Tahukah kamu bahwa di industri pariwisata ada yang disebut MICE, kependekan dari Meetings, Incentives, Conventions, Exhibitions?
Benar, turis tidak hanya bepergian untuk berlibur, tetapi ada juga yang mengikuti rapat, kegiatan perusahaan, konferensi, atau pameran dagang. MICE adalah bisnis besar. Sekitar 30% income pariwisata Singapore berasal dari sini.
Business travellers memang layak dilayani ekstra. Mereka umumnya berkunjung di saat-saat sepi (low season), datang dalam jumlah besar, dan seringkali ditemani keluarga. Di sela-sela kegiatan bisnis, mereka mengisi waktu dengan shopping atau mengunjungi obyek wisata. Menurut data, mereka membelanjakan uangnya tujuh kali lebih besar ketimbang turis biasa. Tak heran, banyak negara berebut mengadakan kegiatan MICE bertaraf internasional.
Bagi kita MICE menyimpan banyak harapan. Saat ini Indonesia di peringkat 12 International Congress & Convention Association (ICCA) di Asia Pasifik. Posisi ini bisa naik ke peringkat ke-8, dan kota-kota (di luar Bali, Jakarta, dan Yogyakarta) di Indonesia berpeluang masuk peringkat 30 besar dunia.
Pada 2013, sedikitnya 282.000 orang ikut kegiatan MICE dan mendatangkan Rp 19,9 triliun. “Jika target kunjungan wisman MICE pada 2019 sebesar 2 juta orang tercapai, devisa yang dihasilkan sekitar 4 miliar dollar AS (Rp 52 triliun, kurs Rp 13.000),” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Kompas, 28/3). Ini target yang bukan main-main.
Bukan industri biasa
Apa jadinya jika kita harus mengelola sebuah event dengan lebih dari 8.000 delegasi dari sejumlah negara? Selain rapat, konferensi, dan berpameran, para delegasi juga harus diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah, berbelanja di pasar yang menjual benda-benda unik, dan menikmati kuliner lokal di tempat yang eksotis.
MICE industri yang sangat serius. Perlu SDM yang bukan hanya mau melayani, tapi juga dibekali skill manajemen dan wawasan seluk beluk industrinya yang sangat unik. Tanpa ini, layanan yang biasa-biasa saja (average) hanya akan membuahkan kekecewaan tamu.
Karena umumnya para tamu dari kalangan pengusaha, profesional, maupun pemerintahan, mereka adalah pembentuk opini. Kepuasan mereka bisa mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, ketidakpuasan akan berbuntut merosotnya income jangka panjang yang sulit dipulihkan. Thomas Friedman (penulis The World is Flat) sudah lama mengingatkan: “ The age of average is over.”
Salah satu masalah kita di MICE adalah lemahnya sumber daya manusia. Kita belum memiliki cukup tenaga yang mumpuni untuk mengelola dan mengembangkan industri ini. Kebanyakan adalah lulusan Pariwisata. Tidak ada yang salah dengan ini. Namun ketika kita mesti bersaing berebut pelancong bisnis dengan negeri-negeri tetangga, ilmu pariwisata saja belum memadai.
Tangkap peluangnya
Kini, banyak perusahaan sering mengadakan teambuilding activities untuk membentuk semangat kerja sama antar karyawan. Pihak penyelenggara yang mampu menyediakan pilihan kreatif untuk keperluan ini tentu banyak dicari. Ada yang menawarkan kelas memasak bersama, kursus singkat volley pantai, atau bahkan golf. Selain kreatif, penyelenggara event harus berwawasan luas.
Tempat tujuan wisata bisnis juga sangat penting bagi wisatawan. Sambil bekerja, mereka juga ingin menikmati berbagai pengalaman rekreasi menarik. Pengelolaan MICE yang menawarkan suasana ‘work that feels like play’ yang diperkaya aneka kegiatan rekreasi dan pengalaman unik akan semakin diburu perusahaan.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan 16 kota unggulan untuk penyelenggaraan MICE, antara lain Medan, Padang (Sumatera Barat), Semarang dan Solo (Jawa Tengah), DKI Jakarta, Balikpapan (Kalimantan Timur), Bali, dan Manado (Sulawesi Utara).
Beberapa perusahaan telah berinvestasi untuk menyambut maraknya MICE di tanah air. PT Sinar Mas Land, bekerja sama dengan grup Kompas-Gramedia, membangun Indonesia Convention Exhibition (ICE) di Serpong, Tangerang.
Dengan luas 117.000 meter persegi, ICE gedung konvensi dan ekshibisi terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Berbagai industri bisa membuat kegiatan di sana, misalnya perusahaan desain, pendidikan, kesehatan, digital, transportasi, wisata, properti, bahkan konser akbar yang dihadiri puluhan ribu penonton.
“Di Indonesia, setidaknya ada 460.000 perusahaan yang butuh menyelenggarakan acara. Jika kita bisa mengambil 1 persen saja atau sekitar 4.600 acara, itu sudah sangat besar,” kata CEO Strategic Development and Services Sinar Mas Land, Ishak Chandra menjelaskan betapa besar industri ini di masa depan.
Program Studi Spesifik untuk Industri Unik
Dengan reputasinya yang mendunia di bidang Hospitality, Le Cordon Bleu membuka program unik yang dirancang khusus untuk membekali lulusannya menjadi praktisi unggul di industri yang akan booming ini. Program Bachelor of Business, Convention and Event Management yang diselenggarakan di North Metropolitan TAFE, Perth ini kombinasi ilmu hospitality management dan pengetahuan lebih dalam tentang industri MICE.
Mata kuliah bisnisnya antara lain Accounting, Marketing, Finance, Human Resources, Strategic Management, dan Entrepreneurship and Business Management. Tentu saja, apa gunanya sukses mengundang wisatawan tapi perusahaan malah merugi. Secara umum ilmunya bisa diaplikasikan ke dalam berbagai konteks bisnis.
Sementara itu pemahaman soal industri MICE mendapat porsi cukup banyak, misalnya mata kuliah Media Management, Sponsorship and Evaluation, Convention and Event Design, Destination Branding and Marketing, Business Law for Tourism and Events, Major Events and Tourism, dan lainnya. Dengan bekal di dua aspek ini, mahasiswa memiliki pemahaman menyeluruh tentang bisnis MICE.
Namun semua ini tak akan bermanfaat tanpa praktik langsung. Mahasiswa prodi Business, Convention and Event Management harus menjalani dua kali praktik kerja, masing-masing selama 6 bulan. Dengan demikian mereka bisa mengaplikasikan ilmu dari kampus ke dalam real hospitality business.
Why Le Cordon Bleu?
Le Cordon Bleu berdiri di Paris pada 1895 sebagai sebuah sekolah kuliner. Master Chefs dari berbagai restoran berpredikat Michellin Stars pernah mengajar di sini. Dengan pengalaman mengajar lebih dari 120 tahun di bidang kuliner, pastry, gastronomy dan manajemen, lembaga ini telah mencetak banyak praktisi sukses. Kini ada 57 kampus Le Cordon Bleu di 28 negara. Setiap tahun ada sekitar 22.000 mahasiswa dari 90 an negara menempuh ilmu di sini.
Le Cordon Bleu Australia bahkan menawarkan berbagai program beasiswa kepada mahasiswa Internasional dengan besaran yang bervariasai. Jika kamu ingin berkarier di industri bernuansa internasional, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan nyaman dengan kreativitas dan inovasi, program Bachelor of Business, Convention and Event Management bisa dijadikan pilihan. Yang pasti, meskipun serius, karier di bidang MICE menjanjikan banyak hal menyenangkan.
Untuk informasi lebih lengkap soal kuliah di Le Cordon Bleu, silakan langsung berhubungan dengan pihak yang berkompeten di sini.
Halo.. program ini cocok untuk orang berciri-ciri seperti apa?
Saya jadi berminat kuliah itu sih. tapi lagi bingung dengan pilihan lain yaitu financial planning.
bisa diberi perbandingan? hehe.
dan juga lingkungan kerjanya nanti. fleksibel tidaknya, di kantor terus apa tidak, dsb.
terima kasih!
MICE cocok bagi yang suka suasana tidak monoton, penasaran dengan aneka pengalaman dan kegiatan bervariasi. Juga nyaman bertemu orang baru dari berbagai kalangan. Pribadi inovatif berpeluang sukses di bidang ini. Meski terkesan a lot of fun, pekerjaannya juga butuh keseriusan. Namun beda dengan bidang Finance yang butuh orang dengan karakter dan profil khusus. Soal lingkungan kerja, bidang MICE tentu lebih banyak berada di luar kantor dan kebanyakan di tempat-tempat yang menyenangkan.