Banyak yang beranggapan bahwa introvert itu pemalu, pendiam dan tidak bisa bergaul dan parahnya tidak bisa sukses. Memang banyak orang introvert tidak sukses, tapi sama juga halnya dengan orang orang ekstrovert. Jadi tampaknya kesuksesan tidak bergantung pada hal ini.
Tahun 1921 Carl Jung mempopulerkan instilah introvert dan ekstrovert. Para psikolog sepakat bahwa cara kerja kedua tipe ini memang berbeda. Ekstrovert cenderung berkerja dan membuat keputusan dengan cepat, mengambil resiko, multitasking, dan enjoy dalam mencari reward. Sebaliknya introvert cenderung lebih cermat dan perhatian, focus, mampu berkonsentrasi dan immune terhadap iming- iming (reward).
Sejak lama banyak yang mengagumi kaum ekstrovert karena sifat mereka yang mudah bergaul. Tidak sedikit yang mengganggap mereka sosok pemimpin. Tapi apakah ekstrovert memang lebih baik?
Dalam buku “Quiet- the Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking”, Susan Cain menyebut berbagai introverts dengan karya gemilang seperti Van Gogh, Chopin, George Orwell, Steve Wozniak, Steve Jobs, Bill Gates, Larry Page dan JK Rowling.
Menurutnya introversi tidak sama dengan sifat pemalu. Mereka hanya tidak nyaman dengan dunia yang hingar bingar. Sejak kita memasuki abad ke 20, orang orang menjadi tidak daling kenal sehingga tiap orang terdorong untuk membuktikan dirinya kepada orang lain agar diakui. Akibatnya, orang orang yang punya kharisma dan dominan lebih dihargai. Sementara kaum introvert membutuhkan ruang sendiri untuk menggali kreatifitasnya. Faktanya, kebanyakan top performers berkerja di perusahaan yang memberi mereka privasi yang bebas dari interupsi.
Multitasking yang menjadi andalan kaum ekstrovert, menurut sebuah penelitaian hanyalah sebuah pengalihan atensi dari satu tugas ke tugas lain secara berkali kali. Karena otak kita tidak mampu memberi perhatian pada dua hal segaligus, cara kerja seperti ini bisa menurunkan produktifitas dan meningkatkan kesalahan hingga 50%.
Contoh sukses kaum introvert di dunia investasi adalah Warren Buffett. Kekayaannya yang fantastis adalah suatu bukti kecermatannya dalam mengantisipasi pergerakan bursa saham. Meskipun banyak yang telah mempelajari Buffett golden strategy, belum ada yang bisa sehebat dia. Menurut Cain, salah satu faktornya ada pada pribadinya yang introvert. Cain menambahkan bahwa pembicara yang hebat belum tentu punya gagasan terbaik.
Adakah kaitan antara tipe kepribadian dengan manajemen resiko dan kepekaan terhadap tanda bahaya? Dr. Janice Dorn, seorang doctor ilmu syaraf spesialis anatomi otak mengatakan bahwa kaum introvert cenderung lebih memperhatikan tanda bahaya dan mampu mengendalikan luapan kegembiraan atau hasratnya.
Alhasil, di dunia investasi, di saat orang lain merayakan keberhasilannya, hanya kaum introvert yang bisa menangkap signal bahaya, sehingga mereka bisa lebih waspada dan mampu mengambil tindakan cepat yang terbaik.
Melalui bukunya ini, Cain ingin menyampaikan bahwa kaum introvert tidak perlu memaksakan diri menjadi ekstrovert. Di dunia ini masih banyak peluang untuk sukses bagi kaum introvert. Justru di bidang-bidang tertentu, hanya kaum introvert yang mampu menghasilkan kinerja terbaik.
Add Comment