Selama ini banyak kalangan memandang prodi MIPA yang berorientasi teori dan praktik lab kurang bermasa depan. Baca artikel ini dulu, siapa tahu anggapanmu berubah.
Banyak kemajuan di dunia medis akibat meningkatnya pemahaman kita tentang genome. Genome adalah susunan DNA manusia yang berisi informasi tentang berbagai risiko kesehatan. Obat yang dibuat khusus sesuai dengan genome seorang penderita diabetes, misalnya, akan lebih manjur dibandingkan obat yang dibuat massal untuk semua orang.
Dulu Amerika tak tertandingi di bidang riset genome. Pakar mikrobiologi dan genetika sedunia belajar ke John Hopkins University, Washington University, atau Stanford University. Tapi peta persaingan mulai bergeser. Kini the Beijing Genome Institute (BGI) adalah pusat riset genome terbesar di dunia dengan jumlah mesin pemetaan gen terbanyak, lebih banyak dari yang dimiliki Amerika. Beberapa ahli di sana bahkan berambisi memetakan genome semua anak di China (Alec Ross – The Industries of The Future, 2016)
Berhubung punya nilai kemanusiaan tinggi karena bisa mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit yang terbilang sulit, pemetaan genome punya nilai bisnis sangat menjanjikan. Di tahun 2013 saja, potensi pasar dunia ditaksir sebesar $ 11 milyar atau sekitar 140an triliun rupiah. Angka ini terus membengkak dan beberapa pihak di Indonesia mulai bergerak menangkap peluang yang masih belum banyak pesaingnya ini.
Tak heran banyak peneliti biologi molekuler masuk ke industri ini. Sebut saja Anne Wojcicki yang mendirikan 23andMe. Kita cukup meludah di tabung yang disediakan, lalu kirim ke lab 23andMe. Dengan $ 99, kita mendapat laporan sebagian dari genome kita di area DNA yang berisiko penyakit tertentu, misalnya Parkinson, atau bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap obat tertentu.
Anne juga memetakan genome suaminya, Sergey Brin sang pendiri Google. Pada DNA milik Sergey terdapat mutasi gen yang meningkatkan risiko terkena Parkinson antara 30 – 75% dibanding orang kebanyakan. Sejak itu Sergey minum teh hijau dan banyak berolahraga untuk mengurangi risiko tersebut. Dan berhasil.
Di Hong Kong, Prenetics, perusahaan startup sejenis, mendapat suntikan dana sebesar $ 40 juta dari Alibaba, raksasa online shopping di China. Sejak dirilis tahun 2014, Prenetics sudah memproses hampir 200 ribu sampel DNA. Selain melakukan tes genetik, Prenetics mengembangkan berbagai layanan kesehatan secara digital dalam satu app, kata Danny Yeung, CEOnya.
Layanannya antara lain memprediksi risiko penyakit, termasuk kanker, dan pemetaan DNA untuk perencanaan keluarga. Prenetics juga memberi layanan Nutrigenomics (bagaimana dampak nutrisi tertentu pada tubuh kita sesuai hasil tes DNA) dan Pharmacogenomics (bagaimana dampak obat tertetu pada tubuh sesuai hasil tes DNA kita). Atas dasar ini klien bisa berkonsultasi pada ahli gizi atau pelatih fitness untuk merancang program hidup sehat.
Menurut Danny Yeung, seseorang dengan risiko terkena diabetes tipe 2 bisa tetap hidup sehat apabila gaya hidupnya sehat. Sekitar 90 persen diabetes tipe ini bisa dicegah dengan menu makanan yang tepat dan gaya hidup sehat. “Gen bukan ramalan nasib,” katanya.
Bagaimana dengan Indonesia? Salah satu startup sejenis adalah Genetics Indonesia. Perusahaan yang didukung dana salah satu keluarga pemilik grup Kopi Kapal Api ini salah satu layanannya adalah memprediksi risiko kanker pada janin yang masih dalam kandungan. Menurut CEOnya, Simon PhD, pihaknya bekerja sama dengan beberapa rumah sakit besar di dalam negeri. Namun ia berharap tidak lama lagi layanan ini tersedia untuk tiap orang.
Masih sangat banyak manfaat yang bisa diperoleh dari industri ini bagi perbaikan kesehatan dan gaya hidup manusia. Bukan hanya soal penyakit, bisnis kecantikan dan pencegahan penuaan pun akan menarik manfaat dari layanan berbasis human science ini.
Bayangkan, ada berapa juta orang indonesia. Betapa banyak solusi kesehatan yang bisa dihasilkan dari data sebanyak itu kelak. Jadi, siapa bilang prodi MIPA kurang bermasa depan cerah? Jurusan pencetak peneliti di lab ini bisa dijadikan pilihan favorit bagi yang punya passion di bidang kesehatan namun tidak diterima di jurusan kedokteran atau tidak ingin jadi dokter.
Nah, kalau kamu sangat menyukai pelajaran Biologi, coba cari info lebih banyak soal aneka prodi terkait seperti Biomedicine, Biotechnology, Bioinformatics, bahkan Bioentrepreneurship alias kewirausahaan di bidang human science.
Add Comment