“Tak ada yang abadi di dunia ini selain perubahan.”
Ya, kini perubahan sangat cepat dan tak terelakkan. Ini menuntut kita untuk menemukan hal-hal baru dan meninggalkan kebiasaan lama. Buku “Who Moved My Cheese” karya Spencer Johnson ini mengajar kita bagaimana menyikapi perubahan.
Buku ini mengisahkan perjalanan keempat tokoh yaitu, dua ekor tikus, Sniff dan Scurry dan dua kurcaci, Hem dan Haw dalam menyusuri labirin setiap hari untuk menemukan makanan. Suatu ketika, mereka menemukan station dengan banyak keju. Mereka setiap hari pergi kesana. Hem dan Haw merasa persediaan keju mereka aman sementara Sniff dan Scurry tetap memeriksa kondisi sekitar untuk melihat perubahan perubahan.
Kebiasaan ini terus berlanjut sampai suatu saat keju mereka habis. Sniff dan Scurry yang teliti mengamati perubahan tidak merasa kaget. Mereka segera mencari station baru. Meskipun beberapa kali harus menemukan station yang kosong, mereka tidak menyerah. Setelah beberapa trial dan error akhirnya mereka menemukan station dengan keju yang lebih banyak.
Sebaliknya Hem dan Haw sangat kaget, bahkan menyalahkan orang lain dengan mengatakan ‘Who moved my cheese?’ Mereka menghabiskan waktu mereka berupaya menyelidiki kemana perginya keju keju mereka. Akhirnya Hem dan Haw sadar pentingnya mencari station baru. Karena takut akan akan tantangan yang akan dihadapi Haw tidak mau pergi. Hem akhirnya bertemu dengan Sniff dan Scurry di station dengan banyak keju.
Di kehidupan nyata, banyak orang seperti Hem yang cepat puas dan tidak memikirkan masa depan. Ketika perubahan besar terjadi, mereka menyalahkan orang lain dan keadaan. Ada juga yang seperti Haw, sekadar merasa aman sudah cukup buat mereka. Tetapi yang patut di tiru adalah sikap Sniff dan Scurry. Meskipun sedang berada di kesuksesan mereka tetap memperhatikan keadaan sekitar, sehingga sewaktu ada perubahan mereka dengan tanggap segera menyesuaikan diri dan mengejar sukses baru.
Add Comment