Kalau cita-citamu mengelola atau memiliki jaringan penginapan di banyak tempat, masih perlukah pendidikan di jurusan Hospitality alias Manajemen Perhotelan?
Dulu, pelancong harus menginap di hotel. Apapun kelas dan fasilitas yang ditawarkan, hotel jadi alternatif utama bagi mereka yang perlu menginap di luar kota. Pebisnis hotel menikmati masa kejayaan selama puluhan tahun.
Tapi kini ada AirBnB. Layanan berbasis aplikasi online ini menawarkan bermalam di rumah, apartemen, kapal pesiar (kapal pesiar), kastil (istana kecil), pulau pribadi, jarum (rumah orang Eskimo), mobil, ruang kerja bersama, rumah pohon, rumah mikro, galeri Anda, hingga tenda di alam terbuka. Selain pilihannya sangat beragam, taripnya pun jauh lebih murah.
Pelancong yang hanya singgah beberapa hari dan tidak terlalu pusing dengan fasilitas hotel yang bagus akan memilih AirBnB. Berapa banyak tamu hotel yang menikmati fasilitas kolam renang, makan malam di restonya, atau berolahraga di fitness center yang disediakan hotel? Umumnya mereka pergi sejak pagi dan kembali ke hotel hanya untuk tidur.
Inovasi Disruptif
AirBnB, singkatan dari asaya tempat tidur dan sarapan atau kasur angin dan sarapan pagi, didirikan di Amerika Serikat sejak 2008. Mirip Uber dan Grab yang tidak memiliki armada taksi namun bisa menawarkan jasa transportasi, AirBnB mengajak pemilik hunian yang ingin menyewakan kamar, rumah, apartemen, losmen, atau tempat menginap lainnya dalam jangka waktu tertentu. Untuk jasanya mempertemukan pemilik hunian dan tamunya, AirBnB mengutip fee.
Tentu saja kehadirannya menyaingi bisnis hotel. Banyak pemilik properti menawarkan huniannya lewat AirBnB, terutama di daerah tujuan wisata. Industri hotel mulai merasakan dampaknya.
Jaringan Natour Hotel yang memiliki 43 hotel mengaku pendapatannya melorot sejak AirBnB mewabah di Indonesia. Rata-rata okupansinya di semester I-2017 hanya sekitar 61%. “Ini imbas dari kehadiran AirBnB,” ungkap Direktur Utamanya, Iswandi Said.
Menurut Sekretaris Perusahaan PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) Ariyo Tejo, kehadiran AirBnB menekan okupansi hotel karena industri hotel di Indonesia masih kelebihan pasokan atau kelebihan pasokan kamar.
Mengapa industri hotel kesulitan menghadapi AirBnB? Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani berpendapat layanan AirBnB memiliki keunggulan yang sulit dilawan industri hotel, yakni dari aspek harga yang jauh lebih murah.
Tren karier pun bergeser
AirBnB yang digagas 3 sahabat ini mengawali layanannya dengan ide cemerlang namun sangat simpel. Mereka menawarkan sarapan pagi sereal dan kasur angin yang diletakkan di ruang tamu. Karena model bisnisnya mudah diduplikasi tanpa batas di manapun, memulai mereka lalu dimodali Penggabung Y, salah satu perusahaan investasi paling inovatif di dunia.
Kini layanan AirBnB bisa dinikmati di 34.000 kota dan 191 negara. Hotel berbintang akan tetap ada, namun jumlahnya akan terus menyusut. Jika tren ini terus berlanjut, banyak hotel akan tutup dan kesempatan kerja di bidang perhotelan akan berkurang.
Dengan berubahnya industri perhotelan akibat inovasi seperti AirBnB, Traveloka, Tiket.com, dll., pilihan jurusan kuliah pun sebaiknya mulai ditinjau ulang. Bagi yang ingin studi Hotel Management di luar negeri, coba pertimbangkan: apakah masih layak membayar mahal untuk mendapatkan ilmu dan masuk ke jenis pekerjaan yang terus menyusut tenaga kerjanya?
sumber: http://katadata.co.id/berita/2017/10/12/airbnb-mulai-mengancam-bisnis-hotel-di-indonesia
Tambahkan komentar