Menemukan perguruan tinggi yang membuka jurusan Seni Tari tidak sulit. Di dalam negeri ada Institut Seni Indonesia (di Jogya dan Solo) dan Institut Kesenian Jakarta. Di luar negeri banyak. Pertanyaannya, jurusan ini untuk siapa? Bagaimana karier lulusannya?
Jurusan seni tari bukan untuk mereka yang ingin menari sebagai hobi saja. Kuliah di bidang performing art mengajarkan semua aspek di bidang seni pertunjukan. Selain banyak sesi praktik, mahasiswa banyak dijejali teori seperti filosofi, sejarah seni, antropologi, ilmu gerak, anatomi tubuh, dan lain-lain yang sifatnya teoritis. Hal lain yang diajarkan adalah manajemen pertunjukan, termasuk praktik menyelenggarakan event. Mengapa perlu teori?
Lulusan seni tari tidak semuanya jadi penari profesional. Mereka bisa menjadi pengajar baik di sekolah atau perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, menjadi pengamat dan kritikus seni, penyelenggara art event, atau koreografer. Semua profesi ini memerlukan landasan teori yang kuat. Bahkan banyak lulusannya melanjutkan studi ke tingkat Master atau bahkan Doktor sesuai tuntutan profesinya.
Kalau kita perhatikan para penari terkenal dari Indonesia, rata-rata mereka lulusan prodi Seni Tari. Kiprah mereka pun tidak hanya di dalam negeri. Tidak sedikit yang dikenal luas di dunia internasional. Di masa lalu kita mengenal almarhum Bagong Kussudiardja yang sanggar tarinya di Jogyakarta banyak disinggahi penari dari berbagai negara.
Ada lagi nama Didik Nini Thowok. Ia adalah lulusan Institut Seni Indonesia, Jogyakarta. Inovasinya yang luar biasa sebagai koreografer tari kontemporer didukung oleh landasan teori yang kuat, selain tentu saja jam terbang yang tidak sedikit. Tentang beberapa nama besar di bidang seni tari kita, silakan baca di sini.
Penari lain yang sukses menekuni bidang seni tari sebagai jalan hidupnya adalah Martinus Miroto dari Jogya. Tari topengnya yang sangat unik dan menawan ikut membesarkan namanya di dunia internasional. Sanggar tarinya seluas 1600 meter persegi di Jogya tidak hanya menerima siswa dari dalam negeri. Profil Miroto dibahas menarik di kompas.com.
Tidak tanggung-tanggung. Miroto menempuh pendidikannya hingga meraih gelar doktor. Ia terus berinovasi dengan mengerahkan semua pengetahuan dan kreativitasnya. Salah satu karyanya yang menarik sudah menggunakan teknologi ilusi. Coba buka youtube, lalu ketikkan “Martinus Miroto – Teleholografis Dance”.
Luas dan menantang
Bidang seni pertunjukan, seperti halnya bidang kesenian lainnya, adalah bidang yang unik. Jalur kariernya tidak beraturan seperti pegawai kantoran. Itu sebabnya mereka yang ingin penghasilan tetap umumnya menjadi guru, dosen, atau karyawan. Profesi tari hanya sebagai sambilan.
Tapi bagi yang ingin mengabdi total sebagai seniman, banyak hal yang mesti disiapkan. Tahun-tahun mengawali profesi sebagai seniman bukan periode yang mudah atau nyaman. Dari luar mungkin terlihat menyenangkan. Namun dengan tersedianya teknologi digital dan internet bagi semua orang, peluang sukses di bidang ini jauh lebih besar.
Kini penari tidak hanya dibutuhkan di pertunjukan televisi dan panggung budaya, tetapi juga di berbagai proyek pariwisata dan pembuatan film layar lebar. Mengajar tari pada para diplomat asing atau bahkan mengajar tari tradisional di manca negara sudah banyak dilakukan penari kita. Sardono W. Kusumo termasuk salah satu seniman yang hampir seluruh masa produktifnya dilalui sebagai penari maupun koreografer di puluhan negara.
Nah, bagi kamu yang mantap menjalani karier di dunia seni pertunjukan, khususnya seni tari, siapkan 3 hal ini: Kuasai teori terkait, perbanyak latihan dan praktik untuk menambah jam terbang, dan kuasai aneka 21st century skills, seperti pemanfaatan digital technology termasuk medsos. Penguasaan bahasa asing jelas mutlak. Satu hal lagi. Karena seni pertunjukan adalah hasil teamwork, kemampuan berkolaborasi dan menjalin strategic network sangat dibutuhkan.
Add Comment