(Ini adalah salinan artikel pada rubrik Metropolitan di koran Jawa Pos, Senin 25 Mei 2015 tentang industri game yang kian marak dan kaitannya dengan jurusan Game Development. Semoga bisa jadi inspirasi.)
Semakin majunya pemikiran masyarakat membuat pilihan profesi favorit juga kian beragam. Di Indonesia, profesi yang berkaitan dengan gaya hidup diprediksi booming.
SALAH satu bidang profesi yang kurang dilirik, namun sangat prospektif, adalah yang berkaitan dengan industri kreatif. Salah satunya, game application & technology. Di Indonesia, program itu masih ada di dua universitas. Head of Program Game Application & Technology Binus University Michael Yoseph Ricky menyebutkan, untuk jenjang S-1, program game hanya ada di Binus dan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Untuk jenjang S-2, program game ada di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. ’’Untuk S-2, belum ada kampus swastanya,’’ jelasnya.
Di tingkat dunia, ada 302 universitas yang mempunyai program studi game, baik jenjang S-1, S-2, maupun S-3. Michael menilai, ke depan, program itu akan prospektif. Pada 2014, kata dia, profit game industry mencapai USD 65 miliar dalam setahun di seluruh dunia.
Salah seorang mahasiswa Michael bernama Irwanto Widyatri berhasil membuat aplikasi game Tebak Gambar dengan profit Rp 50 juta per minggu. Menurut Michael, bidang game akan kian berkembang. Pasarnya juga luas, yakni untuk semua kalangan dan segala usia.
Lantas, berapa gaji yang bisa dikantongi pembuat aplikasi game? Michael memerinci, ada tiga bagian dalam program game application & technology di Binus University. Yakni, game art, game design, dan game programming. Tiap-tiap bagian punya tugas dan nominal penghasilan yang berbeda. Untuk game design, lanjut dia, umumnya Rp 4 juta– Rp 7 juta, game programming Rp 3 juta–Rp 6 juta, dan game art Rp 3,5 juta–Rp 6,5 juta. ’’Itu rata-rata untuk fresh graduate,’’ ungkapnya.
Senada dengan Michael, konselor keluarga dan karir Surya University Ade Iva Wicaksono menuturkan, profesi yang menguat dalam beberapa tahun ke depan sangat berkaitan dengan gaya hidup masyarakat saat ini. Menurut Ade, makin kuat dan canggihnya dunia ilmu pengetahuan, teknologi, serta digital, arus informasi bakal semakin kencang. Gaya hidup masyarakat pun menyesuaikan. Masyarakat makin membaur, ekonomi dunia juga makin mengarah pada e-economy.
’’Di sisi lain, kualitas alam menurun, kehidupan manusia dituntut sehat,’ katanya. Karena itu, lanjut Ade, para calon mahasiswa dituntut jeli dalam memilih dan menentukan profesi ke depan. Profesi yang berkaitan dengan health care, dokter kecantikan, personal financial advisor, analis pasar, dan bioteknologi akan menjadi tren. Bioteknologi berkaitan dengan rekayasa genetika. Termasuk hubungannya dengan rekayasa makanan yang dikonsumsi. ’’Karena kan manusia dituntut sehat,’’ tuturnya.
Apalagi zaman sekarang. Kita semakin sering menemukan makanan yang mengandung zat berbahaya. Yang membuat miris, jajanan berbahaya tersebut marak ditemui di sekolah. Dokter spesialis kulit dan kelamin Amaranila Lalita Drijono yang aktif dalam gerakan makan sehat anak sekolah mengungkapkan, Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat gizi dan makanan sehat.
Karena itu, Amaranila memandang lima tahun ke depan, bahkan sejak sekarang, Indonesia membutuhkan para tenaga ahli di bidang kesehatan masyarakat. Tugasnya adalah mengedukasi masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengonsumsi makanan sehat. ’’Sayangnya, saat ini, profesi tersebut belum optimal karena belum memiliki lapangan kerja yang memadai,’’ sambungnya.
Menurut Amaranila, hal itu membutuhkan komitmen penuh dari pemerintah untuk meng galakkan lapangan kerja di bidang kesehatan masyarakat. Sarjana-sarjana ahli kesehatan masyarakat perlu dioptimalkan. Mengingat, setiap tahun, terjadi peningkatan angka pasien dan anggaran kesehatan yang dikeluarkan untuk menangani penyakit kronis. Antara lain, stroke, kanker, dan gagal ginjal. Selain itu, dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ditemukan, 40 persen anak Indonesia memiliki otak hang. (puj/co1/uti/nar)
Add Comment