News

Bersinergi di JURUSANKU EDUCATION CONFERENCE 2016

Screenshot-2016-05-10-11.38.59

“Selama ini kesannya beberapa kementerian jalan sendiri-sendiri,” tutur Evita Legowo, mantan Dirjen Migas di acara JEC 2016.

Menyambut Hardiknas 2016 lalu, Jurusanku menyelenggarakan JURUSANKU EDUCATION CONFERENCE bertema “Bersinergi Mempersiapkan Generasi Muda Untuk Kebutuhan Profesi Masa Depan.”

Digelar di gedung Graha Utama Kemendikbud pada tanggal 3 Mei 2016 lalu, event ini menampilkan Ina Liem dan pembicara lain dari beberapa kementerian. Lebih dari 200 orang dari 168 institusi hadir, mulai dari guru BK, kepala sekolah SMA dan SMK, perwakilan mahasiswa dan pelajar, serta komunitas orang tua siswa.

JURUSANKU EDUCATION CONFERENCE 2016 digagas dan diselenggarakan oleh JURUSANKU karena prihatin akan minim dan simpang siurnya informasi pendidikan di negeri kita, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa dalam meniti masa depan.

Untuk itu, JURUSANKU mengundang wakil dari Kementerian Perencanaan Pembangunan / Bappenas, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian RisTek, Mantan Dirjen Migas, dan utusan pemerintah negara bagian Victoria, Australia untuk bertukar informasi dan menggagas langkah awal menyusun solusi.

Semula Mendikbud, bapak Anies Baswedan, berencana hadir dan membuka JEC 2016 ini. Apa daya, karena harus tugas di luar daerah, maka kata sambutan beliau disampaikan melalui rekaman video.

RINGKASAN MATERI

Ina Liem CCDC, CEO Jurusanku

IMG_2352Kebanyakan pelajar SMA tidak punya banyak pilihan jurusan bukan karena minatnya sempit tetapi karena langkanya informasi bagi mereka, guru dan orang tua. Akibatnya, dari tahun ke tahun pilihan mereka hanya di seputar bidang Kedokteran, Manajemen, IT, dan Hukum.

Saat ini belum ada pusat informasi panduan memilih jurusan kuliah dan peta karier yang terpadu, mudah dipahami, lengkap dan bisa dipercaya. Umumnya informasinya sebatas database milik perguruan tinggi di website. Sayangnya, informasinya masih sulit digunakan untuk mengambil keputusan secara mantap.

Contohnya, universitas tidak punya data berapa banyak ahli di bidang pangan atau kelautan yang dibutuhkan untuk 10 tahun mendatang, sementara itu informasi di Bappenas yang membuat peta pembangunan nasional tidak bisa diakses publik yang memerlukan, dalam hal ini pelajar. Jadi tidak ada sinergi antar kementerian dalam menyediakan informasi bagi generasi muda kita.

Materi presentasi Ina Liem bisa didownload di sini.

Amich Alhumami Ph.D, Kasubdit. Pendidikan Tinggi, Kementerian PPN / Bappenas

IMG_2371-(1)Data Bappenas 2014 menunjukkan, 688.000 penganggur di Indonesia atau setara 10 persen dari total penganggur adalah lulusan perguruan tinggi. Penyebabnya, kebutuhan di bidang yang sesuai dengan kompetensi mereka sudah terisi.

Ada ‘banjir’ mahasiswa di program studi sosio-humaniora, sementara jumlah mereka di di bidang sains-teknologi minim. Padahal, berdasarkan evaluasi kebutuhan pembangunan negara, prodi sains- teknologi amat dibutuhkan di sektor-sektor strategis yang tengah jadi isu utama, seperti pertanian, industri, dan energi terbarukan.

“Saat ini yang terjadi adalah perguruan tinggi membuka prodi baru berdasarkan tren permintaan pasar. Ujung-ujungnya mereka mencetak penganggur,” tuturnya.

Materi presentasi Amich Alhumami Ph.D bisa didownload di sini.

Achmad Poernomo Ph.D., Staf Ahli Kementerian Kelautan & Perikanan

IMG_2516-(1)Salah satu hal penting yang diutarakan bpk. Poernomo adalah bahwa selama ini kita menyebut Indonesia negara agraris. “Itu salah,” katanya. Negeri kita adalah negeri bahari, tetapi juga agraris. Kata bahari harus diucapkan lebih dulu sebab bidang ini ciri utama negeri kita yang menyimpan kekayaan luar biasa.

Dengan cara jenaka beliau memaparkan data kelautan dan perikanan kita, termasuk kekayaan dan peluangnya. Tak heran jika beliau berkata, “Apapun jurusan yang dipilih kelak, berkaryalah di laut.” Oleh sebab itu penting bagi pelajar untuk mulai membidik bidang-bidang studi yang akan ‘laku’ di industri perikanan atau kelautan.

Materi presentasi Achmad Poernomo Ph.D bisa didownload di sini.

Brett Stevens, perwakilan Victorian Government, Australia

IMG_2584Menyinggung soal pendidikan kejuruan, Brett berbicara tentang bagaimana pendidikan kejuruan di Australia digarap dengan sangat serius dan kini menjadi salah satu andalan devisa negara. Banyak lulusan pendidikan non-gelar yang di sana disebut VET (Vocational Education & Training) menjadi pengusaha sukses yang akhirnya ikut memajukan perekonomian.

Dari materi yang dibawakannya, kita perlu mulai membuka pikiran kita bahwa pendidikan non-gelar seperti Politeknik selayaknya tidak dipandang lebih rendah dibanding universitas. Lulusan VET pun bisa melanjutkan ke jenjang Master (S2) dan punya peluang sama besarnya untuk sukses di dunia kerja dan usaha.

Materi presentasi Brett Stevens bisa didownload di sini.

Dr. Ing. Evita H. Legowo, mantan Dirjen Migas, pengajar di SGU

IMG_2576Puluhan tahun berkiprah di bidang Minyak dan Gas Bumi membuat beliau paham betul tantangan dan peluang bidang energi di Indonesia. Menurutnya, baru 35% cadangan minyak kita yang dimanfaatkan. Namun untuk menyedot yang masih tersisa diperlukan keahlian dan investasi sangat besar. Pemerintah mulai melirik energi terbarukan, yakni tenaga surya, panas bumi, hidro dan mikri hidro, serta bioenergy. Tapi di bidang ini kita belum punya banyak ahlinya.

Banyak manajer di industri energi bukan lulusan jurusan yang sesuai. Kebutuhan ini umumnya diatasi dengan memberi training kepada staf. Langkah ini tidak cukup dan sifatnya jangka pendek. Kita butuh banyak ahli yang paham soal energi, khususnya energi terbarukan (sustainable energy). Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka prodi ini masih langka, salah satunya baru Swiss-German University di Serpong, Tangerang.

Materi presentasi Dr.Ing. Evita H.Legowo bisa didownload di sini.

Dr. Ir. Paristyanti Nurwardani MP., Direktur Pembelajaran, Kemenristek

IMG_2546Apa saja yang diperlukan agar generasi muda siap bersaing di abad 21?

Lulusan siap MEA sebagaimana dirinci Dr Paris adalah pribadi dengan 3 skill. Pertama, di bidang Kehidupan dan Karier ia harus fleksibel, berinisiatif & mandiri, punya kepemimpinan dan bertanggung-jawab. Kedua, ia fasih dalam Pembelajaran dan Inovasi, misalnya kreatif, mampu berkolaborasi dan berkomunikasi efektif. Ketiga, ia harus melek informasi, melek media, dan melek TIK.

Selain itu Dr Paris juga menyebutkan beberapa masalah yang menghambat, misalnya rendahnya cinta tanah air, narkoba, radikalisme, dan lunturnya nilai-nilai kebaikan. Hambatan lainnya adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis dan percaya diri. Namun yang tak kalah penting adalah ketidaksesuaian antara keahlian yang dibutuhkan dengan ketersediaan tenaga ahlinya.

Materi presentasi Dr Paris ini bisa didownload di sini.

Bastian S.T., MBA, Kasubdit Transportasi Laut, Kementerian PPN / Bappenas

IMG_2566

Indonesia sedang membangun negeri poros maritim. Ada 5 pelabuhan laut dalam dan 19 pelabuhan strategis lain sebagai feeder yang terus dibenahi dan dikembangkan. Investasinya luar biasa besar. Mengapa?

90% perdagangan dunia dilakukan lewat laut, sementara itu 40% nya lewat perairan Indonesia. Dengan proyek tol laut yang dicanangkan Jokowi, ekonomi akan berkembang di banyak daerah, khususnya di seputar pelabuhan besar seperti Belawan, Makassar, Bitung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan 19 daerah pelabuhan strategis lain yang ada di jalur lalu lintas tol laut.

Namun peluang karier dan usaha ini tentu hanya akan dinikmati mereka yang siap dan mau terjun dan berkarya ke sana. Bidang-bidang terkait logistik dan supply chain (rantai pasok) akan sangat dibutuhkan, baik di pelabuhan, perusahaan pelayaran, maupun di lembaga pemerintahan terkait urusan ini sebab kita sedang berupaya agar pelabuhan kita masuk 10 besar dunia. Dari data dan peta terlampir tampak peluang ekonomi luar biasa kelak bergeser ke daerah.

Materi presentasi Bastian S.T., MBA bisa didownload di sini.

IMG_2636
Kiri ke kanan: Brett Stevens (Victorian Government, Australia), Evita Legowo (mantan Dirjen Migas), Ina Liem, Bastian (Kasubdit Transportasi Laut BAPPENAS).

 

PENUTUP

Berhubung materi pembicara padat, tidak banyak waktu tersisa untuk menjawab pertanyaan para peserta yang tampaknya antusias. Yang pasti banyak hal harus kita lakukan untuk mengatasi buntunya saluran informasi tentang dunia kerja, peta karier, kebutuhan industri, dan pilihan jurusan kuliah. Untuk itulah diperlukan sinergi antar kementerian, pihak swasta, dan perguruan tinggi. Kita tunggu tindak lanjutnya.

 

Ads 2-04

About the author

Budi Prasetyo

Budi Prasetyo

Budi Prast adalah Founder jurusanku.com. Selain aktif melakukan penelitian di bidang pendidikan, bersama Ina Liem ia menulis “7 Jurusan Bergaji Besar”, "Kreatif Memilih Jurusan", dan "Majors for the Future". Minat utamanya meliputi pendidikan, data analytics, dan design thinking. Ia juga salah seorang Kontributor Kompas KLASS untuk rubrik #baca.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*