Yang lain

Janji yang Terkikis: Kegagalan Pendidikan Karakter Membentengi Bangsa dari Korupsi.

shutterstock_85319290

Pendahuluan: Paradoks Bangsa Berkarakter

Indonesia berada dalam cengkeraman sebuah paradoks yang mendalam dan mengkhawatirkan. Di satu sisi, fondasi filosofis dan pedagogis bangsa ini dibangun di atas cita-cita luhur pembentukan manusia berkarakter mulia. Pancasila dan pemikiran para pendiri bangsa, seperti Ki Hadjar Dewantara, secara eksplisit menempatkan pembangunan budi pekerti sebagai tujuan utama pendidikan nasional. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan generasi penerus yang beradab, berakhlak baik, dan mampu memimpin bangsa menuju kemajuan. Jatuh bangunnya sebuah bangsa, sebagaimana sering didengungkan, bergantung pada kualitas karakter sumber daya manusianya.
Namun, di sisi lain, realitas sehari-hari menyajikan sebuah narasi yang bertolak belakang secara diametral. Bangsa yang sama, yang menempatkan karakter sebagai ruh pendidikannya, kini terperosok dalam kubangan korupsi yang telah menjadi sistemik dan membudaya. Korupsi tidak lagi dipandang sebagai sebuah anomali, melainkan telah dianggap sebagai “pelengkap hidup masyarakat Indonesia,” sebuah patologi sosial yang diberitakan setiap hari di media massa dan merasuk ke dalam berbagai sendi kehidupan. Kejahatan luar biasa ini bukan lagi sekadar masalah kerugian finansial negara, tetapi telah menjadi cerminan dari krisis karakter bangsa yang menggerus nilai-nilai kejujuran dan integritas. Ironisnya, sektor pendidikan yang seharusnya menjadi benteng moral terakhir, justru ikut terjangkit penyakit ini, dengan terungkapnya berbagai kasus korupsi yang melibatkan pengadaan barang, pengelolaan dana, hingga pejabat tinggi di institusi pendidikan.
Di satu sisi, Indonesia menjunjung tinggi pendidikan budi pekerti. Di sisi lain, kita terperosok dalam korupsi sistemik. Aplikasi ini mengurai mengapa cita-cita dan realitas begitu timpang.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 14.34.30

Mengurai Akar Masalah

Kegagalan ini bukan sekadar masalah implementasi, melainkan diskoneksi sistemik antara kebijakan, praktik di sekolah, dan realitas sosial yang korup. Mari kita bedah lapis demi lapis.

Fragmentasi Kebijakan: Dua master, Satu Kapal

Ada dua inisiatif utama yang berjalan paralel namun tidak terintegrasi, menciptakan kebingungan dan implementasi yang setengah hati.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 14.40.47

Lingkaran Setan: Kemunafikan di Jantung Pendidikan

Sistem pendidikan yang seharusnya menanamkan integritas justru terjangkit korupsi. Ini menciptakan “Kurikulum Tersembunyi” yang fatal, mengajarkan siswa bahwa nilai-nilai luhur hanyalah teori.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 09.55.12

Evaluasi Dangkal: Mengukur Bayangan, Mengabaikan Substansi

Keberhasilan program sering diukur dari peningkatan pengetahuan siswa tentang nilai (Moral Mengetahui), bukan pada perubahan perilaku nyata (Tindakan moral). Kita mengklaim sukses di atas kertas, sementara karakter bangsa terus tergerus.

Cermin dari Luar: Belajar dari yang Terbaik

Hong Kong dan Singapura konsisten menjadi negara terbersih dari korupsi. Keberhasilan mereka bukan kebetulan, melainkan hasil dari strategi yang koheren, kredibel, dan sistemik. Lihat perbedaannya dengan Indonesia.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 09.56.55

Peta Jalan Menuju Perubahan

Melanjutkan kebijakan yang sama akan menghasilkan kegagalan yang sama. Diperlukan pergeseran paradigma radikal dari “mengajarkan” karakter menjadi “membangun ekosistem integritas”.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 09.58.32

  • Integrasi Total PPK & Pak: Rumuskan satu Kerangka Kerja Nasional Pendidikan Integritas (Kknpi) yang koheren dan wajib.Bayangkan ada satu dokumen kurikulum nasional bernama Kurikulum Integritas dan Budi Pekerti Pancasila yang berlaku wajib dari PAUD hingga SMA. Kurikulum ini tidak lagi memisahkan 5 nilai PPK dan 9 nilai PAK, tetapi meleburnya menjadi kompetensi yang terukur di setiap jenjang.
    • Contoh di Tingkat SD (Kelas 4):
      • Tema Pembelajaran:Pasar Jujur di Kelasku”.
      • Aktivitas: Siswa tidak hanya belajar matematika tentang jual-beli, tetapi juga mendirikanKantin Kejujuranmini di kelas selama sebulan. Mereka belajar nilai Kejujuran (dari PAK) saat mengembalikan kembalian, Tanggung Jawab (dari PAK) saat menjaga barang dagangan, dan Kemandirian (dari PPK) saat mengelolausaha” mereka.
      • Hasil: Nilai integritas tidak diajarkan sebagai hafalan, tetapi dialami langsung.
    • Contoh di Tingkat SMP (Kelas 8):
      • Mata Pelajaran: IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
      • Studi Kasus: Siswa menganalisis berita tentang korupsi dana bantuan sosial. Mereka diminta memetakan dampak korupsi tersebut terhadap masyarakat (mengasah Kepedulian dari PAK) dan bagaimana hal itu mengkhianati nilai Gotong Royong dan keadilan sosial (dari PPK/Pancasila).
      • Hasil: Siswa belajar bahwa korupsi bukan sekadar angka kerugian negara, tetapi pengkhianatan terhadap nilai-nilai luhur bangsa.
    • Contoh di Tingkat SMA (Kelas 11):
      • Proyek Lintas Mata Pelajaran (PPKn & HANYA):
      • Aktivitas: Siswa membentuk tim untuk melakukan investigasi sederhana terhadap fasilitas publik di sekitar sekolah (misalnya, kondisi trotoar atau taman). Mereka membuat laporan digital yang membandingkan anggaran proyek (yang datanya mereka cari di internet) dengan kondisi riil di lapangan. Ini melatih nilai Keberanian dan Keadilan (dari PAK) serta Nasionalisme dalam bentuk kepedulian terhadap aset negara (dari PPK).
      • Hasil: Siswa diberdayakan menjadi agen pengawas sosial yang kritis dan bertanggung jawab.
  • Reformasi Sistem Evaluasi: Geser fokus dari kepatuhan administratif ke evaluasi dampak perilaku nyata melalui studi longitudinal.Fokusnya bergeser dariApakah program sudah dijalankan?” menjadi “Apakah perilaku siswa benar-benar berubah?”.
    • Contoh Evaluasi Saat Ini (yang harus diubah):
      • Sekolah A dinilai berhasil karena kepala sekolah menyerahkan laporan tebal berisi foto-foto seminar anti-korupsi dan RPP guru yang sudah ditempeli nilai-nilai integritas. Ini adalah evaluasi kepatuhan administratif.
    • Contoh Evaluasi yang Direformasi (fokus pada dampak):
      • Survei Perilaku Anonim Tahunan: Setiap tahun, sebuah lembaga independen melakukan survei online di sekolah. Pertanyaannya bukanApakah kamu tahu korupsi itu salah?”, melainkan “Di 3 bulan terakhir, seberapa sering kamu melihat teman mencontek saat ulangan?” atau “Apakah kamu bersedia melaporkan jika melihat guru menerima hadiah mahal dari orang tua murid?”. Hasil survei ini menjadi rapor integritas sekolah.
      • Studi Longitudinal Alumni: Pemerintah (misalnya melalui BRIN) melacak sampel 5.000 alumni dari “Sekolah Zona Integritas” dan 5.000 alumni dari sekolah biasa. Setelah 10 tahun mereka lulus, para alumni ini (yang kini sudah bekerja) disurvei secara anonim tentang etika di tempat kerja mereka. Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam perilaku anti-korupsi antara kedua kelompok tersebut. Ini adalah pengukuran dampak jangka panjang yang sesungguhnya.
  • Mandat Transparansi Radikal: Wajibkan semua sekolah penerima dana publik untuk mempublikasikan anggaran dan pengadaan secara online.Ini berarti memaksa sekolah untuktelanjangsecara finansial di hadapan publik.
    • Contoh Praktis:
      • Situs Web Wajib: Setiap sekolah negeri wajib memiliki laman di portal terpusat, misalnya lapor.sekolah.kemdikbud.go.id.
      • Apa yang Ditampilkan di Situs Tersebut?
        1. Rincian Dana BOS: Bukan hanya total dana yang diterima, tetapi rincian penggunaannya yang diperbarui setiap bulan.
          • Contoh:Penggunaan Dana BOS Bulan Juli 2025 – SDN Harapan Bangsa 1: Pembelian 200 buku paket Matematika: Rp 20.000.000 (Faktur terlampir: [Link ke PDF Faktur]). Perbaikan 4 toilet siswa: Rp 15.000.000 (Kontrak kerja terlampir: [Link ke PDF Kontrak]).”
        2. Daftar Aset Sekolah: Semua barang inventaris yang dibeli dari dana publik (laptop, proyektor, dll.) didaftar lengkap dengan tahun pembelian dan kondisinya.
        3. Informasi Pengadaan Barang/Jasa: Jika sekolah membangun gerbang baru seharga Rp 50 juta, maka nama perusahaan kontraktor, nilai kontrak, dan durasi pengerjaan harus dipublikasikan.
      • Dampak: Orang tua murid, alumni, atau wartawan lokal bisa dengan mudah mengakses data ini. Jika mereka melihat harga pembelian proyektor sangat tidak wajar, mereka bisa langsung mempertanyakannya. Ini menciptakan tekanan publik yang membuat pihak sekolah berpikir seribu kali sebelum melakukan penyelewengan.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 09.58.44

 

 

  • Program Rintisan “Sekolah Zona Integritas” (Si): Ciptakan sekolah percontohan dengan tata kelola transparan dan toleransi nol terhadap ketidakjujuran.Bayangkan sebuah sekolah percontohan, misalnya SMA Negeri 1 Teladan Bangsa, yang menjadi bagian dari program SZI. Inilah yang membedakannya dari sekolah biasa:
    • Tata Kelola Super Transparan:
      • Portal Keuangan Terbuka: Sekolah ini memiliki halaman khusus di situs webnya bernamaDapur Anggaran Kami”. Di sana, setiap orang tua, siswa, atau bahkan masyarakat umum bisa melihat:
        • Penerimaan Dana:Dana BOS diterima Triwulan III: Rp 350.000.000,-
        • Pengeluaran Real-time: Setiap pengeluaran di atas Rp 1.000.000,- langsung diunggah dalam waktu 2×24 selai, lengkap dengan scan kuitansi atau faktur. Contoh:
          • 15 Agustus 2025: Pembelian 15 unit laptop untuk lab komputer. Vendor: CV Cipta Teknologi. Nilai Kontrak: Rp 105.000.000,-. [Lihat Dokumen Kontrak & Faktur]
      • Rekrutmen Terbuka: Saat sekolah membutuhkan guru honorer baru, semua proses—mulai dari pengumuman, kriteria seleksi, hingga nama-nama panelis wawancara—dipublikasikan. Tidak ada lagijalur titipanatau nepotisme.
    • Toleransi Nol Terhadap Ketidakjujuran (KebijakanSatu Kesalahan Fatal”):
      • Untuk Siswa: Sebelum menjadi siswa, mereka dan orang tuanya menandatanganiPakta Integritas”. Jika seorang siswa terbukti melakukan plagiarisme pada tugas akhir atau mencontek secara terstruktur saat ujian, sanksinya tidak hanya nilai nol, tetapi juga skorsing dan wajib mengikuti program pembinaan karakter intensif yang dipandu oleh Dewan Etik Sekolah. Pelanggaran berat yang berulang dapat berujung pada pemindahan siswa.
      • Untuk Guru dan Staf: Jika seorang guru terbukti menerimahadiahdi luar batas kewajaran dari orang tua murid (misalnya, sebuah ponsel baru agar nilai anak dinaikkan), Dewan Etik akan langsung memprosesnya. Sanksinya bisa berupa penundaan kenaikan pangkat, pencabutan tunjangan kinerja, hingga rekomendasi pemecatan kepada dinas pendidikan.
      • Dewan Etik Sekolah: Dewan ini independen, terdiri dari 1 guru pilihan, 1 perwakilan orang tua (bukan dari komite sekolah), 1 tokoh masyarakat lokal, dan 2 perwakilan siswa. Mereka bertugas memverifikasi setiap laporan pelanggaran secara objektif.

    Sekolah ini menjadiakuariumdi mana semua praktik baik bisa dilihat dan dipelajari oleh sekolah-sekolah lain di sekitarnya.

  • Pendidik sebagai Teladan: Reformasi kurikulum LPTK dan PPG untuk memasukkan evaluasi dan pelatihan integritas secara eksplisit bagi calon guru.Fokusnya adalah memastikan bahwa calon guru tidak hanya pintar mengajar, tetapi juga memiliki benteng moral yang kokoh sejak dari bangku kuliah.
    • Reformasi Kurikulum di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan):
      • Mata Kuliah Wajib Baru: Mahasiswa calon guru wajib mengambil mata kuliah bernama Dilema Etika Pendidik.
      • Isi Mata Kuliah: Bukan sekadar teori, tetapi analisis kasus nyata. Contoh kasus yang dibahas:
        • Kasus A:Anda adalah guru baru. Kepala sekolah meminta Anda dan guru-guru lain untuk sedikit ‘mengatrolnilai rata-rata ujian sekolah agar reputasi sekolah di tingkat kabupaten meningkat. Guru-guru senior lain setuju karena dianggap ‘demi kebaikan bersama’. Apa yang akan Anda lakukan?”
        • Mahasiswa tidak hanya menjawab, tetapi harus menulis esai argumentatif, mempresentasikannya, dan berdebat di kelas, mempertahankan pilihan etis mereka berdasarkan kode etik guru dan prinsip moral.
    • Reformasi dalam PPG (Pendidikan Profesi Guru):
      • Penilaian Praktik Mengajar (PPL) yang Diperluas: Saat seorang calon guru melakukan PPL di sekolah, dosen pembimbing dan guru pamong tidak hanya menilai cara mengajarnya. Mereka juga mengisi Lembar Observasi Perilaku Integritas.
      • Poin-poin dalam Lembar Observasi:
        • (Skala 1-5) Konsistensi antara perkataan dan perbuatan di depan siswa.
        • (Ya/Tidak) Menolak secara halus saat ada orang tua yang mencoba memberikanuang terima kasih”.
        • (Skala 1-5) Keadilan dalam memberikan perhatian dan penilaian kepada semua siswa tanpa memandang latar belakang.
      • Uji Kompetensi Akhir: Selain ujian pengetahuan dan praktik mengajar, ada sesi Uji Situasional Integritas. Calon guru dihadapkan pada video-video pendek yang menampilkan berbagai dilema etis (seperti contoh kasus di atas) dan harus memberikan respons lisan secara langsung. Kelulusan dari ujian ini menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan sertifikat pendidik.

    Dengan cara ini, “Saring” integritas dipasang sejak awal, memastikan bahwa hanya calon pendidik yang benar-benar bisa menjadi teladan yang layak berdiri di depan kelas.

Tangkapan Layar 2025-08-16 pada 14.14.04

 

 

  • Dari Hafalan ke Penalaran Moral: Gunakan metode studi kasus dan dilema moral untuk melatih kemampuan siswa membuat keputusan etis.Bayangkan sebuah pelajaran PPKn di kelas 11 SMA. Alih-alih hanya menjelaskan 9 nilai integritas, guru menyajikan sebuah studi kasus bernama Dilema Dana Lomba Futsal.Skenario Kasus:

    Kalian adalah panitia lomba futsal antar kelas. Tim kalian berhasil mengumpulkan dana sponsor sebesar Rp 5.000.000,-. Setelah semua pengeluaran untuk piala, sewa lapangan, dan konsumsi lunas, ternyata masih ada sisa dana sebesar Rp 750.000,-.

    Menurut aturan OSIS, semua sisa dana kegiatan harus disetorkan kembali ke kas OSIS. Namun, bendahara panitia, Rina, yang juga teman baik kalian, mengusulkan ide lain. ‘Kita sudah kerja keras selama sebulan penuh, begadang dan capek. Bagaimana kalau sisa uang ini kita pakai untuk makan-makan bersama seluruh panitia sebagai bentuk apresiasi? Toh, tidak ada yang akan tahu, dan laporan keuangannya bisa kita buat ‘passaja.Sebagian besar anggota panitia lain antusias setuju.

    Proses Pembelajaran di Kelas:

    1. Identifikasi Konflik: Guru meminta siswa mengidentifikasi nilai-nilai yang sedang bertentangan. Siswa akan menemukan konflik antara:
      • Kejujuran & Tanggung Jawab (mengembalikan uang sesuai aturan) vs.
      • Solidaritas & Apresiasi (menghargai kerja keras tim).
    2. Diskusi Kelompok Kecil: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok harus menjawab pertanyaan berikut:
      • Apa saja pilihan tindakan yang bisa kalian ambil sebagai ketua panitia?
      • Siapa saja pihak yang akan terkena dampak dari setiap pilihan tersebut (OSIS, panitia, siswa lain, kepercayaan sponsor)?
      • Apa konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap pilihan?
    3. Debat dan Argumentasi: Setiap kelompok mempresentasikan keputusannya dan, yang terpenting, alasan moral di baliknya. Mungkin ada kelompok yang berargumen bahwasedikit penyesuaian laporan demi kebersamaan tim itu wajarsementara kelompok lain berpendapat bahwasekali tidak jujur, maka pintu untuk ketidakjujuran yang lebih besar akan terbuka.
    4. Refleksi: Guru tidak memberikan jawaban “dengan hormat”, melainkan memandu refleksi. Tujuannya bukan agar siswa menghafal bahwajujur itu penting”, tetapi agar mereka mengalami proses pergulatan mental dalam membuat keputusan etis. Mereka dilatih untuk berpikir tentang konsekuensi dan mempertanggungjawabkan pilihan mereka.
  • Pemberdayaan Siswa: Bentuk Dewan Kehormatan Siswa atau Klub Integritas untuk mempromosikan budaya kejujuran dari bawah ke atas.Bayangkan di sebuah SMP didirikan Garda Integritas Siswa (GIS)”, sebuah organisasi yang dipimpin sepenuhnya oleh siswa dan diawasi oleh satu guru pembina tepercaya.Struktur dan Program Kerja GIS:
    1. Kampanye Anti-MencontekKeren Tanpa Nyontek”:
      • Aktivitas: Menjelang ujian semester, anggota GIS tidak hanya menempel poster. Mereka membuat video pendek kreatif untuk media sosial sekolah, mengadakan talkshow mini saat upacara bendera, dan membagikan stiker dengan slogan-slogan menarik. Mereka mengubah pesanjangan mencontekdari sebuah larangan menjadi sebuah tren positif.
    2. Lapor Jujur”: Saluran Pengaduan Anonim:
      • Aktivitas: GIS mengelola sebuah kotak surat fisik di perpustakaan dan sebuah formulir Google anonim. Siswa bisa melaporkan berbagai hal, mulai dari melihat teman mencontek secara masif, adanya pungutan liar oleh oknum, hingga perundungan. GIS bertindak sebagaifilter pertama”. Laporan yang masuk diverifikasi kebenarannya secara diam-diam oleh tim kecil GIS. Jika terbukti valid, laporan tersebut (tanpa identitas pelapor) diteruskan secara resmi kepada guru BK atau Dewan Etik Sekolah untuk ditindaklanjuti.
    3. Pengawas Cilik Kantin Kejujuran:
      • Aktivitas: Sekolah memiliki sebuah kantin kejujuran. Setiap minggu, dua anggota GIS bertugas secara sukarela untuk menghitung uang dan barang. Mereka kemudian membuat infografis sederhana yang ditempel di mading: “Minggu Ini: Pemasukan Rp 500.000, Kerugian Rp 15.000. Tingkat Kejujuran: 97%. Ayo tingkatkan lagi!” Ini mengubah konsep kejujuran dari kewajiban pribadi menjadi sebuah pencapaian komunal yang bisa dibanggakan bersama.

    Dengan adanya GIS, budaya integritas tidak lagi dipaksakan dari atas oleh guru, tetapi tumbuh secara organik dan dimiliki oleh para siswa sendiri. Mereka diberdayakan bukan hanya sebagai objek pendidikan karakter, tetapi sebagai subjek dan agen aktif dalam membangun ekosistem kejujuran di sekolah mereka.

Penutup

Menghadapi diagnosis yang begitu suram, wajar jika kita bertanya: masihkah ada harapan? Jawabannya adalah ya, namun harapan itu bukanlah sesuatu yang pasif untuk ditunggu, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan dan diciptakan. Harapan tidak terletak pada kebijakan-kebijakan baru yang megah, melainkan pada keberanian kolektif untuk memutus rantai hipokrisi di lingkaran terdekat kita.

Lalu, dari mana kita memulainya? Kita tidak perlu menunggu komando dari atas. Perubahan dimulai dari ruang-ruang terkecil yang kita kuasai: dari seorang guru yang menolak untuk berkompromi dengan ketidakjujuran di kelasnya; dari seorang kepala sekolah yang berani membuat laporan keuangan transparan meski berisiko; dari orang tua yang mengajarkan anaknya tentang konsekuensi mencontek lebih dari sekadar nilai rapor; dan dari setiap kita yang memilih untuk tidak menempuh jalan pintas. Menempa ulang karakter bangsa bukanlah proyek raksasa yang dimulai dari istana negara, melainkan mozaik keberanian-keberanian kecil yang dirangkai dari bilik-bilik sekolah dan ruang-ruang keluarga di seluruh nusantara.

 

© 2025 Analisis Pendidikan Karakter Indonesia. Dibuat untuk mendorong refleksi dan aksi.

 

Sumber:

  1. Relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan Pencerminan Nilai Pancasila dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar | Jurnal Pendidikan Tambusai, accessed August 15, 2025, https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/14415
  2. Full article: Civic education and Indonesian national identity among high school students of Indonesian descent in Davao city, Philippines – Taylor & Francis Online, accessed August 15, 2025, https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15595692.2025.2516808?src=exp-la
  3. Penerapan Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik Yang Baik I Ketut Mahardika1, Nadi, accessed August 15, 2025, https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/download/9877/6235/
  4. PenDIDIkan kaRakteR aDaLah jaLan membanGun kaRakteR antI koRuPSI DI SekoLah DaLam PeRSPektIF PoSmoDeRn bauDRILLaRD – ejournal unira malang, accessed August 15, 2025, https://ejournal.uniramalang.ac.id/isiep/article/download/1332/801/5649
  5. Reality Character Problems and Solutions through Education in Indonesia – CORE, accessed August 15, 2025, https://core.ac.uk/download/pdf/234639042.pdf
  6. pendidikan karakter antikorupsi di sekolah dasar melalui metode dilema moral – EJOURNAL IAI NGAWI, accessed August 15, 2025, https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/download/131/93/408
  7. analisis implementasi pendidikan karakter dan budaya anti korupsi …, accessed August 15, 2025, https://bappeda.sumenepkab.go.id/jurnal/index.php/karaton/article/download/42/38/39
  8. PENDIDIKAN ANTIKORUPSI SEBAGAI INVESTASI JANGKA PANJANG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN TUJUAN NASIONAL, accessed August 15, 2025, https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JIH/article/download/1784/848/
  9. Korupsi sektor pendidikan di Indonesia: Realitas, penyebab, dan solusi – Integritas: Jurnal Antikorupsi – KPK, accessed August 15, 2025, https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/download/1326/287/4936
  10. Buku Pendidikan Antikorupsi Sumaryati dkk.pdf – Repository Universitas Ahmad Dahlan, accessed August 15, 2025, https://eprints.uad.ac.id/38921/1/Buku%20Pendidikan%20Antikorupsi%20Sumaryati%20dkk.pdf
  11. Efektivitas penyuluhan antikorupsi dengan pendekatan psikoreligius …, accessed August 15, 2025, https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/download/896/183/3123
  12. penguatan nilai-nilai pendidikan karakter anti korupsi – Repository UIN Saizu, accessed August 15, 2025, https://repository.uinsaizu.ac.id/20075/1/RAFIKA%20NURUL%20FADHILAH_PENGUATAN%20NILAI-NILAI%20PENDIDIKAN%20KARAKTER%20ANTI%20KORUPSI%20DI%20MI%20MUHAMMADIYAH%20KARANGLEWAS%20KIDUL%20KECAMATAN%20KARANGLEWAS%20KABUPATEN%20BANYUMAS.pdf
  13. (PDF) Evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di MAN 3 Sleman – ResearchGate, accessed August 15, 2025, https://www.researchgate.net/publication/390047279_Evaluasi_Program_Penguatan_Pendidikan_Karakter_di_MAN_3_Sleman
  14. KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013, accessed August 15, 2025, https://repositori.kemendikdasmen.go.id/11337/1/PPK-K13_Dr.%20Arie%20Budhiman%2C%20M.Si%20Millenium.pdf
  15. IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) PADA ANAK USIA DINI (PAUD), accessed August 15, 2025, https://repositori.kemdikbud.go.id/21564/1/Puslitjak_2020_24_Implementasi_PPK_pada_Anak_Usia_Dini.pdf
  16. Panduan Praktis Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas, accessed August 15, 2025, http://118.98.228.242/product?id=NWQyMzA3MjA1NWJmMWY2ZTBmOGI0NTY3
  17. Strengthening of early children’s character education stunting children in Indonesia – PMC, accessed August 15, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10670852/
  18. penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik – Peraturan BPK, accessed August 15, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/212470/7%20PENGUATAN%20PENDIDIKAN%20KARAKTER%20BAGI%20PESERTA%20DIDIK.pdf
  19. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN …, accessed August 15, 2025, https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud20-2018PenguatanPendidikanKarakter.pdf
  20. Implementasi Penguatan Pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SD – Neliti, accessed August 15, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/356965-implementasi-penguatan-pendidikan-karakt-fdc8bfaf.pdf
  21. Panduan praktis implementasi penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah, accessed August 15, 2025, https://repositori.kemendikdasmen.go.id/10083/
  22. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal – Pendidikan Kewarganegaraan – Scribd, accessed August 15, 2025, https://id.scribd.com/document/586035366/PERMENDIKBUD-NOMOR-20-TAHUN-2018-TENTANG-PENGUATAN-PENDIDIKAN-KARAKTER-PADA-SATUAN-PENDIDIKAN-FORMAL-PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN
  23. Permendikbud No. 20 Tahun 2018 – Peraturan BPK, accessed August 15, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138192/permendikbud-no-20-tahun-2018
  24. Buku Panduan Praktis PPK Berbasis Kelas – Repositori, accessed August 15, 2025, https://repositori.kemendikdasmen.go.id/10082/1/Buku%20Panduan%20Praktis%20PPK%20Berbasis%20Kelas.pdf
  25. Survei integritas pendidikan: Sebuah usulan pengukuran, accessed August 15, 2025, https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/download/954/200/3432
  26. KORUPSI DAN (GAGALNYA) SISTEM PENDIDIKAN ? – Daulat Rakyat, accessed August 15, 2025, https://daulatrakyat.id/korupsi-dan-gagalnya-sistem-pendidikan-2/
  27. Compiled by the Anti-Corruption Helpdesk – Transparency International Knowledge Hub, accessed August 15, 2025, https://knowledgehub.transparency.org/assets/uploads/topic-guides/Topic-Guide-Corruption-in-Education.pdf
  28. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan pembentuk karakter yang bermuara pad, accessed August 15, 2025, https://repository.unja.ac.id/7878/2/BAB%20I.pdf
  29. PENGUATAN NILAI KARAKTER SERTA PEMBENTUKAN PENDIDIKAN MELALUI PENANAMAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI, accessed August 15, 2025, https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JIH/article/download/1790/854
  30. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA ANTI KORUPSI DI INDONESIA, accessed August 15, 2025, https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1282&context=jhp
  31. Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Pembentukan Karakter, Perilaku …, accessed August 15, 2025, https://sj.eastasouth-institute.com/index.php/spp/article/download/72/30/380
  32. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTEGRITAS MAHASISWA | Almarhalah, accessed August 15, 2025, https://journal.almarhalah.ac.id/index.php/almarhalah/article/view/3
  33. MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR | Oktarina | Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan, accessed August 15, 2025, https://journal.ummat.ac.id/index.php/paedagoria/article/view/16806
  34. (PDF) EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) SELAMA PANDEMI COVID-19 DI SEKOLAH DASAR – ResearchGate, accessed August 15, 2025, https://www.researchgate.net/publication/367794787_EVALUASI_PELAKSANAAN_PROGRAM_PENGUATAN_PENDIDIKAN_KARAKTER_PPK_SELAMA_PANDEMI_COVID-19_DI_SEKOLAH_DASAR
  35. Character Education: Combating the Integrity Crisis Amidst Rampant Corruption – KBA News, accessed August 15, 2025, https://kbanews.com/english-edition/character-education-combating-the-integrity-crisis-amidst-rampant-corruption/
  36. Tinjauan Analisis Kritis terhadap Faktor Penghambat Pendidikan Karakter di Indonesia, accessed August 15, 2025, https://www.neliti.com/publications/451605/tinjauan-analisis-kritis-terhadap-faktor-penghambat-pendidikan-karakter-di-indon
  37. [KOMPAK2020_Amalia Ramadhani Putri] Pembelajaran Anti Korupsi di Kalangan Pelajar, accessed August 15, 2025, https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/yogyakarta/id/data-publikasi/309-artikel/2889-kompak2020_amalia-ramadhani-putri-pembelajaran-anti-korupsi-di-kalangan-pelajar.html
  38. Mati Rasa, Mati Moral: Gagalnya Pendidikan Anti-Korupsi di Indonesia – KBA News, accessed August 15, 2025, https://kbanews.com/resonansi/mati-rasa-mati-moral-gagalnya-pendidikan-anti-korupsi-di-indonesia/
  39. (PDF) Character education trend in Indonesia – ResearchGate, accessed August 15, 2025, https://www.researchgate.net/publication/361727053_Character_education_trend_in_Indonesia
  40. Hong Kong: The Facts – ICAC – GovHK, accessed August 15, 2025, https://www.gov.hk/en/about/abouthk/factsheets/docs/icac.pdf
  41. Tackling Corruption: School Education and Public Awareness | Etico, accessed August 15, 2025, https://etico.iiep.unesco.org/sites/default/files/2018-05/tackling_corruption_school_education_and_public_awareness.pdf
  42. ICAC, HKSAR – Youth, accessed August 15, 2025, https://www.icac.org.hk/en/icac-highlights/y/index.html
  43. ICAC ELITE Youth Leadership Programme, accessed August 15, 2025, https://me.icac.hk/icac/elite/en/about.html
  44. ICAC ELITE Youth Leadership Programme, accessed August 15, 2025, https://me.icac.hk/icac/elite/en/
  45. STEPS TO ENHANCE ANTI-CORRUPTION EDUCATION (ESPECIALLY AMONGST SINGAPOREAN YOUTHS) | by Murali Pillai | Medium, accessed August 15, 2025, https://medium.com/@muralipillaisg/steps-to-enhance-anti-corruption-education-especially-amongst-singaporean-youths-1520bcf489cd
  46. Finland’s Successful Experience in the Fight Against Corruption – Revista Envío, accessed August 15, 2025, https://www.revistaenvio.org/articulo/3255
  47. Lessons From Singapore: Stamping Out Corruption – 3 Quarks Daily, accessed August 15, 2025, https://3quarksdaily.com/3quarksdaily/2025/02/lessons-from-singapore-stamping-out-corruption.html
  48. Public Education Videos – Corrupt Practices Investigation Bureau, accessed August 15, 2025, https://www.cpib.gov.sg/press-room/events/public-education-videos/
  49. Manfaatkan Teknologi Digital untuk Kenalkan Nilai Antikorupsi – ACLC KPK, accessed August 15, 2025, https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/informasi/20230530-manfaatkan-teknologi-digital-untuk-kenalkan-nilai-antikorupsi
  50. tim penyusun buk, accessed August 15, 2025, https://repositori.kemendikdasmen.go.id/10119/1/1_final_Panduan_Penilaian_0k.pdf

Efektivitas Pendidikan Anti Korupsi Untuk Meminimalisir Tindak Pelanggaran Hak Asasi Manusia, accessed August 15, 2025, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/3107/pdf/7632

Ads 2-04

About the author

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Ia telah memberi konsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (author), pembicara (public speaker), dan Certified Career Direct Consultant.

Add Comment

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*