SEBUAHda yang mengejutkan dari sebuah studi di Inggris oleh C. Frey dan M. Osborne tentang masa depan ketenagakerjaan. Ini diungkap Ina Liem dari Jurusanku, pada acara Macquarie University Info Day hari Sabtu lalu di Intercontinental Hotel, Jakarta.
Dari 702 macam profesi, ternyata banyak yang tingkat risiko tergantikan oleh komputerisasi sangat tinggi. Kebanyakan memang profesi yang mengandalkan pekerjaan repetitif seperti kasir, pusat panggilan, buruh dan pengawas di pabrik, dan bermacam pekerjaan yang bersifat repetitif lainnya.
Yang agak mengagetkan, profesi Akuntan masuk dalam daftar risiko tinggi tergantikan oleh komputer. Prof. Philomena Leung, pakar Akuntansi dari Macquarie University menimpali bahwa prodi Akuntansi yang masih menekankan pada materi kuliah model lama akan dilibas perkembangan teknologi dan perubahan zaman. Mengapa?
Menurut Prof. Leung, para pakar dan konsultan di negara maju mulai mengingatkan bahwa laporan yang hanya membahas aspek keuangan saja sudah tidak memadai. Investor, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya butuh laporan yang lebih menyeluruh.
Kini orang mulai bicara soal Integrated Reporting yang lebih luas dari financial reporting yang kita kenal saat ini. Perusahaan harus bisa melaporkan proses usahanya dari sisi sosial maupun ekologis.
Prof. Leung mengingatkan bahwa universitas tak punya pilihan selain berbenah. Jika tidak, banyak skill yang dimiliki para akuntan akan segera usang (usang). Salah satu solusinya adalah dengan merombak kurikulum program studi Akuntansi dan menggantinya dengan course structure baru yang berwawasan jauh kedepan.
Meskipun baru beberapa negara Eropa yang menggunakan pelaporan seperti ini, Macquarie University di Sydney sudah ancang-ancang mengganti beberapa mata kuliahnya dengan berbagai materi yang lebih menjawab persoalan di masa depan. Itu sebabnya pelajar yang berminat menempuh jurusan ini sebaiknya mulai cermat memilih universitas.
Pada kesempatan yang sama, Ina Liem menyinggung fenomena Big Data yang dampaknya akan mengubah berbagai aspek kehidupan kita. Sejak publik mengunggah teks, gambar, maupun video ke berbagai platform seperti WordPress, Instagram dan Youtube, jumlah data meningkat luar biasa. Jika diolah, data bisa mengungkap pengetahuan baru yang tak pernah terlintas di benak manusia.
Big Data melahirkan kebutuhan untuk mengolah data. Lahirlah istilah Data Science, yakni keahlian khusus perpaduan antara computer science, statistik, dan matematika. Beberapa universitas mulai menawarkan prodi ini. Namun menurut survey MacKinsey, dunia tetap akan mengalami krisis data scientist. Amerika saja akan kekurangan hampir 200 ribu anggota di bidang ini di tahun ini 2018.
Karena perannya sangat penting namun jumlahnya masih sedikit, banyak perusahaan besar menawarkan handsome salary bagi yang memenuhi syarat. Tak pelak, Harvard Business Review menjuluki profesi Data Scientist sebagai “Pekerjaan Terseksi di Abad ke-21”.
Ina mengingatkan, pemanfaatan big data bukan hanya meningkatkan produktivitas dan laba perusahaan, tetapi juga bisa mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja. Beberapa profesi dan bisnis bahkan akan lenyap terkena dampaknya.
Oleh sebab itu wajar jika prodi Data Science akan menjadi jurusan yang favorit. Saat ini pada umumnya universitas menawarkannya di tingkat Master (S2). Meskipun demikian, Macquarie University sudah menerima mahasiswa Data Science di tingkat undergraduate (S1).
Bidang lain yang juga rentan terimbas teknologi adalah media dan jurnalisme. Kalau dulu peliputan dilakukan satu tim, yakni jurnalis, kamerawan video, juru foto dan supir, kini jurnalis dituntut mampu melakukan semuanya sendiri. Selain meliput dan merekam, ia juga menulis dan mengunggah beritanya saat itu juga. Kini kehebatan media ditandai kemampuannya menyajikan liputan paling cepat. Siapa cepat, dia mendapat perhatian publik.
Untuk menyiapkan jurnalis profesional yang sesuai zamannya, Prof. Julian Knowles mengatakan pendidikan media dan jurnalisme harus membekali mahasiswa aneka skill set baru. Ketua program Bachelor of Arts di Macquarie University ini juga menyinggung tentang makin potensialnya industri kreatif di masa depan. Bidang ini membutuhkan pelaku yang bukan hanya kreatif tetapi juga punya wawasan luas hasil pendidikan dengan pendekatan multidisipliner.
Jurusan lain yang mulai banyak dilirik adalah Actuarial Studies, perpaduan matematika dan ilmu keuangan. Meskipun banyak lulusan Aktuaria dari Macquarie bekerja dan sukses di berbagai perusahaan di Indonesia, kami masih membutuhkan lebih banyak. Untuk menutup kekurangan tenaga Aktuaris, kita masih mengimpor tenaga asing. Hadir pada kesempatan ini Henry Then, direktur keuangan Allianz, dengan lugas mengatakan profesi ini masih sangat menjanjikan.
Dengan perubahan yang begitu cepat, sangat mungkin skill yang kita pelajari hari ini tidak terpakai beberapa tahun lagi. Jadi, selain memilih jurusan yang tepat, pelajar atau mahasiswa yang akan ke jenjang lebih tinggi perlu memilih universitas dengan kurikulum yang berorientasi masa depan. Prodi akuntansi yang masih mengajarkan kurikulum seperti 10 – 15 tahun terakhir mungkin saja akan tergilas perubahan.
Di akhir seminar, banyak yang tidak segera pulang tetapi pindah ke ruang yang telah disediakan untuk konsultasi dengan perwakilan dan para profesor dari Macquarie. Karena konsultasinya one-on-one, sebagian besar dengan sabar menunggu giliran di kursi yang telah disediakan.
Suka atau tidak, dunia memang sedang berubah cepat. Merencanakan kuliah sudah tidak sesederhana dulu lagi. Cermati jurusannya, baru cari perguruan tingginya. Semoga bermanfaat.
Tambahkan komentar