(Artikel ini ditulis Ina Liem untuk Buku Kenangan 2024 SMA Karang Turi, Semarang)
Dari hampir 6000 klien yang pernah berkonsultasi tentang jurusan dan karier kepada saya, ada beberapa yang benar-benar berkesan di ingatan. Salah satunya adalah Aldo, klien pertama saya dari 10 tahun lalu. Sejak pertemuan pertama kami, Aldo sudah meninggalkan kesan yang mendalam. Biasanya, setelah seminar selesai, banyak peserta yang mendekat untuk bertanya langsung. Namun, Aldo berbeda; ia tidak bertanya, hanya menyampaikan terima kasih atas informasi yang saya berikan, sambil menjabat tangan saya dengan penuh percaya diri. Sikap hormatnya menunjukkan bahwa ia dibesarkan dengan pola asuh yang efektif, karena karakter adalah sesuatu yang dibentuk, bukan bawaan sejak lahir.
Kombinasi kepribadian alami Aldo, informasi jurusan dan karier yang tepat, serta pendidikan karakter yang kuat, membuat Aldo cepat diterima di dunia kerja, bahkan di tengah masa pandemi. Di saat banyak perusahaan mengeluhkan generasi Z yang dianggap mudah baper dan sulit bertahan lama di satu perusahaan, Aldo justru telah bekerja dan bertahan di satu perusahaan selama 4,5 tahun sejak lulus. Gajinya pun di atas rata-rata (triple digit), karena ia secara konsisten mendapatkan kenaikan jabatan setiap tahunnya.
Dalam buku “Don’t Trust Your Gut,” ada sebuah penelitian menarik yang mengungkapkan faktor-faktor utama yang paling menentukan kesuksesan seorang anak. Ternyata, orang yang sama, dengan orang tua yang sama, jika ditempatkan di lingkungan yang tepat, dapat meningkatkan penghasilan hingga 26%. Lingkungan seperti apa yang dimaksud? Ada tiga kriteria utama:
- Seberapa banyak lulusan perguruan tinggi di lingkungan tersebut.
- Seberapa banyak keluarga utuh (orang tua yang tidak bercerai) di lingkungan tersebut.
- Seberapa banyak yang mengembalikan formulir sensus penduduk.
Kriteria ketiga ini mencerminkan lingkungan yang memiliki warga yang bertanggung jawab. Singkatnya, keberadaan model peran dewasa (adult role model) di sekitar seseorang dapat secara signifikan meningkatkan peluang kesuksesannya.
Namun, kadang-kadang, keluarga yang harmonis dan penuh kasih justru tanpa disadari membuat anak menjadi terlalu nyaman. Situasi ini bisa menjadikan mereka kurang memiliki ambisi, malas bergerak, dan hanya ingin yang serba mudah, sehingga daya juang mereka tidak terbentuk. Banyak remaja saat ini yang menunjukkan gejala seperti ini. Jadi, apa yang bisa dilakukan? Bukankah anak-anak ini juga berasal dari lingkungan dengan pola asuh yang “tampaknya baik”?
Salah satu solusinya adalah dengan mencarikan lingkungan yang memiliki model peran dewasa yang mampu mengubah anak. Meskipun bukan satu-satunya, sekolah ala militer bisa menjadi pilihan. Prinsip-prinsip yang diajarkan di sana membentuk ketahanan, kemampuan bekerja sama, kerendahan hati, dan tanggung jawab, serta menggali potensi tersembunyi.
Contoh menarik adalah kisah Dennis (bukan nama sebenarnya). Waktu SMA, Dennis tidak punya ambisi, prestasi akademiknya biasa saja, dan ia tidak tahu mau kemana setelah lulus. Orang tuanya sangat ingin ia menjadi pribadi tangguh, punya tujuan hidup yang jelas, dan tidak bergantung pada orang lain. Akhirnya, Dennis masuk ke sekolah ala militer di Amerika. Berkat gemblengan di sana, Dennis berubah drastis. Tubuhnya menjadi gagah dan atletis, hidupnya penuh semangat, dan ia punya banyak teman. Namun yang paling membanggakan adalah ia menjadi pribadi yang mandiri, berprestasi, dan memenangkan banyak penghargaan.
Adam Grant dalam bukunya “Hidden Potential” menekankan bahwa ketidaknyamanan dapat membangkitkan potensi tersembunyi yang mungkin tidak pernah disadari, baik oleh si anak maupun keluarganya. Menghadapi tantangan yang meningkat secara bertahap membantu seseorang menjadi lebih tangguh dan lebih tahan terhadap situasi yang tidak nyaman.
Apakah military college adalah solusi untuk semua orang? Tentu tidak. Namun, prinsip-prinsip pendidikan yang diterapkan di sekolah militer adalah yang membentuk karakter. Sistemnya mendorong dan menuntut anak untuk menjadi tegar, proaktif, mampu menetapkan tujuan, berani mengambil risiko, mudah bekerja sama dengan orang lain, dan tetap rendah hati.
Jadi, menyediakan lingkungan dengan model peran dewasa yang tepat memiliki dampak yang sangat besar bagi seorang anak dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan, tidak pasti, dan terus berubah. Ilmu dan keahlian teknis (hard skills) memang penting, tetapi itu harus didampingi oleh karakter yang kuat. Kombinasi inilah yang akan membuat seseorang lebih cepat mencapai sukses.
“Karakter hanya bisa dibentuk melalui pengalaman, kesulitan, dan ketidaknyamanan, bukan lewat kemudahan dan kenyamanan.” — Helen Keller
Add Comment