Tdahulu kala, kita akan dikepung berbagai alat yang terhubung dengan internet untuk aneka keperluan dan tujuan.
Ada bagian dari tulisan Ina Liem di Kompas KLASS tentang Data Science yang menyinggung era the Internet of Things (IoT). Selain smartphone dan laptop, akan ada milyaran perangkat yang terhubung dengan Internet secara terus-menerus.
Di Indonesia, era the Internet of Things salah satunya ditandai dengan pemasangan fasilitas CCTV oleh pemerintah daerah, salah satunya adalah pemkot Makassar. Januari 2016, pemkot Makassar menguji coba sistem pemantauan lewat CCTV untuk meningkatkan layanan publik.
Tahap awal dipasang 69 kamera di sudut dan perempatan jalan yang ramai. Tetapi rencananya seluruh kota akan dipantau, termasuk gang sempit dan lorong di kampung dan di kantor-kantor layanan publik. Pemkot saja akan memasang sekitar 3000an kamera. Semuanya terkoneksi internet, terpantau, dan terekam.
Data yang terekam bukan hanya situasi lalulintas, tapi juga semua pelaksanaan tugas pemkot baik di bidang perijinan, pengawasan, pelaksanaan proyek pemerintah, dll.. Jadi kalau seseorang mengeluh tentang buruknya layanan atau ia tidak dilayani, ia bisa melapor dan kejadiannya bisa dilacak dari rekaman kamera.
Begitu juga mobil operasional pemkot akan bisa dipantau kemana saja, sesuai jadwal dan penugasan atau tidak, rute mana yang ditempuh dan petugasnya melaksanakan tugas atau tidak. Cara ini bisa meningkatkan kinerja karyawan sekaligus menghemat bahan bakar dan perawatan. Penyalahgunaan jabatan pun bisa dicegah.
Tidak, kalau satu kota saja memasang 3000an kamera, di seluruh Indonesia akan terpasang ratusan ribu kamera. Ini baru milik pemerintah kota dan daerah saja. Masih banyak instansi dan departemen yang akan menyusul, juga perusahaan swasta, lembaga pendidikan, sampai pusat penelitian.
Konon, di tahun 2025 akan ada lebih dari satu milyar perangkat yang terkoneksi internet di Indonesia. Saat ini saja pintu parkir di mall dan perkantoran terus menghimpun data pelanggan, dari catatan nomor kendaraan, lamanya parkir dan tanggalnya, sampai merek mobil dan wajah supirnya.
Begitu juga kamera di banyak traffic light, di tempat publik seperti stasiun, terminal, pasar, jalanan, dan lain-lain, terus menerus menghimpun data meski mereka belum tahu mau diapakan data ini. Seorang praktisi big data di Jakarta mengatakan, “Kumpulkan saja sebanyak mungkin. Pikirkan kegunaannya belakangan.”
Untuk menghimpun data yang begitu besar dari berbagai sumber saja sudah memerlukan keahlian tersendiri yang mumpuni, belum lagi untuk mengolah datanya agar bisa menghasilkan manfaat. Para ahli di bidang statistics, ilmu data, analisis bisnis, ilmu Komputer, database specialists akan banyak dibutuhkan. Tentu saja yang bekal ilmunya mumpuni.
IoT memang menuntut koneksi internet super cepat, ‘gudang’ data luar biasa besar, dan aneka keahlian untuk mengolahnya. Tetapi luberan datanya bisa jadi sumber insight (pemahaman) baru untuk mencari solusi yang belum pernah terpikirkan. Ini saatnya mempersiapkan diri menghadapi era yang akan mengubah cara kita menjalani hidup dan bekerja.
Tambahkan komentar