Kompas Articles

Melawan Ketidakpastian Masa Depan

shutterstock_102401056
(Tulisan Ina Liem tentang jurusan Aktuaria ini dimuat di Kompas KLASS pada Jumat, Desember 2014 sepanjang dua halaman. Ini adalah bagian pertama. Bagian kedua bisa dibaca di Memburu Pengakuan Resmi Demi Profesi.)

Orang Indonesia cinta matematika.

Mau bukti? Coba tengok berapa banyak anak sekolah yang les matematika, mulai TK hingga kelas XII, pelajar kita pun sering mendulang prestasi di tingkat internasional pada berbagai lomba dan olimpiade matematika.

(foto: Macquarie University, Sydney)
(foto: Macquarie University, Sydney)

Anehnya, jurusan Matematika di perguruan tinggi tidak populer. Dari survei Jurusanku terhadap lebih dari 6.000 siswa SMA swasta dari Sumatera hingga Papua, hanya 0,7 persen yang berminat.

Hal ini dikarenakan antara lain banyak yang menganggap lulusan Matematika hanya bisa menjadi guru. Padahal, pilihan kariernya luas. Salah satunya menjadi aktuaris, sebuah profesi bergengsi dengan iming-iming gaji menggiurkan. Di seluruh dunia, aktuaris memang termasuk profesi berpenghasilan sangat besar. Namun, langkanya aktuaris di negeri kita menambah tingginya “nilai jual” mereka di dunia kerja.

Sejak pemerintah mewajibkan setiap perusahaan asuransi mempunyai minimal seorang aktuaris, kebutuhan akan lulusan aktuaria melonjak. Akibatnya, kita terpaksa “mengimpor” banyak tenaga asing seperti dari Malaysia, Singapura, India, dan Hongkong karena kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan sangat besar.

Keahlian dan pekerjaan aktuaris

Aktuaria adalah ilmu tentang pengelolaan risiko keuangan pada masa yang akan datang. Ilmu aktuaria adalah kombinasi antara ilmu tentang peluang, matematika, statistika, keuangan, dan pemodelan komputer.

Di perguruan tinggi, aktuaria ada yang diajarkan sebagai salah satu bidang peminatan di jurusan Matematika. Namun, ada juga universitas yang sudah memisahkannya menjadi program studi tersendiri.

Universitas pertama di antara negara-negara berbahasa Inggris yang menawarkan program Aktuaria sebagai jurusan tersendiri adalah Macquarie University di Australia. Istimewanya, di universitas ini, program Aktuaria sudah terakreditasi sejak 1960-an.

Tak pelak, hampir separuh aktuaris di Australia adalah lulusan dari universitas yang terletak di pinggiran kota Sydney ini. Bahkan, Melinda Howes, CEO the Institute of Actuaries of Australia, lembaga sertifikasi aktuaria di Australia, juga alumnus Macquarie University.

Di Indonesia, alumnusnya pun banyak yang sudah menduduki posisi bergengsi. Salah satunya Vincentius Wilianto (Vincent), yang saat ini menjabat direktur keuangan di sebuah perusahaan asuransi terkemuka di Jakarta.

Menurut Associate Director of International Communications Marcus Bingemann, di Macquarie, jumlah mahasiswa Indonesia yang memilih jurusan ini rata-rata hanya 3 orang per tahun. Bandingkan dengan mahasiswa dari Tiongkok yang berjumlah 50-an dan sekaligus merupakan mayoritas di antara mahasiswa internasional.

Sementara itu, menurut Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia periode 2014–2017 Rianto A Djojosugito, saat ini, terdata 185 aktuaris di Indonesia untuk tingkat Fellowship of the Society of Actuaries of Indonesia (FSAI), dan 169 aktuaris untuk tingkat Associate of the Society of Actuaries of Indonesia (ASAI).

Foto: Bill Green
Foto: Bill Green

Saat ini, tambah Rianto, Indonesia memiliki sekitar 50-an perusahaan asuransi jiwa dan 80-an perusahaan asuransi umum. Kalau tiap perusahaan asuransi jiwa butuh 4 aktuaris tingkat FSAI dan tiap perusahaan asuransi umum butuh 2 aktuaris tingkat FSAI, berarti ada demand 360 orang aktuaris tingkat FSAI.

Kalau kita juga menghitung kebutuhan di sektor-sektor dana pensiun, manfaat karyawan, jaminan sosial, bidang perbankan, investasi atau penanaman modal, konsultan keuangan, perencana keuangan dan sebagainya, angkanya bisa membengkak. “Kita memang kekurangan aktuaris di Tanah Air,” ungkap Rianto.

Pengakuan bahwa Indonesia mengalami shortage tenaga aktuaria juga datang dari Alvin Tedjakusuma, alumnus Bachelor of Commerce–Actuarial Studies, Macquarie University. Tak heran, Alvin terbilang cepat mendapat pekerjaan sebagai aktuaris di Tanah Air sepulang dari Australia.

Pelajaran

Karena ilmu utamanya adalah tentang pengelolaan risiko, Aktuaria banyak mempelajari asuransi umum, asuransi kesehatan, dana pensiun, dan sebagainya. Akibatnya, dalam Aktuaria, terdapat pertemuan antara dua “dunia”, yakni matematika dan keuangan.

Pada mata kuliah Techniques and Elements of Finance, yang dipelajari adalah aplikasi konsep matematika ke dalam instrumen keuangan seperti surat utang, kredit kepemilikan rumah, kredit konsumsi, dan obligasi.

Mahasiswa juga belajar tentang berbagai macam institusi keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Pengetahuan dasar tentang pasar modal pun harus dikuasai. Ada mata kuliah Mathematics of Finance yang mengaplikasikan teori-teori matematika ke dalam permasalahan yang lebih kompleks. Topiknya meliputi “the force of Intertest” dan hubungannya dengan suku bunga, inflasi, pinjaman, obligasi, dan sebagainya.

Ada lagi Probability & Mathematical Statistics, Actuarial Mathematics dan Risk Theory. Pendek kata semua hitungan keuangan yang berjangka dipelajari di sini. “Matematika yang dipelajari di jurusan Aktuaria memang lumayan sulit,” Alvin mengakui. Namun, di almamaternya, ada kelas-kelas tutorial dan sesi konsultasi yang mahasiswa bisa bertanya kepada para dosen. Selain itu, mereka bisa belajar dari sesama mahasiswa yang sudah lebih dulu mengerti.

Magang

Selain teori, mahasiswa di Macquarie University bisa mendapatkan kesempatan bekerja selama musim panas atau mengikuti internship pada tahun terakhir. MacQuarie memiliki hubungan erat dengan beberapa perusahaan aktuaria besar di Australia.

Bukan itu saja, mahasiswa S-1 di Macquarie diberi kesempatan mengikuti PACE, program unik khas Macquarie. Di dalam PACE, mahasiswa mendapat pengalaman terlibat dalam komunitas dan dunia profesi, baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Kegiatannya termasuk community service, pengalaman praktik, baik di dalam maupun luar kampus atau field trip.

Pengalaman berkontribusi di masyarakat ini diharapkan akan membentuk para lulusan yang well-rounded agar mampu mengaplikasikan teori ke dunia nyata. PACE tidak hanya bertujuan mencetak lulusan yang lebih tangguh, tetapi juga manusia yang lebih baik.

Bagian kedua dari artikel ini bisa dibaca di

Memburu Pengakuan Resmi Demi Profesi

Ina Liem

Author and CEO Jurusanku

@InaLiem

 

@kompasklass #edukasi

Ads 2-04

About the author

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Ia telah memberi konsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (author), pembicara (public speaker), dan Certified Career Direct Consultant.

2 Comments

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*