Bill Gates sukses karena beruntung. Benarkah? Dalam kisah sukses seseorang seringkali tokohnya digambarkan sebagai sosok yang super. Sangat cerdas, sangat giat, sangat tahan banting, sangat berpandangan jauh ke depan, dll.. Ternyata ini tidak sepenuhnya obyektif. Banyak faktor di luar diri si tokoh ikut menggiring dan bahkan menentukan kesuksesannya.
Bill Gates
Sebagai orang terkaya di dunia, Bill Gates memiliki sejarah yang menarik untuk disimak. Orang tentu ingin tahu kenapa ia bisa menjadi sedemikian sukses dan adakah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk meraih sukses seperti dia. Banyak yang menilai tuan Gates adalah orang jenius. Itu sebabnya sangat sukses dengan Microsoft. Namun ada juga yang menanyakan apakah dia satu-satunya orang di dunia ini yang secerdas dirinya? Bukankah ada banyak orang pandai dan punya perusahaan, tetapi mengapa tidak bisa mendekati kehebatan Bill Gates?
Malcolm Gladwell dan bukunya “Outlier”
Outlier
Seorang jurnalis, Malcom Gladwell, mengungkapkan versi unik mengenai fenomena orang-orang berprestasi gemilang di dunia. Dari penelitiannya, ia sampai pada kesimpulan bahwa ada zaman tertentu yang melahirkan banyak orang sukses di bidang teknologi komputer dan mereka yang sukses di bidang ini lahir sekitar tahun 1954 atau 1955.
Mark Zuckerberg, Paul Allen, dan Eric Schmidt
Anak Zamannya
Bill Gates, Paul Allen (mitra Gates di Microsoft), Steve Jobs (Komputer Apple), dan Eric Schmidt (Pemimpin Google) adalah sebuah contoh. Menurut Gladwell, setiap zaman atau era punya kondisi unik masing-masing yang bisa melahirkan tokoh-tokoh sukses di bidang tertentu. Cerita Bill Gates berikut ini menjelaskan bahwa kesuksesannya ternyata banyak terbantu oleh keadaan di masa remajanya yang seolah sangat 'memihak' padanya
Kebetulan yang menguntungkan
Keluarga Gates termasuk keluarga kaya dan tinggal di Seattle, Washington. Ketika Gates duduk di bangku SMP, University of Washington yang tak jauh dari rumahnya baru saja memiliki sebuah perangkat komputer. Saat itu jumlah komputer masih bisa dihitung dengan jari, ukurannya sangat besar, namun kemampuannya masih sangat terbatas. Mungkin cuma sedikit lebih pintar dari kalkulator.
Komputer generasi 1
Faktor keluarga dan domisili
Pihak universitas mengundang para pelajar di kota tersebut untuk mencobanya secara berkelompok menurut sekolahnya. Tidak banyak yang bisa bergabung sebab taripnya mahal. Jadi hanya pelajar kaya dari sekolah favorit yang ikut program ini, termasuk Bill Gates dan beberapa pelajar dari sekolahnya.
Ketika program ini berakhir, Bill Gates terlanjur ketagihan mengotak-atik komputer dan memutuskan melanjutkan kegiatan ini bersama Paul Allen secara diam-diam. Beberapa tahun kemudian, ketika seluruh Amerika baru segelintir orang yang paham komputer dan pemrogramannya, kedua anak remaja ini sudah sangat ahli dan mengantongi ‘jam terbang’ tinggi. Tidak lama setelah itu, di usia yang masih terhitung belia, keduanya mendirikan Microsoft.
Bukan hanya kerja keras
Memang, salah satu kunci keberhasilan mereka adalah semangat dan kerja keras. Tanpa kerja keras, mustahil sukses diraih. Namun jangan lupa, mereka juga diuntungkan oleh keadaan yang memungkinkan mereka mengawali usaha di saat persaingan nyaris tidak ada. Keadaan pula lah yang memberi peluang keduanya untuk menguasai suatu pengetahuan dan skill baru secara mendalam di saat orang lain tidak punya akses ke sana.
Moral cerita
Jadi kalau kita melihat orang sukses, di samping kerja keras dan keuletannya, pasti ada unsur di luar dirinya yang ikut mendukung suksesnya. Dengan kata lain, kalau kita ingin berhasil, coba tengok apa saja keuntungan yang kita miliki yang sudah ada di sekitar kita. Wujudnya bisa apa saja. Orang tua yang suka membaca, tetangga yang hobi mengotak-atik sepeda motor, rumah di dekat perusahaan pengolahan limbah pabrik, atau lapangan olah raga yang tak jauh dari tempat tinggal kita, semuanya bisa menjadi faktor penopang yang mendukung jalan hidup kita kelak.
Coba periksa juga apa yang sedang booming atau ngetren di masa sekarang. Syaratnya, kita mau terlibat dengan unsur-unsur di sekitar kita itu. Kalau kita bersikap ‘cuek’ semua keunggulan unik itu ya tidak ada gunanya. Tidak, kalau seseorang lahir dan dibesarkan di keluarga yang pas-pasan atau di sekolah bukan juara kelas, jangan putus asa dulu. Banyak faktor lain yang bisa mendukung persiapan masa depan.
Makanya, cerdaslah dalam memilih teman dan jangan menilai seseorang hanya dari penampilan, kekayaan atau kecerdasan. Tiap orang punya potensi dan kondisi lingkungan unik yang bisa berbuah sukses luar biasa.
Sumber: Gladwell, Malcolm, “The Outlier, Kisah Sukses”, Juni 2009, Kecil, Brown dan Perusahaan, New York.
Tambahkan komentar