Kompas Articles

Indonesia Menuju Era “Cyber Defence”

warwick3
(Ini adalah bagian kedua dari artikel tentang jurusan Cyber Security tulisan Ina Liem yang dimuat di Kompas KLASS edisi Jumat, 4 April 2014. Semoga bermanfaat)

Besarnya ancaman serangan di dunia siber membuat semua pemerintahan waspada.

Tahun 2009, setelah Pentagon mendirikan United States Cyber Command (USCYBERCOM), Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates mendeklarasikan dunia siber sebagai ‘wilayah kelima’ operasi militernya, setelah darat, udara, laut, dan luar angkasa.

Gedung International Digital Laboratory dan International Institute for Product and Service Innovation di University of Warwick, Inggris (foto-foto: University of Warwick, UK)
Gedung International Digital Laboratory dan International Institute for Product and Service Innovation di University of Warwick, Inggris (foto-foto: University of Warwick, UK)

Kalau pembaca sempat nonton film Jack Ryan – Shadow Recruit, kengerian terorisme berbasis siber tergambar jelas. Chris Pine memerankan sosok Jack Ryan, seorang doktor ekonomi yang direkrut CIA. Tugasnya membongkar rencana teroris Rusia untuk mengacau perekonomian AS. Rencana ini berhasil digagalkan berkat keahlian Jack Ryan   mengamati aliran dana mencurigakan yang dilakukan oleh sang teroris.

Bukan militer saja yang perlu melindungi kepentingannya. Bidang keuangan, kesehatan, politik, penegakan hukum, dan pemerintahan juga. Beberapa instansi pemerintah sudah bertindak dengan mengirim stafnya untuk kuliah di luar negeri.

Sonya Febiatiningsih adalah anak negeri yang menimba ilmu Cyber Security di University of Warwick. Sarjana Sistem Informasi lulusan perguruan tinggi swasta di Jakarta ini kini masih menempuh semester kedua di Inggris dengan beasiswa SPIRIT dari Kemenkeu.

Meskipun satu-satunya mahasiswa Indonesia di jurusan Cyber Security Management (CSM) di sana, Sonya memilih University of Warwick karena universitas ini masuk top 10 di Inggris dan top 50 dunia.

Salah satu mata kuliah yang menarik bagi Sonya adalah Digital Forensics, Evidence and Investigation. Tugas Akhir untuk mata kuliah ini adalah tentang Enron. Enron adalah perusahaan gas raksasa di Amerika yang bangkrut akibat petingginya bersekongkol menyembunyikan besarnya hutang dan kerugian pada laporan keuangannya lewat praktik akuntansi sangat rumit namun tidak etis.

Sonya (dua dari kiri) di salah satu aktifitas kuliah (foto: koleksi pribadi Sonya Febiatiningsih)
Sonya (dua dari kiri) di salah satu aktifitas kuliah (foto: koleksi pribadi Sonya Febiatiningsih)

Pada tugas ini mahasiswa diminta menganalisis email dari Enron Dataset. Kemampuan investigasi dan analisa sangat diperlukan untuk membuktikan kedekatan satu individu dengan individu lain dalam satu atau lebih kelompok di dalam satu organisasi besar seperti Enron. Jelas, tujuannya untuk melacak siapa saja yang terlibat persekongkolan.

Skandal Enron memang bukan kejahatan siber. Namun ahli cyber security bisa berperan membongkar siapa saja dan apa kaitan antara pelaku yang satu dengan yang lain melalui analisis Dataset seperti ini. Investigasi Digital Forensics ini sangat besar perannya dalam menguak berbagai macam kejahatan, terutama yang terorganisasi.

Mata kuliah tersebut mengajarkan teknik-teknik untuk mengambil data dari berbagai sumber seperti misalnya digital storage system, jaringan, atau penyimpan data lainnya.

Hasil pengungkapan dan interpretasi data ini dijadikan bukti di pengadilan. Dengan menghimpun, mengidentifikasi, dan memvalidasi informasi digital bisa dilakukan rekonstruksi kejadian yang sudah berlalu. Ini tentu sangat sesuai untuk diterapkan di instansi seperti Direktorat Jenderal Pajak tempat Sonya mengabdikan diri.

Agar piawai pada modul ini mahasiswa harus paham ‘jeroan’ sistem operasi seperti Windows, pengolahan tempat kejadian perkara, pencatatan bukti dan pelaporan hasil penyidikan. Berbagai teknik menghimpun dan menganalisis bukti baik dari jejaring sosial maupun hard disk juga harus dikuasai.

CSM tak hanya mengajarkan hal-hal teknis. Bagi Sonya, daya tarik lain program ini ada pada ilmu manajemen yang akan membantu lulusannya menapaki karir lebih cepat di perusahaan. Tidak aneh kalau ada materi Globalization and Outsourcing, Financial Analysis and Control Systems. Leadership, dan Organizations, People and Performance.

Ideal

Menurut pakar Cyber Security IGN.Mantra, idealnya tiap sarjana IT punya kemampuan di bidang security, terlebih jika ia bekerja di perusahaan atau instansi dengan database dan terhubung melalui jaringan, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup.

Sayangnya, Indonesia masih belum banyak menaruh perhatian pada masalah ini. Baru ada satu perguruan tinggi yang membuka jurusan ini, itu pun di tingkat S2 dan saat ini belum mencetak lulusan.

Masih menurut Mantra, karena kelangkaan ahli, posisi penting di bidang security engineering boleh jadi akan diisi ahli dari negara lain yang sudah siap, seperti misalnya Malaysia.

Di dunia internasional jenjang karir di bidang ini cukup menjanjikan, mulai dari staf pengamanan informasi, Information Security Manager, sampai dengan CISO (Chief Information Security Officer) dengan income lebih dari US $150,000 setahun. Ini berlaku di luar negeri dan bank-bank asing.

Banyaknya hacker otodidak berbakat di negeri ini memang perlu dipikirkan. Dengan bekal pendidikan tinggi yang berkualitas, sebetulnya tidak mustahil kita pun kelak bisa menjadi pemasok tenaga ahli pengamanan siber bagi negara-negara lain. Kita tentu tidak ingin selamanya hanya menjadi pengekspor tenaga kerja kasar.

Selain itu, dengan banyaknya ahli, insiden KPU, penyadapan terhadap para pejabat negara, atau pencurian identitas secara masif terhadap Sally Beauty, atau yang sejenisnya bisa diminimalkan.

Ina Liem

Author and CEO Jurusanku.com

@InaLiem

@kompasklass #edukasi

Ads 2-04

About the author

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Ia telah memberi konsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (author), pembicara (public speaker), dan Certified Career Direct Consultant.

10 Comments

Click here to post a comment

Leave a Reply to ali Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

  • Terima kasih informasinya… mohon izin untuk menyebarkan artikel ini ke mahasiswa saya, agar mereka mempunyai pandangan untuk menentukan jurusan…

  • super sekali, memang benar di indonesia banyak sekali hacker otodidak berbakat tapi tak terusus dan bahkan tak disorot oleh media, padahal aktifitas kriminal yg dilakukan oleh hacker yg tak terurus ini bsa jadi masalah besar bagi negara, sungguh disayangkan bakat mereka terbuang percuma :(

  • Wah jadi tertarik dibidang ini. Saya memang dari dulu suka nge-stalk dan emang pengen jadi hacker dulunya buat iseng gtu. kalo masuk jurusan ini cocok ya??

    • Jurusan Cyber Security bukan untuk orang yang suka iseng. Matematika harus kuat dan punya ketertarikan memecahkan masalah keamanan. Indonesia masih sangat kekurangan ahlinya.

    • Bisa. Ambil bidang peminatan yang mengarah ke sana, lalu ambil S2 khusus bidang ini. Cyber security bukan hanya soal programming, tetapi juga membahas soal perilaku kriminal dan masalah hukum.

  • Saya tertarik untuk menjadi seorang anggota tim cyber mengingat pada era sekarang ini dengan berkembangnya kemajuan teknologi fungsi keamanan dalam dunia cyber atau cyber crime perlu di tingkatkan pengawasan dan penangannya.
    Menurut admin apakah ada saran atau kiat untuk saya yang baru saja lulus kuliah di bidang fakultas hukum untuk menjadi tim cyber di suatu unit perusahaan, ataukah harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih khusus untuk itu?
    Terimakasih