Dengan perkembangan teknologi serba cepat, berbagai ancaman mengintai dari tingkat personal, bisnis, sampai pemerintahan. Kalau tidak segera menyiapkan SDM yang mumpuni di bidang-bidang tertentu, Indonesia akan mengalami masalah besar di area yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Tim Beresford, Chief Operating Officer & Deputy Vice-Chancelor dari Macquarie University, menyebutkan tiga bidang penting yang sedang tumbuh pesat, baik dari sisi ancaman maupun peluang yang ditimbulkannya: Keamanan Siber, Aktuaria dan Analitik, dan Hukum Lingkungan.
Di dunia maya, Indonesia termasuk negara paling rawan serangan hacker. Dalam kurun 3 tahun (2012 – 2015), hampir 500 orang ditangkap atas dugaan kejahatan siber. Kerugian dan potensi bahaya yang ditimbulkan sangat besar.
Dari jenis serangannya, kasus hacking di Indonesia mulai dari peretasan akun media sosial seperti Facebook dan Twitter sampai yang lebih merusak, misalnya penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh pemerintah Australia yang berdampak tegangnya hubungan diplomatik kita dengan negeri kangguru itu.
Dari survei Kompas, lebih dari 50% pengguna media sosial tidak mengecek kebenaran informasi yang mereka peroleh. Alhasil, hoax merajalela menciptakan kemarahan dan kebencian di masyarakat. Ini berpotensi menjadi ancaman bagi kesatuan dan ideologi bangsa kita. Bahkan, teroris juga memanfaatkan internet untuk merekrut anggota, mengirim dana, dan merencanakan aksi.
Kalau melihat “korban”nya, motif kejahatan ini bervariasi, misalnya mencuri atau mengubah data, menyebar informasi palsu, membocorkan atau menyalahgunakan data, memata-matai industri atau perusahaan pesaing, membobol rekening bank, bahkan ‘menguping’ rahasia negara lain.
Yang memprihatinkan, kita sangat kekurangan ahlinya. Ahli di bidang cyber security di Indonesia masih dalam hitungan puluhan orang. Korea Selatan yang penduduknya lebih sedikit dari Indonesia malah punya ribuan cyber security expert.
Menurut Kombes (Pol) Agung Setya dari Bareskrim Polri, di akhir 2015 yang menangani berbagai kasus cyber crime hanya 18 orang polisi. Di China jumlahnya mencapai 18.000 orang. Lewat program “Born to Control”, tahun ini Menkominfo akan memilih 10.000 kandidat dari seluruh Indonesia untuk pelatihan khusus di bidang keamanan siber.
Ancaman lainnya di bidang lingkungan hidup. Indonesia sering tidak diuntungkan di berbagai kasus seperti kebakaran hutan atau polusi tambang dan industri dengan pelaku perusahaan, lokal maupun asing. Kasus kandasnya kapal pesiar Inggris, MV Caledonian Sky, di perairan Raja Ampat, Papua yang merusak ribuan hektar terumbu karang di zona utama tak kalah peliknya.
Pada kasus Raja Ampat ini, tanpa audit lingkungan sebelum dan sesudah kejadian, pihak Indonesia mungkin hanya akan mendapat “uang kerahiman” ala kadarnya dari pemilik kapal. Ini tidak sebanding dengan rusaknya terumbu karang. Mengapa kita sering kalah pada kasus kerusakan lingkungan?
Kasus seperti di atas adalah ranah ahli Hukum Lingkungan. Negara berkembang sering dirugikan karena dalam sengketa, pihak lawan memiliki tim pengacara Hukum Lingkungan yang tangguh. Kita memerlukan banyak ahli untuk mengawal kepentingan bangsa sejak di tahap pembuatan perjanjian kerja sama dengan perusahaan besar, korporasi multinasional, atau negara lain.
Menurut Prof. Shawkat Alam, pakar Hukum Lingkungan di Macquarie University, keahlian di bidang Hukum Lingkungan tidak hanya terbukti berperan melindungi alam dari pengrusakan, tetapi juga turut menentukan menang-kalah di kancah perdagangan antar negara. Sayangnya, seperti negara berkembang lainnya, Indonesia kekurangan SDM dengan kualifikasi ini.
Di bidang perlindungan terhadap risiko keuangan, Indonesia memerlukan banyak tenaga Aktuaria. Menurut Persatuan Aktuaris Indonesia, dari kebutuhan sebanyak 1805 Aktuaris untuk beberapa tahun ke depan, yang tersertifikasi menurut data 2016 tidak sampai 500 orang. Akibatnya banyak perusahaan terpaksa ‘mengimpor’ Aktuaris asing dengan gaji selangit.
Bidang lain yang masih berurusan dengan peluang dan risiko adalah Data Analytics dan Data Science. Meskipun di seluruh dunia ahlinya masih langka, sebaiknya kita mulai secara sadar mendorong anak muda masuk ke area ini untuk mencuri start. Dengan demikian berbagai posisi bergengsi tidak jatuh kepada pekerja asing hanya karena kita tidak punya ahlinya.
Solusi SDM
Menjawab potensi ancaman ini, Macquarie University di Sydney, Australia, telah menyediakan beasiswa senilai lebih dari lima belas milyar rupiah ($ 1,500,000) untuk mahasiswa Indonesia mulai dari tingkat sarjana sampai pasca sarjana.
Menyiapkan tenaga ahli dalam waktu singkat tidak mudah. Salah satu solusinya adalah melalui pelatihan untuk peningkatan skill karyawan, baik di perusahaan maupun instansi pemerintah. Untuk jangka panjang, program gelar baik di tingkat S1 maupun pasca sarjana layak dipertimbangkan, khususnya untuk generasi muda.
Menurut Tim Beresford dari Macquarie University, keamanan siber salah satu prioritas keamanan nasional Australia. Ini menjadikan beberapa universitas di sana pusat pendidikan dan riset di bidang ini, salah satunya adalah Macquarie University. Spesialisasinya meliputi studi strategis, keamanan siber, terorisme, kejahatan terorganisir, dan pengendalian pemberontakan.
Para pakar memperkirakan ada sedikitnya satu juta lowongan kerja di bidang Cyber Security yang tidak terisi di seluruh dunia. Jadi lulusan program studi Cyber Security tidak perlu kawatir soal pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Maklum saja, kebutuhannya sangat banyak namun sulit mendapatkan ahlinya.
Di bidang Hukum Lingkungan, Macquarie punya sejarah panjang di bidang perdagangan dan lingkungan, hukum laut dan hukum lingkungan laut, hukum dan pengelolaan air, polusi dan kebijakan lingkungan, hukum adat dan pengelolaan sumber daya alam. Belum lama ini 25 staf LIPI menjalani pelatihan keamanan pangan melalui pengelolaan hutan yang efektif.
Dengan posisi top 100 dunia di bidang keuangan, Macquarie juga layak dijadikan rujukan untuk bidang studi yang masih langka ahlinya seperti Actuarial Studies, Applied Finance and Business Anaytics, and Data Science. Sekalipun lulusannya in high demand, tidak banyak universitas yang membuka ketiga jenis prodi ini,
Dengan memilih bidang studi atau pelatihan yang tepat, generasi muda bukan hanya mendapat kepastian kerja dan jenjang karier yang lebih baik setelah lulus. Negara pun diuntungkan karena potensi ancaman di beberapa area penting bisa diminimalkan karena tersedianya SDMyang sesuai. Di era yang penuh ancaman namun juga sarat peluang seperti sekarang ini, keahlian tertentu bisa memberikan keunggulan yang sulit ditandingi di dunia kerja.
Selamat malam Bu Inna, saya mahasiswa semester 3 jurusan Manajemen Rekayasa(Engineering Management). Menurut ibu apakah jurusan ini memiliki sesuai dengan tuntutan industri di masa mendatang?
Fokus dari jurusan ini adalah merencanakan strategi yg dilakukan suatu industri agar bisa tetap survive dalam persaingan.
Terimakasih atas tanggapannya
Lulusan jurusan dibutuhkan di perusahaan besar yang melibatkan banyak aspek keteknikan. Yang jelas, lulusan jurusan ini punya wawasan lebih jelas ketimbang lulusan prodi manajemen umum, khususnya tentang dunia industri. Mahasiswa perlu menjalani program internship (magang) di industri, kalau bisa jangan hanya satu bulan.