“Every great leader is a great storyteller” –Howard Gardner, Harvard psychologist
Suatu hari, seorang ibu datang ke Pizza Hut di Arkansas, USA. Ia bertanya apakah ada sandwich bakso di menunya. Saat dijawab tidak ada, ibu ini kecewa sekali hingga menangis. Sang koki bernama Sterling Price kemudian menyanggupi membuatkan menu khusus sesuai yang diminta ibu tadi.
Si ibu berterima kasih dan menjelaskan bahwa suaminya sakit dan kehilangan selera makan, tapi ingin makan sandwich bakso. Ia sudah ke beberapa restoran dan tidak ada yang bersedia membantu. Pizza Hut adalah tempat terakhir yang disinggahinya sebelum pulang.
Keesokan harinya ia menelpon Pizza Hut untuk berbicara dengan koki baik hati itu. Katanya, suaminya makan sandwich sebanyak yang dia bisa, dan itu adalah makanan paling enak yang bisa dimakannya sejak sekian lama. Sandwich buatan Sterling adalah yang terakhir bagi si suami yang meninggal malam itu akibat kanker stadium 4. Si ibu berterima kasih karena Sterling sudah membantu mengurangi penderitaan suaminya di saat-saat terakhir hidupnya.
Bayangkan seandainya cerita ini disampaikan seorang manajer ketika memotivasi para staf nya agar memberi layanan prima kepada pelanggan. Lalu, bandingkan dampaknya jika sang manajer hanya berkata, misalnya: “Pelanggan adalah raja. Mari kita berikan layanan yang sebaik-baiknya.” Tentu beda, bukan?
Paul Smith dalam bukunya “Lead with a Story” mengungkapkan pentingnya kemampuan mendongeng bagi seorang pemimpin. Begitu hebat dampak sebuah cerita sehingga beberapa universitas di Amerika seperti Notre Dame dan De Paul University, serta Macquarie University di Australia menambahkan mata kuliah storytelling dalam kurikulum program bisnis mereka.
Di dunia kerja, kita tahu kemampuan presentasi sangat mendukung karier seseorang. Sehebat apapun, kalau kemampuan presentasi kita lemah, pimpinan tidak akan tahu prestasi kita. Kenyataannya, seringkali orang membuat slide presentasi dengan kalimat panjang lebar dan para audiens hanya perlu membaca text yang ada di slide. Presentasi seperti ini sering kurang mendapat perhatian dan dilupakan orang. Sekali lagi, dampaknya tentu beda jika presentasi disampaikan dengan gaya bercerita.
Kini banyak perusahaan besar di Amerika memanfaatkan storytelling sebagai alat kepemimpinan, termasuk Microsoft, Nike, Disney, NASA, FedEx, The World Bank, dan masih banyak lagi. Para senior executives di perusahaan-perusahaan ini bahkan dilatih sebagai ‘corporate storyteller’.
Di buku ini Paul Smith memberikan banyak sekali contoh cerita yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Bagi yang punya ambisi menduduki posisi pemimpin dan tidak ingin jadi bawahan selamanya, atau ingin memimpin perusahaan sendiri, kemampuan bercerita bisa menjadi modal berguna.
So… let’s start telling stories….
Add Comment