ikan berjumlah besar di lahan lebih sempit. Hemat tempat dan hemat air. Berbagai alat bisa mengatur temperatur, pencahayaan, dan kualitas air. Hasilnya jauh lebih banyak, lebih berkualitas, ramah lingkungan, dan bernilai jual tinggi. Dengan sistem resirkulasi, penyakit bisa dicegah, lokasinya tidak perlu jauh di pelosok, skala produksi bisa diperbesar, dan aman.

Akuakultur modern sangat efisien. Menebar ratusan ton pakan untuk ribuan ton ikan secara otomatis bisa dilakukan dengan akurat oleh automatic feeding machine yang serba computerized. Kamera dalam bak bisa memonitor reaksi ikan terhadap pakan. Jadi bisa diketahui berapa pakan yang mesti diberikan, kapan dan sesering apa, dan kapan ikan sudah kenyang. Ini semua bisa dilakukan ratusan meter dari lokasi ikannya.

Akuakultur akan semakin dibutuhkan di masa depan sebab dunia menghadapi persoalan ketahanan pangan (food security). Namun budidaya berskala besar di Indonesia, khususnya air laut dan air payau, masih dikelola asing, terutama Jepang dan Thailand. Industri ini sangat mengandalkan riset sebab banyak faktor yang bisa menyebabkan gagalnya usaha perikanan.

Semoga dengan menguasai ilmunya, kita bisa menjadi tuan di negeri sendiri.

 

Ina Liem

Authir and CEO Jurusanku

@InaLiem

@kompasklass #edukasi

Ads 2-04

About the author

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Ia telah memberi konsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (author), pembicara (public speaker), dan Certified Career Direct Consultant.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*