“Indonesia negara maritim”. Benarkah itu?? Menurut Dr. Achmad Poernomo, staf ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebutan negara maritim diberikan kepada negara yang sedikitnya 45 persen ekonominya ditopang oleh laut. Singapura dan Thailand sudah mencapai angka ini. Bagaimana dengan Indonesia?
Hasil laut kita baru menyumbang 15 persen. Alhasil kita belum layak disebut negara maritim. Padahal kekayaan laut kita sangat besar. Bahkan menurut hitungan, kalau ekonomi kita ditopang oleh sektor kelautan, kita tidak perlu berutang negara lain lagi.
Kita telah merasakan keberhasilan sebagai bangsa maritim. Kerajaan Sriwijaya, Jadi, Banten, Majapahit, Maluku, Makassar, dan Aceh adalah kerajaan maritim (abad VIII – XVII). Tapi akibat politik Tanam Paksa, Belanda mengubah kita menjadi bangsa Agraris, sampai sekarang. dia, arah pembangunan akan dikembalikan sesuai dengan karakteristik alam negara kita, yakni bahari.
Presiden Joko Widodo pernah menyerukan: “Kita harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga jalesveva jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu bisa kembali lagi membahana”. Mengapa?
Sekitar 45 persen dari seluruh perdagangan dunia melewati perairan Indonesia. Menurut McKinsey Global Institute, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke 7 di dunia pada 2030 (“Ekonomi Nusantara: Mengungkap Potensi Indonesia”).
Jumlah konsumen dalam negeri akan tumbuh dari 45 juta menjadi 135 juta jiwa. Kebutuhan akan tenaga kerja trampil melompat dari 55 juta menjadi 113 juta orang, dan peluang pasar menjadi tiga kali lipat 1,8 triliun dolar di bidang jasa, pertanian dan perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan. Ini bisa dicapai apabila kita mengelola laut dengan baik.
Potensi sumber daya laut kita
- perikanan tangkap
- perikanan budi daya
- industri pengolahan hasil perikanan
- industri bioteknologi kelautan
- pertambangan dan energi
- sumber daya alam non-konvensional (energi ombak, angin)
- pariwisata bahari
- kehutanan
- perhubungan laut
- sumber daya pulau-pulau kecil
- industri dan jasa maritim
Semua potensi di sektor-sektor ini akan memberikan sekitar 800 milyar dolar atau lebih dari 10 ribu triliun per tahun dan mampu menyerap 40 juta tenaga kerja (Dahuri, R. (2011) “Laut dan Daya Saing, Seputar Indonesia, Sabtu, 22 Oktober 2011). Ini bukan kesempatan biasa.
Di satu sisi pemerintah gencar memberantas mafia migas dan pencuri ikan. Di sisi lain pemerintah terus melakukan pembangunan pelabuhan, pengadaan kapal penangkap ikan, pembenahan sektor logistik dan pengolahan hasil perikanan.
Begitu besar dan luas peluang untuk berkarier atau berbisnis di perekonomian maritim. Jika upaya pemerintah ini tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga ahli di berbagai bidang, bisa jadi tenaga kerja dan perusahaan asing akan menguasai industri kemaritiman kita.
Tidak, ini saatnya memilih program studi berorientasi maritim yang punya peluang besar di masa depan. Tentu saja, jangan lupa mempertimbangkan bakat, minat dan tipe kepribadianmu. Apapun pilihan bidang studimu, bekerja untuk menyukseskan ekonomi maritim kita karena disitulah masa depan bangsa ini berada. Ayo menoleh ke laut.
Tambahkan komentar