Obrolan dengan belasan orang dan puluhan jam inteview berbuah manis. Ternyata ada banyak hal baru yang menarik untuk dibagikan. Kali ini hanya sebagian kecil yang bisa dituangkan di sini. Versi lengkap tentang Teknologi Pangan sudah kami tulis di Infoletter Jurusanku.
Tahun 2011 pendapatan perkapita kita tembus di atas $3000 per tahun. Artinya, Indonesia tidak lagi tergolong negara berkembang. Ketika sebuah negara mencapai angka ini, pertumbuhan ekonominya berjalan sangat cepat. Ini dialami Korea Selatan 13 tahun lalu. Sejak itu ekonominya terus meroket.
Dengan pendapatan rata-rata sebesar ini, masyarakat punya pendapatan ‘menganggur’ yang bisa dihabiskan untuk kebutuhan sekunder. Lebih hebat lagi ketika survei ekonomi menunjukkan 50 % penduduk Indonesia tergolong kelas menengah dengan income di atas 5 juta sebulan, pertumbuhan ekonomi jadi luar biasa.
Ledakan Kelas Menengah dan Prospek Industri Makanan
Perhatikan berapa banyak mal yang ada, kedai kopi, kafe dan minimarket. Amati juga toko elektronik penjual TV layar lebar dan gadget teranyar. Semua ramai pembeli. Tak terhitung orang yang berangkat umroh dalam setahun, sesuatu yang jarang terjadi 10 tahun silam.
Bayangkan saja kalau jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 230 juta jiwa, ada lebih dari 100 juta orang yang punya daya beli cukup untuk dibelanjakan di luar kebutuhan pokoknya. (Yuswohadi, “Konsumen 3000”, Jakarta 2012).
Dengan kekuatan ekonomi ini, Indonesia akan jadi incaran para pengusaha, baik lokal maupun asing. Kalau beli gadget saja mampu, jangan tanya berapa banyak yang mau’ dihabiskan untuk produk makanan dan minuman, baik yang berupa bahan baku, makanan beku (beku), kemasan, instan, maupun snack.
Tren Pangan dan Teknologi Pangan
Makin banyaknya pabrik dan perusahaan terkait industri makanan dimasa mendatang akan memerlukan ribuan tenaga ahli dibidang Teknologi Pangan. Tapi sungguhkah peluang lulusan jurusan ini terbuka lebar?
Banyak yang menganggap sarjana Teknologi Pangan hanya diterima di bagian Quality Control (QC). Ada yang dengan bercanda menyebut mereka ‘tukang sortir barang’ karena tugasnya menyortir bahan baku makanan di pabrik, baik yang belum diolah maupun yang sudah jadi. Tidak sedikit yang karirnya terhenti di bagian ini selama bertahun-tahun.
Di artikel “Teknologi Pangan-Apa dan Kemana Arahnya”, ada kisah sarjana Food Technology dari Australia yang merasa karirnya ‘mentok’ sebagai manajer proyek. Tugasnya tidak beda jauh dengan QC, hanya saja yang dihadapi bukan hanya makanan tapi juga berbagai perusahaan pemasok bahan baku.
Setelah 10 tahun bekerja di perusahaan raksasa di negeri Kanguru itu, ia memutuskan kembali ke Indonesia dan memulai bisnis yang sama sekali tak berhubungan dengan makanan, dan belajar lagi dari nol.
Anak Satpam jadi juragan udang ekspor
Kisah berikut bisa jadi inspirasi bagi pelajar yang berminat masuk industri pangan. Kali ini tokoh yang kita bicarakan adalah Irwan Yuli Priharto. Pria asli Surabaya ini adalah sosok pengusaha yang meraih sukses dari jenjang paling bawah.
Anak pensiunan TNI yang jadi satpam sebuah perusahaan ini punya kisah hidup dan strategi karir yang menarik disimak.
Menyadari kesulitan keluarganya, ia berusaha meraih nilai tinggi sewaktu kuliah dan berhasil mendapat beasiswa sejak semester 3 hingga lulus. Bahkan di semester 5 ia juga mendapat tambahan penghasilan sebagai asisten dosen di kampusnya.
Dalam menjalani karirnya, Irwan tergolong tipe spesialis. Sejak mendapat pekerjaan pertama di perusahaan pengolahan udang, itu tidak pernah berurusan dengan makanan lain selain udang.
Seperti umumnya lulusan Teknologi Pangan, pekerjaan pertamanya di bagian QC. Setelah 6 bulan bekerja, ia merasa sudah menahami semuanya dan mulai mencari tantangan lain. Atas izin pimpinan, ia masuk ke bagian produksi yang mengolah udang untuk keperluan ekspor. Ini dijalaninya beberapa tahun.
Ketika pindah kerja pun ia selalu masuk ke perusahaan sejenis, namun dengan tanggung jawab lebih besar. Saat bekerja di perusahaan pengekspor udang milik asing, tugasnya bukan hanya mencari perusahaan pemasok udang siap ekspor. Ia mendatangi para pengusaha udang dan mengajari mereka bagaimana caranya agar udang mereka layak diekspor. Dipahami, tiap negara menetapkan standar kualitas sangat tinggi dan seleksi sangat ketat.
Sekedar informasi, ketika kuliah ia mengaku mendapat pelajaran tentang pengolahan udang. Tapi ia menilai materinya hanya menyentuh permukaannya saja. Sebagian besar keahlian soal udang dengan kualitas ekspor ini dipelajarinya di tempat kerja. Tak heran, dengan keahliannya yang sangat spesifik ini Irwan beberapa kali ‘dibajak’ perusahaan lain dan dijadikan pimpinan. Bahkan pernah gajinya selama 2 tahun dibayar dimuka oleh sebuah perusahaan karena keahliannya itu. Atas usaha Irwan, perusahaan bisa mengekspor udangnya ke Amerika.
Orang bilang dengan keahlian yang spesifik, pengalaman yang memadai dan reputasi positif, modal uang gampang didapat. Irwan pun digandeng seseorang untuk mendirikan pabrik pengolahan khusus untuk ekspor. Menjadi pemilik perusahaan yang cukup besar ini terjadi setelah kurang lebih 10 tahun ia malang melintang di industri udang, perjalanan yang tidak terlalu lama.
Kini pabriknya yang lumayan besar di kawasan industri Rungkut, Surabaya mempekerjakan ratusan karyawan dengan ekspor ke Amerika, berbagai negara Eropa dan Jepang. Ia mengaku saat ini ia tinggal menuai ‘panen’ atas kerja kerasnya.
Bukan hanya Quality Control
Tidak semua orang menjalani karirnya seperti Irwan. Memang sebagian besar lulusan Teknologi Pangan mengawali karirnya di bagian QC dan bahkan tidak sedikit yang bertahan disitu. Tapi setidaknya tulisan ini bukti bahwa lulusan Teknologi Pangan tidak hanya bisa bekerja di bagian QC seperti umumnya anggapan para sarjana Teknologi Pangan sendiri.
Bagi yang menginginkan karir dinamis dan berkembang pesat, masuk ke bagian produksi dan marketing tentu sangat menantang dan membawa manfaat tersendiri. Irwan sukses karena setelah menguasai bidang Quality Control, ia mendalami produksi dan marketing. Penguasaan bidang-bidang ini tentu menyiapkan seseorang untuk menjadi pimpinan perusahaan atau bahkan membuka bisnis sendiri.
Kesimpulan
Salah satu kunci sukses di dunia kerja adalah rasa ingin tahu (rasa ingin tahu). Dorongan untuk memahami dan menguasai berbagai jenis pekerjaan akan membuat seseorang jadi pribadi yang sering diajak mencari solusi untuk masalah-masalah yang melibatkan banyak aspek.
Di era pertumbuhan ekonomi yang sangat dinanti-nanti seperti sekarang, jurusan Teknologi Pangan akan semakin besar perannya di berbagai perusahaan, mulai dari yang berskala rumahan hingga korporasi multinasional. Namun persaingan kerja juga makin sengit, terlebih dengan masuknya tenaga kerja asing berpendidikan tinggi setelah 2015.
Bagi yang cukup puas bekerja di bagian pengendalian mutu (QC), artikel ini tentu tidak banyak manfaatnya. Namun bagi yang memandang masa depan sebagai target yang harus dimenangkan, ingat kata kuncinya – INGIN TAHU. Albert Einstein sendiri berujar: “Saya bukan orang dengan bakat luar biasa. Tapi saya memang punya rasa ingin tahu yang sangat kuat.”
Pertanyaan: Coba tanyakan pada diri sendiri apa yang membuat kita penasaran dan apakah kita berniat untuk menemukan jawabannya.
Adikku kelas 3 sma,nah kebetulah saya udh di terima di univ i3L jurusan food science,peluang kerja saya di food science itu gimana??trus mengenai food science dan food tech di i3L apakah sudah bagus??mohon balasannya
Prospek lulusan food tech masih bagus. Selain bisa bekerja di pabrik makanan olahan, banyak lulusannya menciptakan produk makanan atau minuman unik berskala kecil, misalnya kopi dingin dalam kemasan botol menarik. Mereka memproduksinya di pabrik milik orang lain, seperti fashion designer yang memesan ratusan baju desain mereka ke tukang jahit. Setelah jadi, mereka menjualnya ke berbagai cafe, toko, agen, distributor, atau lewat online.
Kak saat ini saya diterima food teknologi di i3l ,saya mau tanya kak,i3l adalah sekolah swasta dengan usia muda ,apakah prospek kedepan food tech di i3l itu bagus??
Prospek lulusan food tech masih bagus. Selain bisa bekerja di pabrik makanan olahan, banyak lulusannya menciptakan produk makanan atau minuman unik berskala kecil, misalnya kopi dingin dalam kemasan botol menarik. Mereka memproduksinya di pabrik milik orang lain, seperti fashion designer yang memesan ratusan baju desain mereka ke tukang jahit. Setelah jadi, mereka menjualnya ke berbagai cafe, toko, agen, distributor, atau lewat online.
Ka bedanya ilmu gizi dan teknologi pangan apa ya? Dan apakah keduanya harus menguasai kimia? Atau biologi saja?
Teknologi pangan mengajarkan proses memproduksi makanan atau minuman olahan dalam jumlah besar, seperti umumnya dilakukan di pabrik. Peluang kariernya kebanyakan di bagian quality control atau product development di pabrik pengolahan makanan.
Ilmu gizi tentang mengolah makanan agar kandungan gizinya terjaga, bahannya tidak membahayakan kesehatan, serta mengaitkan bahan makanan tertentu dengan perbaikan kesehatan masyarakat atau pasien penyakit tertentu. Kariernya luas, baik sebagai penyuluh program gizi, di pabrik makanan, layanan katering, mengatur menu makanan rumah sakit, dll.. Kimia dan biologi sangat relevan. Pada ilmu gizi ada mata kuliah memasak juga.
Salam untuk admin
Saya Ari, mahasiswa tingkat akhir D3 Supervisor Jaminan Mutu Pangan IPB
pengalaman tokoh yang diceritakan admin dalam artikel diatas sangat memotivasi saya, ya walaupun prestasi akademik saya rata-rata hehehe. Selama menjalani perkuliahan dan pratikum di jurusan saya ini, saya selalu membayangkan aplikasi ilmu yang saya dapatkan untuk bekerja di industri nanti. Walaupun saya pernah mengalami titik kejenuhan dalam perkuliahan karena merasa jenuh dan bosan dengan serangkaian mata kuliah dan macam-macam pengujian di lab, tetapi saya kemudian menemukan sebuah pemikiran dalam kejenuhan itu:
“aku memang tidak terlalu berbakat dalam hal ini, tetapi setidaknya aku mengetahui dan mempelajari permukaannya dan tahu esensi dan tujuan dari semua ini”
Saya merasa minat saya itu dibidang logistik, bermimpi mempunyai bisnis distributor, kargo dan hub baik untuk produk pangan atau non pangan
Apakah mimin punya beberapa saran dan tips buat saya tentang mimpi saya ini? hitung2 motivasi buat calon wisudawan min hahahaha
tks min, ditunggu balasannya
Keren. Dengan tujuan yang sudah jelas pasti lebih bersemangat mengejar impian. Untuk masuk ke industri logistik, khususnya untuk industri makanan dan minuman, saya sarankan cari pengalaman kerja dulu sesuai bidang studi Tek. Pangan. Di perusahaan bisa belajar bagaimana barang dikemas dan dikirim. Setelah paham, selebihnya bisa ambil kursus-kursus singkat yang praktis. Jangan lupa pelajari online marketing dan e-commerce. Semoga sukses.
permisi kak saya masih kelas 3 dari smk farmasi menurut anda apakah bisa saya ambil jurusan ini apa terlalu melenceng bagi saya dan basic nya saya tidak terlalu pandai di kimia thx
Selama bisa diterima di kuliah jurusan Tek Pangan, Saya pikir tidak ada masalah besar. Soal pandai di kimia itu relatif. Jika ada niat dan semangat, ilmu bisa dipelajari. Lagipula di kuliah mahasiswa biasa belajar bersama. Banyak praktik membuat teori lebih mudah dipahami.
Halo kak saya mau tanya nih saya sekarang udh kls 3 sma bentar lagi lulus, kira2 peluang kerja teknologi pangan ini berapa besar dan saya ingin ngambil teknologi pangan di lampung, apakah di lampung ini sudah bagus atau belum, makasih
Peluangnya sudah saya tulis di artikel ini. Soal universitasnya, kriteria termudah adalah lihat akreditasinya. Sesudah itu cari info lulusannya cepat mendapat pekerjaan atau tidak. Namun pada akhirnya yang paling menentukan sukses adalah diri sendiri. Banyak orang sukses meskipun bukan dari universitas ternama.
Hai saya maba teknologi pangan di institut teknologi sumatera, kuy masuk kesini hehe
Ka mau tanya perbedaanny teknologi pangan dan rekayasa pangan apa ya ka? Dua duanya adalah berkaitan dengan bercocok tanam?
Teknologi Pangan bukan bercocok tanam tapi soal bagaimana memproduksi makanan dalam jumlah besar di pabrik, seperti misalnya ikan dalam kaleng, daging beku, dll.. Teknologi Rekayasa Pangan prinsipnya sama dengan Tek Pangan. Bukan soal bercocok tanam.