Salah satu pribadi dengan Integrative Thinking adalah Victoria Hale. Di usia 40, ketika kurang selangkah ia menduduki posisi pimpinan di Genentech, perusahaan biotech terkemuka dunia, Hale mengundurkan diri. Ia mendirikan Institute for One World Health (IOWH).
Keputusannya dilatarbelakangi pertanyaan yang selalu mengganggunya: “Mengapa perusahaan farmasi gagal memenuhi kebutuhan obat kaum miskin?”
Sebagai gambaran. Bisnis farmasi terbagi kedalam dua model. Yang pertama adalah model perusahaan berorientasi profit. Perusahaan semacam ini mengeluarkan biaya milyaran dolar untuk mengembangkan obat untuk satu macam penyakit tertentu.
Proses risetnya bisa bertahun-tahun, baik di laboratorium maupun saat uji coba klinis. Jika obat ini mendapat izin edar, perusahaan menjualnya dengan harga yang bisa menutup semua biaya pembuatan ditambah keuntungan bagi para pemegang saham. Tentu saja, obat seperti ini umumnya mahal.
Model yang kedua adalah model subsidi. Sebuah perusahaan farmasi membuat obat dengan bantuan dana pemerintah atau perusahaan farmasi lain agar memproduksi obat dengan harga lebih terjangkau. Kegiatan ini tentu saja tidak melulu berorientasi laba.
Kedua model sebetulnya punya sisi positip. Perusahaan jenis pertama mendapat banyak laba yang sebagian bisa digunakan untuk membantu pabrik obat murah. Namun, kedua model ini tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan obat di negara-negara termiskin dengan penduduk sangat besar. Akibatnya, jika terjadi wabah penyakit, korban meninggal dunia luar biasa banyak.
Bagi Hale, ini tidak bisa diterima akalnya. “Mengapa tak ada perusahaan farmasi yang nirlaba (non-profit)?” Ia percaya untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan teknologi, sumber daya manusia, dan berbagai sumber daya lain yang tidak sedikit. Ini sangat sulit. Tapi Victoria Hale selalu mengatakan: “Mengapa tidak?” Maka didirikanlah IOWH.
Black Fever yang mematikan
Proyek pertamanya adalah mencari obat untuk Visceral Leishmaniasis atau sering disebut Demam Hitam (Black Fever). Penderita akan mengalami penderitaan yang amat sangat dan meninggal secara perlahan. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan antibiotik Amphotericin B, tapi harganya sangat tak terjangkau.
Demam Hitam banyak menyerang negara termiskin seperti Bangladesh, India, Nepal, Brazil, dan Sudan dan membunuh sekitar 500.000 jiwa per tahun, yang membuatnya sebagai pembunuh kedua terbesar di dunia setelah malaria.
Apa yang dilakukan Hale? Ia meneliti daftar obat untuk penyakit ini dan menemukan Paromomycin, suatu antibiotik yang beredar tahun 1961 tapi produksinya dihentikan 15 tahun kemudian karena tidak menguntungkan. Hale mengerahkan segala daya untuk menghimpun dana dan sumber daya guna menguji keampuhan obat ini.
Tahun 2004 dilaporkan bahwa 95 persen pasien Black Fever yang mendapat Paromomycin dinyatakan sembuh. Karena biaya produksinya hanya 10 dolar per pasien untuk perawatan menyeluruh, pemerintah India mampu menutup semua biayanya untuk penduduknya sendiri. Tak lama kemudian negara-negara lain pun menyusul.
Tokoh Kemanusiaan Dunia
Atas terobosan luar biasa di bidang farmasi untuk kemanusiaan ini Victoria Hale mendapat banyak penghargaan dunia. Salah satu penghargaan bergengsi datang dari majalah The Economist yang memberinya Innovation Award for Social and Economic Innovation di tahun 2005.
Bayangkan, kalau Hale hanya berkata: “Mau apa lagi? Obat Black Fever memang mahal karena biaya produksinya besar” atau “Tanggung jawab tiap negara menyediakan dana bagi penanganan Black Fever kalau ingin rakyatnya selamat,” tentu hingga kini tiap tahun masih berjatuhan ratusan ribu korban jiwa. Sebaliknya Hale malah berkata: “Ini bisa dicarikan solusinya. Kita harus mencobanya. Harus.”
Pertanyaannya, mengapa Hale berhasil membuat terobosan ini? Jawabnya sederhana, yaitu karena ia berpikir dengan cara berbeda dari orang kebanyakan. Apa saja ciri pembeda antara cara berpikir Hale dan orang lain? Bagaimana Ciri-Ciri Utama Integrative Thinkers? Silakan baca “Berpikir Inovatif dengan Integrative Thinking”.
Sumber: Roger Martin, The Opposable Mind – Winning Through Integrative Thinking, Harvard Business Press, 2009
Add Comment