Mengasah berpikir kritis – Baca, berargumentasi, dan menulis
Untuk membentuk pola pikir kritis, menambah wawasan, dan mengajarkan pendekatan multidisipliner, mahasiswa harus melewati proses belajar dengan metode yang jarang diterapkan di universitas pada umumnya.
Untuk contoh, ambil saja mata kuliah Sejarah Perempuan Amerika Abad ke-19 yang ditempuh Gaia Khairani. Materinya tidak disampaikan lewat textbook, tetapi melalui studi karya sastra perempuan, seperti buku harian, cerita pendek, dan novel. Setiap minggu, mahasiswa harus membaca dan benar-benar memahami karya sastra tertentu untuk diskusi di kelas. Terkadang diskusi dimulai dengan menggali opini masing-masing soal bacaan tersebut, lalu menjabarkan alasannya.
Sesudah itu, mereka menulis paper untuk menjelaskan bagaimana isi bacaan mencerminkan situasi sosial, politik, dan ekonomi bagi perempuan pada abad ke-19 atau reaksi terhadap situasi tersebut. Mereka perlu membaca kritik sastra dan kritik sejarah pada masa itu, membandingkan gaya penulis dan niat satu sama lain, menganalisa, lalu menuliskannya.
Untuk final paper, Gaia memilih menelaah pidato seorang feminis bernama Elizabeth Cady Stanton tentang ketidaksetaraan perempuan dalam hukum. Ia membandingkannya dengan pikiran-pikiran mengenai perempuan pada zaman itu, lalu memberikan opini mengapa pidato tersebut tidak disambut dengan baik pada masa itu.
Menariknya, interpretasi mahasiswa tidak harus sama dengan interpretasi dosen. Yang penting adalah logikanya. Dengan cara ini, mahasiswa mengasah kemampuan memahami materi dan mengkritisinya, lalu menuangkannya secara meyakinkan dalam tulisan. Itu sebabnya, liberal arts education dinilai efektif membekali kemampuan untuk belajar seumur hidup (keterampilan belajar sepanjang hayat), yakni kemampuan riset, menulis, berkomunikasi dan beragumentasi.
Global dan multidimensional
Karena latar belakang mahasiswanya sangat beragam, mereka saling memperkaya proses belajar. Dalam diskusi, mahasiswa mendapat wawasan soal politik dan sejarah Iran atau Amerika Latin, aktivisme lingkungan di India, konservasi hutan di Kosta Rika, konservasi harimau di Sri Lanka, dan lain-lain.
Bukan itu saja, setiap topik dibahas dari aneka sudut pandang. Di kelas, mahasiswanya berasal dari aneka jurusan dengan kombinasi mata kuliah berlainan. Ada yang mengambil double-major di psikologi dan biologi, seni rupa dan manajemen, sampai jurusan biological photojournalism. “Pendeknya, ada segala macam mahasiswa di sini,” kata Gaia.
Lalu apa untungnya bagi lulusannya di tempat kerja kelak? Silakan baca bagian selanjutnya.
Tambahkan komentar