(Tulisan Ina Liem di Kompas kali ini membahas daya tarik dan tantangan jurusan pendidikan dan keguruan. Artikel ini terbit di Kompas KLASS pada Kamis, 29 September 2016. Semoga bermanfaat)
“The old ways of teaching are completely unsuited to new ways of working,” Tony Wagner.
Di bukunya, The Global Achievement Gap, Tony Wagner menegaskan betapa Finlandia layak dijadikan referensi pendidikan guru. Betapa tidak, prestasi akademik pelajar di sana termasuk tertinggi di dunia untuk matematika, sains, dan membaca. Salah satu penyebab utamanya tak lain adalah kualitas guru-gurunya.
Di Finlandia, syarat menjadi guru sekolah dasar adalah lulus jurusan pendidikan keguruan di tingkat master dengan masa kuliah 5–6 tahun. Tes masuknya sangat ketat, baik tes akademik, kepribadian, maupun wawancara.
Menurut Pirjo-Liisa Heikkila, First Secretary dari Kedutaan Besar Finlandia di Jakarta, hanya 10–12 persen pendaftar yang biasanya diterima. Hanya yang memiliki nilai akademik, interpersonal skills, dan motivasi tertinggi yang lolos seleksi.
Mengapa motivasi begitu penting? Guru lemah motivasi hanya akan mencetak pelajar biasa-biasa saja. Ini tersirat di buku Wagner yang lain, Creating Innovators. Inovator unggul yang ditelitinya rata-rata pernah dibimbing guru yang “tidak biasa”, yang membimbing dengan cara tidak konvensional. Ya, hanya guru sejati yang mau “berjibaku” mengajarkan kemampuan belajar mandiri, menularkan antusiasme, dan memelihara rasa ingin tahu pada siswanya.
Ratih Adiputri, peneliti yang tinggal di Finlandia sejak 2009, memiliki seorang putri, Nadya, yang bersekolah di Finlandia sejak TK hingga kini kelas 7. Saat kelas 2 SD, Ratih dihubungi guru sekolah yang menawarkan Nadya untuk pindah ke sekolah musik. Sang guru melihat, Nadya cepat sekali hafal lagu dan nadanya. Sebagai orangtua, Ratih sendiri tidak mengenali bakat ini.
Setelah tes, Nadya diterima di sekolah musik yang pada dasarnya sama seperti SD lain, tetapi ada tambahan 4 jam pelajaran musik. Tidak sekadar memainkan alat, Nadya harus tahu alat gesek biola terbuat dari bahan apa. Bahkan, gurunya membuka satu per satu bagian instrumen musik agar siswa tahu dari mana suara berasal dan bagaimana menghasilkan suara yang diinginkan.
Mengalami langsung
Di Finlandia, institusi pertama yang menawarkan pendidikan guru adalah University of Jyvaskyla yang pada 2013 merayakan usia 150 tahun. Sayangnya, program studi S-1 di bidang kependidikan tidak menerima mahasiswa internasional. Di tingkat pascasarjana, ada dua macam program, yakni Master of Educational Sciences dan Master of Educational Management and Leadership.
Di sini, mahasiswa internasional mendapat kesempatan mengalami langsung sistem pendidikan Finlandia, baik teori maupun praktik. Mereka akan melihat sendiri bagaimana pendidikan yang minim memberi tes dan pekerjaan rumah ini justru mencapai kualitas nomor wahid di dunia.
Menurut Yunita Firmaningsih, mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh Master of Educational Leadership di University of Jyvaskyla, ada program principal shadowing di sekolah selama seminggu. Mahasiswa berkesempatan mengamati langsung kegiatan kepala sekolah dan juga guru, baik di kelas maupun di ruang kerja mereka.
Pada program kunjungan, mahasiswa mengunjungi aneka sekolah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus seperti sekolah untuk tunanetra. Sekolah negeri dan sekolah swasta tak luput dikunjungi untuk memahami perbedaannya.
Master thesis yang dipilih Yunita adalah “The Role of Principal’s Instructional Leadership at Schools in Indonesia” yang menganalisis apakah sistem instructional leadership pada kepala sekolah berjalan baik di Indonesia. “Banyak negara maju berpendapat sistem ini sudah ketinggalan zaman,” tambah Yunita.
Teknologi dan tuntutan inovasi
Karena teknologi sudah masuk ke ranah pendidikan, guru semakin dituntut melek teknologi. Mulai 2016, Finlandia mulai mengajarkan bahasa pemrograman komputer (coding) sejak di tingkat sekolah dasar. Jadi, wajar saja kalau mahasiswa kependidikan mendapat mata kuliah Information Technology.
Di beberapa negara, sekolah tertentu mulai memakai metode Blended Learning yang mengintegrasikan pelajaran tatap muka dengan materi ajar berbasis teknologi digital, misalnya dengan Google Classroom atau Schoology. Untuk itu mahasiswa University of Jyvaskyla dibekali wawasan perkembangan teknologi yang relevan pada mata kuliah Leading Technology in Education.
Pada mata kuliah In Search of Education Excellence, Global Trends, mahasiswa diajak melihat pentingnya konteks sejarah, budaya, dan kebijakan pendidikan di negara masing-masing sebelum mengupayakan perbaikan. Sementara itu, di mata kuliah Aspects of Educational Reform in Challenging Circumstances, mereka menelaah sistem pendidikan Finlandia dan dampaknya terhadap kemajuan pendidikan di sana.
Tak kalah menarik adalah mata kuliah Leading Creativity and Innovation dan Educational Innovations and Entrepreneurship. Di sini, mahasiswa belajar tentang konsep dasar kewirausahaan, bagaimana mengaplikasikan metode pendidikan kewirausahaan, dan sikap serta skill apa saja yang diperlukan untuk menjadi wirausaha.
Baca bagian selanjutnya, “Modal Utama Sekolah Bermutu” di sini.
Ina Liem
Author and CEO JURUSANKU
@InaLiem
@kompasklass #edukasi
Add Comment