Salah satu jenis rumput laut Euchuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii adalah salah satu rumput laut yang sangat potensial di Indonesia sebab bisa menjadi produk olahan bernama Karaginan. Di pasar global karaginan punya nilai ekonomis tinggi sebab dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetik.
Sayangnya, jumlah pengolah rumput laut di Indonesia hanya 27 perusahaan, salah satunya PT Kappa Carrageenan Nusantara di Pasuruan. Di Bawean, masyarakat masih memandang sebelah mata bahan bernilai ekonomis ini. Pasalnya, masyarakat belum tahu cara mengelola rumput laut dengan baik. Echeuma cottonnii yang biasa mereka sebut “Bolong” masih belum dimanfaatkan.
Berbekal informasi ini, mahasiswa dan dosen Universitas Airlangga (UNAIR) datang ke Pulau Bawean untuk melakukan edukasi lewat program KAPAN (Edukasi Cerdas): Pemanfaatan Rumput Laut (Euchema cottonii) Menjadi Tepung Karagenan Sebagai Upaya Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Desa Tanjung Ori Kecamatan Tambak Pulau Bawean.
Menurut Lussi, mahasiswa Statistika yang bertindak sebagai ketua team, tujuan mereka ke pulau ini, khususnya ke desa Tanjung Ori, adalah untuk mengajar masyarakat mengubah rumput laut menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Diharapkan masyarakat Bawean tidak hanya menjadi cerdas mengelola sumberdaya alamnya, namun juga cerdas membangun perekonomian yang mandiri.
Para mahasiswa UNAIR ini mempraktikkan langsung cara membuat cottonii menjadi karaginan. Ada dua macam Karaginan, yakni semi-refined dan refined. Pada kesempatan ini mereka berbagi cara mengelola
Cottonii menjadi Semi Refined Carrageenan (SRC). “Karaginan adalah salah satu bahan campuran pada produk kosmetik, es krim, dan lain-lain,” jelas Iqbal selaku pemateri tamu di sana.
Warga tampak sangat antusias mendengarkan pemaparan Iqbal sebab mereka baru tahu ternyata Bolong adalah salah satu bahan baku pembuatan kosmetik yang dipakai para ibu. Alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan ini mengatakan bahwa untuk memproduksi Semi Refined Carrageenan hanya diperlukan rumput laut dan larutan KOH.
Pada sesi pengembangan ekonomi, Galih selaku anggota tim KADAS bidang ekonomi menjelaskan bahwa karagenan bisa dijual dengan harga 80.000 hinggga 100.000 per kilogram. Modalnya hanya Euchuma cottonii dan larutan KOH. “Ternyata Bolong bisa dijual dengan harga tinggi asal diolah dengan baik”, kata Sulfatun, salah seorang warga.
Selain pengolahan Eucheuma cottonii menjadi karaginan, tim KADAS juga mengajarkan cara pembuatan Sargassum (semakin) menjadi teh dan cara pembuatan manisan rumput laut.
Di akhir program yang didukung Petrokimia Gresik ini, Uswatun, warga lain dari desa ini mengungkapkan kegembiraannya setelah belajar cara mengubah rumput laut yang biasanya dianggap sampah menjadi produk bernilai tinggi.
Bagi yang berminat memahami jurusan-jurusan terkait Perikanan dan Kelautan, silakan baca Infoletter Jurusanku edisi Perikanan dan Kelautan.
Tambahkan komentar