Kalau kita diminta menyebutkan binatang khas New Zealand, pasti jawaban pertama adalah burung Kiwi. Tapi anehnya, banyak warga New Zealand sendiri seumur hidup belum pernah melihat binatang pemalu yang menyukai kegelapan ini.
Beruntung sekali saya mendapat kesempatan melihat burung ini dari dekat. Kebetulan seekor Kiwi baru saja menjalani operasi di rumah sakit khusus untuk ‘wild animals’ yang terletak di dalam kampus Massey University. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit khusus untuk hewan liar di New Zealand.
Petugas rumah sakit membawa keluar sang Kiwi untuk diperlihatkan kepada kami, rombongan jurnalis dari berbagai media di Indonesia dan Malaysia. Karena takut sang Kiwi stress, kami hanya diberi waktu 5 menit untuk mengamati hewan unik ini. Tanpa menyia-nyiakan waktu, langsung saja kedelapan wartawan sibuk jeprat-jepret dengan kamera masing-masing. Sang Kiwi berusaha sembunyi di balik selimut karena memang lebih nyaman di kegelapan.
Bagi penyayang binatang yang suka science, jurusan Veterinary Science atau Veterinary Technology mungkin akan sangat memenuhi passionnya. Massey University adalah satu-satunya universitas di NZ yang menawarkan program Kedokteran Hewan. Saking fokusnya, bahkan rumah sakitnya pun dibagi dua. Yang satu untuk melayani binatang peliharaan dan yang satu lagi khusus menangani hewan liar, terutama yang terancam punah.
Kepedulian masyarakat NZ juga patut diacungi jempol. Apabila melihat binatang yang terluka, mereka dengan sukarela menghubungi rumah sakit ini. Dana rumah sakit pun didapat dari para donatur. Mereka baru saja berhasil mengumpulkan dana 1.4 juta dolar NZ sehingga mampu membangun rumah sakit yang lebih besar. Maklum, fasilitas yang ada semakin disesaki binatang yang butuh perawatan.
Perhatian luar biasa terhadap hewan juga tampak di kota Dunedin yang terletak di pulau selatan NZ. Karena banyak jenis burung yang mulai terancam punah, pemerintah membangun pagar sepanjang 9 km mengelilingi sebuah hutan yang dijadikan ‘sanctuary’.
Tidak main-main, pagar ini terbuat dari bahan khusus, bukan sembarang kawat yang mudah dibengkokkan binatang pemakan burung. Pagar ini ditanam melengkung hingga ke bawah tanah untuk menghindari hewan pengerat yang biasanya melubangi tanah agar mereka tidak dapat masuk ke dalam sanctuary.
Gerbang masuk ke dalam sanctuary ini mirip gerbang depan sebuah kedutaan besar, yakni terdiri dari 2 lapis pintu. Setelah pintu pertama ditutup, pintu kedua baru boleh dibuka. Seolah belum cukup, kami pun harus memeriksa tas bawaan kami untuk memastikan tidak ada binatang ‘predator’ yang melompat masuk ke tas tanpa sepengetahuan kami. Hukumnya: Tikus dilarang masuk. Luar biasa ketat!
Mengenalkan pentingnya menjaga kelestarian alam diperkenalkan sejak dini di NZ. Orokonui Sanctuary sering dijadikan tempat merayakan ulang tahun bagi anak-anak. Wajah anak-anak dilukis, menampilkan keceriaan warna-warni di tengah alam.
Menjaga kelestarian bumi tidak cukup hanya dengan mempelajari ilmu lingkungan hidup saja. Masyarakat dan pemerintah perlu berinisiatif melakukan apapun dalam batas kemampuan mereka untuk bertindak. Semoga keteladanan warga New Zealand ini menginspirasi bangsa-bangsa lain, termasuk kita.
Memang, bumi ini bukan milik kita. Kita meminjamnya dari anak-cucu kita. Seperti layaknya peminjam yang baik, kita harus mengembalikan kepada pemiliknya dalam keadaan baik.
Add Comment