News

Dari Seminar Jurusan di SMA St. Yusup (KOSAYU), Malang

Para siswa baru SMA KOSAYU Kelas X
Para siswa baru SMA KOSAYU Kelas X

Setelah obrolan seru dengan para orang tua mereka dalam seminar 2 hari di Sawiran, Nongkojajar, Ina Liem berkesempatan memberikan pengarahan kepada para siswa baru (kelas 10) SMA Santo Yusup, Malang. Setelah seminar, acara disusul dengan konsultasi pribadi untuk beberapa siswa yang baru saja lulus UAS namun masih mengalami kebingungan dengan pilihannya. Banyak hal menarik yang bisa dipetik dari perjumpaan kali ini.

Para siswa baru SMA KOSAYU Kelas X
Para siswa baru SMA KOSAYU Kelas X

Apa Cita-Citamu?

Calon pemimpin: berani maju, bicara lugas, dan kemauan jelas
Calon pemimpin: berani maju, bicara lugas, dan kemauan jelas

Coba bayangkan, apa yang ada di benak para siswa kelas 10 yang baru saja lulus dari tingkat SLTP. Rata-rata usia mereka 15 tahun dan masih sangat muda. Jadi kalau ditanya mau kemana setelah lulus SMA, pasti mereka menjawab “tidak tahu”. SALAH.

Diluar dugaan, banyak dari anak-anak ini yang bisa dengan tegas menyebutkan apa keinginan mereka. Mari kita perhatikan beberapa minat dan cita-cita yng mereka lontarkan di bawah ini.

Seorang siswa dengan lantang menyebut menjadi “chief designer” di sebuah perusahaan otomotif sebagai cita-citanya. Bukan main. Anak seperti ini pasti tidak hanya bergaul dengan buku komik dan buku pelajaran sekolah saja. Pengetahuan dan wawasannya sudah mulai menentukan arah masa depannya. Yang ditanyakan, apakah ia perlu masuk jurusan Desain atau jurusan Teknik.

Seorang siswi bertubuh imut dengan jelas menyebut ingin menjadi seorang ILUSTRATOR kelak. Ia masih bingung mesti mengambil bidang peminatan Sains & Matematika atau Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, padahal ia suka pelajaran ilmu pasti. Yang mengejutkan adalah profesi Ilustrator yang disebutnya sebagai cita-citanya. Bisa saja kelak minatnya berubah, namun pilihan profesi di usia seperti ini menunjukkan betapa majunya anak-anak Net Generation ini.

Karakter pelajar cerdas: Responsif
Karakter pelajar cerdas: Responsif

Ada lagi seorang siswa yang hobinya traveling dan mencoba mengaitkan minatnya pada pekerjaan di dunia perhotelan. Ia bercita-cita memiliki dan mengelola hotel miliknya sendiri karena sudah menjelajah ke berbagai tempat dan merasakan menginap di berbagai macam hotel. Ternyata anak muda ini sudah mulai pintar melihat “benang merah” antara passion dan karir. Ia hanya dibingungkan oleh pilihan akan mengambil jurusan manajemen, perhotelan, atau teknik. Jurusan Keteknikan disebut sebagai salah satu pilihannya sebab menurutnya dari jurusan ini ia bisa kerja “dimana-mana”.

Seorang siswa lain mengaku tidak suka Matematika, namun sangat berminat pada bidang Multimedia. Pertanyaannya apakah ia harus memilih peminatan Matematika dan Ilmu Alam mengingat bidang Multimedia banyak berurusan dengan komputer. Ia kawatir jurusan ini punya persyaratan yang sama dengan IT.

Punya Tujuan adalah Modal Awal

Kosayu (kl10) ina slideApapun pilihannya, mereka sudah bisa menyebut dengan jelas apa yang mereka inginkan. Ini langkah besar menuju “belajar dengan tujuan” (“learning with a purpose”), suatu sikap belajar yang akan memudahkan anak memahami apa saja yang dipelajarinya karena ia tahu kegunaannya bagi masa depannya.

Sebagai contoh, banyak anak tidak menyukai pelajaran sejarah karena mereka belum melihat manfaatnya bagi masa depan mereka. Namun ketika memahami bahwa memiliki banyak pengetahuan sejarah bisa membawa seseorang pada berbagai karir bergengsi, sikap terhadap pelajaran ini pasti berbalik 180 derajat.

Out Of the Box

Hal menarik lainnya adalah sudah tumbuhnya sikap BERANI BERBEDA dan berpikir DILUAR KOTAK. Anak-anak muda seperti ini sepertinya tidak perlu didorong-dorong untuk maju dan menggapai cita-citanya. Orang tua dan guru hanya perlu memberi masukan dan mengarahkan, dan selebihnya para pelajar itu sendiri yang menentukan kecepatan belajarnya.

Memang, tidak sedikit informasi yang diperlukan untuk menjawab satu persatu persoalan memilih jurusan bagi mereka yang masih bingung. Yang sudah tahu mau jadi apa ternyata belum tahu mau kesana lewat jalur mana, jurusan apa, apa untung rugi di tiap pilhan, dan apa saja tantangan di tiap pilihannya. Para orangtua pun mungkin akan terkaget kaget dengan pilihan karir mereka yang sebagian belum pernah mereka dengar.

Jurusan Kreatif itu Gampang

Ketika membahas soal jurusan Desain yang bagi sebagian orang dianggap “gampang” karena tidak ada matematika dan hafalan, Ina Liem meminta para peserta seminar untuk memikirkan sebanyak mungkin kegunaan paper clips (penjepit kertas). Benda sederhana yang mungil ini ditangan orang biasa hanya dipakai untuk menjepit kertas, namun ditangan orang yang kreatif bisa memiliki ratusan macam manfaat yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Mengerti kapan harus serius
Mengerti kapan harus serius

Ternyata dari sekian banyak peserta, seorang siswa hanya berhasil menyebutkan 13 macam kegunaan dalam waktu 2 menit, sementara teman-temannya hanya menemukan beberapa macam manfaat saja. Padahal mereka memikirkannya dengan sangat serius. Tidak ada yang bicara, toleh sana-toleh sini, atau ngobrol kanan – kiri. Ini menunjukkan bahwa jurusan kreatif tidak segampang yang dikira orang. Membayangkan berbagai kemungkinan yang tidak lazim ternyata tidak mudah.

Membangun Karakter

Sejak pertama memasuki aula yang luas, para siswa berjalan dengan tertib dan yang berada di barisan depan langsung mengisi bangku-bangku terdepan. Tidak ada suara berisik, apalagi berteriak. Setiap orang seperti sudah tahu harus bersikap bagaimana dalam situasi formal seperti ini. Namun ketika sesi tanya jawab dimulai, banyak siswa yang antusias mengangkat tangan menanti giliran bertanya. Dengan segera mereka maju bergantian mendekati pembicara, meraih mik dan langsung mengungkapkan pertanyaannya.

Ketika penulis berkesempatan berbincang dengan Peter Sihombing, kepala sekolah yang sudah 9 tahun menjabat di St. Yusup ini, beliau mengatakan bahwa pendidikan karakter itu tidak perlu diungkapkan kepada siswa lewat teori, lantas diuji lewat ulangan. Cukup dengan keteladanan.

Ina Liem dan penghargaan dari Ketua OSIS
Ina Liem dan penghargaan dari Ketua OSIS

Kalau guru ingin anak didiknya tidak datang terlambat, sang guru sendiri harus lebih dulu menjadi contoh dengan tidak pernah terlambat. Begitu pula dalam hal-hal yang lain. Kedengarannya prinsip ini sederhana, tapi sesungguhnya membutuhkan komitmen total dari seluruh jajaran pendidik.

Dengan karakter yang kuat, segala yang positip bisa diraih. Tidak aneh kalau sekolah ini sudah memiliki stasiun radio FM yang dikelola para siswanya, sebuah terobosan berani yang hanya bisa muncul dari kekuatan karakter. Diperlukan kedewasaan serta sikap konsisten untuk mengelola kegiatan secanggih ini.

Generasi ini adalah generasi yang dimungkinkan untuk menjadi apa saja sesuai kemampuan masing-masing. Kalau dulu keterbatasan teknologi dan penguasaannya sering menjadi hambatan utama, kini penghalang itu telah dirobohkan. Setiap individu seperti diiming-imingi ribuan kemungkinan untuk mengejar cita-cita dan memaksimalkan potensinya. Jadi sukses hanyalah soal pilihan. Bagi yang memilih sukses, peluang terbuka lebar. Bagi yang tidak berani atau tidak mau mengambil kesempatan, peluang menjadi manusia gagal juga tersedia. Tinggal pilih. It’s a free world.

Ads 2-04

About the author

Budi Prasetyo

Budi Prasetyo

Budi Prast adalah Founder jurusanku.com. Selain aktif melakukan penelitian di bidang pendidikan, bersama Ina Liem ia menulis “7 Jurusan Bergaji Besar”, "Kreatif Memilih Jurusan", dan "Majors for the Future". Minat utamanya meliputi pendidikan, data analytics, dan design thinking. Ia juga salah seorang Kontributor Kompas KLASS untuk rubrik #baca.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*