Career and Study

Belajar Ilmu dan Teknik Lingkungan di UNAIR

shutterstock_154191794

Berbeda dengan bidang Teknik Lingkungan yang fokusnya engineering (teknik), prodi Sain & Teknologi Lingkungan di UNAIR menekankan sisi Sain (science).

Itu sebabnya namanya Ilmu dan Teknologi Lingkungan (ITL). Lulusannya bergelar ST atau Sarjana Teknik. Walaupun baru berusia 6 tahun, prodi ini sudah mendapat akreditasi A. Apa saja keunikan dan kelebihannya?

Menurut Profesor Agoes Soegijanto, sekitar 40% kurikulumnya sama dengan prodi TL umumnya. Di sini juga diajarkan pengelolaan limbah cair dan gas. Begitu juga distribusi air bersih, pengelolaan limbah padat, sampah, dan limbah berbahaya.

Tapi kata pakar Biologi Lingkungan jebolan Universitet de Montpelier, Perancis ini, kekhasan ITL Unair ada pada di ECOTOXICOLOGY. Ecotoxi adalah dasar dari pengelolaan lingkungan. Hampir semua peraturan (undang-undang) lingkungan berpijak pada pemahaman soal Ecotoxi. Ini bedanya dengan prodi lain.

Meskipun belajar soal sain dan teknik, mahasiswa juga dibekali pemahaman bidang hukum, khususnya mengenai peraturan yang berlaku di Indonesia. Logikanya, semua kajian lingkungan baik soal rekayasa, pemantauan maupun pengelolaan lingkungan bertitik tolak dari peraturan. Itu sebabnya mahasiswa mesti melek hukum lingkungan.

PILAR ILMU

Dasar- dasar SAIN

Ilmu dasar Kimia (dua semester), dan ilmu Kimia Lingkungan. Ada mata kuliah Biologi Dasar, dan ada Ekologi yang jadi tumpuan Ekotoksikologi. ilmu ini bicara soal bahan beracun dari manusia termasuk limbah terhadap lingkungan. “Belajar lingkungan tanpa ekotoksikologi percuma,” kata prof. Agoes.

Materi Pokok

Dengan dasar Sain yang kokoh, mahasiswa diajak mendalami pemantauan lingkungan secara biologis. Ini tak banyak diajarkan di universitas lain. Kegunaannya untuk menilai apakah lingkungan ini masih baik atau tidak dengan cara meneliti sisi biologisnya. Contohnya, dengan melihat tanda-tanda biologis di di daerah Gresik, Jawa Timur, mahasiswa tahu kualitasnya jelek dan banyak pencemaran udara.

Selain itu ada mata kuliah pendukung seperti misalnya tentang ilmu sosial dan komunikasi. Ini perlu sebab banyak masalah lingkungan berkembang menjadi konflik sosial, seperti misalnya rusuh antara masyarakat Rembang dengan pabrik Semen. Meskipun materinya beragam, yang terpenting mahasiswa harus memahami keterkaitannya sebab semuanya saling terkait di dunia nyata.

Keahlian Utama

Lulusannya tidak dibekali untuk merancang sarana (bangunan) pengelolaan lingkungan di kawasan industri atau perumahan, melainkan untuk memantau dan mengelola lingkungan. Contohnya, di Ujung Pangkah, Jawa Timur, ada kegiatan penghijauan oleh beberapa perusahaan yang dibayar pemerintah untuk melakukan konservasi. Mahasiswa kesana untuk memantau apakah upaya perusahaan itu sudah efektif.

Cara termudah adalah dengan melihat jumlah dan jenis burung tertentu. Jadi tugas mereka seperti ‘memotret’ kualitas lingkungan di sana. Dari sini biasanya sudah tampak apakah ada perbaikan lingkungan di sana.

Cara lain pemantauan lingkungan dengan pendekatan biologis misalnya dengan melihat apakah banyak lumut kerak di pepohonan. Jika tidak ada berarti polusi udara di daerah itu tinggi sebab lumut kerak sensitif terhadap SO2 dan NO3 yang keluar dari knalpot mobil (solar atau bensin).

Ini baru indikasi awal. Selanjutnya perlu dilakukan riset untuk mengetahui komponen apa yang dominan mengotori lingkungan. Asap knalpot yang hitam mengandung sulfur (SO2) kalau kena air jadi asam sulfat. Setelah telaah kimiawi baru bisa dirumuskan usulan untuk membuat kebijakan demi perbaikan.

Melalui riset ini bisa diketahui batas daya dukung lingkungan, yakni sampai kapan lingkungan tersebut bisa mentolerir pencemaran. Di Gresik, daerah Manyar, kadar debunya tak pernah sesuai standar layak bagi manusia. Kalau terlalu lama terdampak, manusia bisa terkena sesak napas, sakit paru-paru, bahkan bisa kanker. Dengan ini bisa diprediksi berapa tahun lagi dampaknya akan timbul.

Dengan menggunakan alat untuk sampling kualitas udara (air pollution sampler), untuk mengukur debu, dan berbagai alat lain bisa dibuat peta problema lingkungan. Akan tampak mana daerah yang lingkungannya baik dan mana yang buruk. Peta ini bisa dibuat dengan memasukkan data remote sensing (penginderaan jarak jauh) ke dalam sistem informasi geografis.

Praktik dan Kerja

Sekitar 20% kegiatan belajar-mengajar untuk praktik. Ada kegiatan pemetaan dan monitoring lapangan dengan sampling sesuai ketentuan pemerintah. Bisa di sekitar kampus, bisa juga di luar. Praktik mengolah sampah dengan reaktor juga dilakukan di kampus tapi lokasinya agak terpencil sebab ada bau tak sedap. Khusus untuk pemantauan logam berat di udara tidak dipraktikkan. Karena alatnya terbatas, hanya diajarkan prinsip kerjanya saja.

Selain praktik selama beberapa jam, ada field trip ke hutan Baluran selama 5 hari. Meski letaknya ada di satu lokasi, ekosistem hutan ini bervariasi. Ada ekosistem hutan hujan, gugur daun, terumbu karang, padang rumput, dan sebagainya. Dari hutan ini saja mahasiswa belajar semua macam ekosistem.

Ada lagi PKL atau Praktik Kerja Lapangan (bukan magang) yang bisa dilakukan di beberapa perusahaan seperti misalnya di Petrokimia, Gresik. Di PT Lapindo, Sidoarjo mahasiswa belajar separasi gas dan pengolahan limbah. Yang lainnya di Pertamina Tuban (depo minyak terbesar untuk Indonesia bagian timur) atau ke pabrik gula di wilayah Jatim.

Selain praktik mengelola lingkungan atau limbah, di perusahaan tertentu seperti Wika (Wijaya Karya) mahasiswa terlibat di bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) atau sering disebut Health, Safety, and Environment (HSE). Seusai PKL mahasiswa membuat laporan untuk presentasi, dan dinilai.

Bagi yang berminat mendalami riset, ada exchange program dengan Kyushu University, Jepang, Program ini berlangsung sebulan. Semua biaya ditanggung pihak Kyushu. Mereka di sana bukan untuk kuliah tapi untuk menambah pengalaman riset dan lapangan. Program sejenis juga dilakukan dengan Filipina dan beberapa negara lain.

Softskills

Dari pengamatan Prof. Agoes, perusahaan yang pengelolaan limbahnya baik rata-rata perusahaan asing atau yang berorientasi ekspor. Untuk bekerja di sana kemampuan berbahasa Inggris mutlak. “Banyak sarjana yang ‘gak pinter ilmunya’ bisa diterima karena Inggrisnya lancar,” tambahnya. Harap maklum, para pimpinan di perusahaan ini kebanyakan tenaga kerja asing.

Yang tampaknya remeh adalah kemampuan mengolah data dan menyusun laporan. Aplikasi seperti Microsoft Excel harus dikuasai. Banyak pimpinan perusahaan mengeluh karena sulit mendapat staf seperti ini. Tak jarang, untuk menutupi kelemahannya, beberapa staf enggan membuat laporan tertulis. Alasan sesungguhnya hanya karena mereka tidak mampu.

Bidang Peminatan

Tidak ada bidang peminatan di jurusan ITL Unair, hanya skripsi mahasiswa saja yang berbeda satu sama lain. Kebanyakan risetnya di lab, misalnya di bidang pemetaan (Sistem Informasi Geografis), perencanaan air minum, pengolahan limbah rumah tangga (atau apartemen), limbah rumah sakit, atau riset di lab untuk menyelidiki potensi berbagai bahan di sekitar kita yang mampu menyerap limbah.

Khusus untuk topik pengelolaan limbah, rancangan yang diajukan harus sesuai kondisi di lapangan. Banyak rumah sakit yang bersedia dijadikan tempat penelitian sebab mereka belum punya pengolahan limbah sendiri. Selama ini banyak pekerjaan pengolahan limbah RS dikerjakan oleh perusahaan lain. Kedepan ini akan dilarang pemerintah. Kelak tiap RS harus punya pengolahan sendiri.

tekling

Ads 2-04

About the author

Budi Prasetyo

Budi Prasetyo

Budi Prast adalah Founder jurusanku.com. Selain aktif melakukan penelitian di bidang pendidikan, bersama Ina Liem ia menulis “7 Jurusan Bergaji Besar”, "Kreatif Memilih Jurusan", dan "Majors for the Future". Minat utamanya meliputi pendidikan, data analytics, dan design thinking. Ia juga salah seorang Kontributor Kompas KLASS untuk rubrik #baca.

3 Comments

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*