Peluang karier
Tidak banyak yang tahu bahwa peluang karier rekayasa audio cukup luas. Ketika masuk JMC, banyak mahasiswa hanya ingin jadi produser musik. Namun, setelah kuliah baru mereka sadar kariernya tidak terbatas di sana. Mereka bisa berkarya di berbagai industi kreatif di luar musik. Industri permainan, film, dan televisi, radio, periklanan, dan animasi juga butuh keahlian mereka.
Namun, untuk bisa sampai ke sana, banyak materi kuliah dan jam praktik yang mesti dilalui. Di JMC, mahasiswa bisa memilih Diploma of Audio Engineering and Sound Production selama 1 tahun atau Bachelor of Creative Technology (Teknik Audio dan Produksi Suara) selama 3 tahun.
Selama 20 tahun terakhir, pertunjukan musik berskala besar di Indonesia semakin marak. Dunia dunia pertunjukan makin menjadi-jadi. Tidak hanya artis dan musisi mancanegara yang meramaikan dunia pertunjukan hidup di Tanah Air. Artis dan grup band dalam negeri pun semakin digandrungi para penikmat musik. Kalau menilik jumlah penyanyi maupun musisi lalu dikalikan dengan berapa kali mereka tampil di pentas, kita akan sampai pada angka ribuan konser dalam setahun.
Semakin ramainya dunia hiburan di dalam negeri mendorong pelaku bisnis melakukan investasi besar-besaran, khususnya di perlengkapan audio yang nilainya bisa puluhan miliar rupiah. Untuk perlengkapan tata suara, ini bukan investasi main-main. Perlengkapan jenis ini tentu perlu tenaga audio yang tidak hanya punya pengalaman, tetapi juga pengetahuan konseptual di bidangnya.
Perkembangan industri Live music di Indonesia ini mengangkat permintaan akan insinyur audio. Namun, sampai saat ini kebanyakan insinyur audio kita bukan lulusan pendidikan formal. Sebagian besar autodidak. Dipahami, lembaga yang menawarkan keahlian ini baru muncul belakangan. Selain jumlahnya sedikit, kurikulumnya masih mengadopsi program dari luar negeri.
Karena mungkin peluang kariernya lebih besar dibandingkan dengan bidang rekaman studio atau bidang lainnya, bidang suara hidup menjadi spesialisasi favorit di kalangan insinyur audio. Tidak aneh jika sebagian besar mahasiswa JMC Academy memilih spesialisasi pertunjukan hidup dibanding bekerja di studio rekaman ataupun membuat suara untuk film, televisi, atau permainan.
Peluang untuk menjadi pengusaha di bidang ini memang sangat memungkinkan. Seorang alumnus JMC yang lain mendirikan Gigpiglet, sebuah perusahaan layanan skala penuh yang tidak hanya menawarkan jasa rekaman langsung, tetapi juga menyewakan perlengkapan audio, konsultan manajemen tur musik, dan lain-lain.
Namun, perlu diperhatikan juga bahwa suara hidup itu sendiri punya rentang skala yang luas mulai dari konferensi, pertunjukan band di pub, festival musik, hingga konser-konser akbar. Mahasiswa JMC dibekali ilmu untuk mampu menangani berbagai skala ini.
Meskipun demikian, karena luasnya spesialisasi ini, sangat disarankan agar mahasiswa mulai memikirkan akan fokus ke area mana nantinya. Bisnis pertunjukan yang serba sempurna memang menuntut keahlian spesialis yang tidak setengah-setengah.
Di JMC, kebutuhan untuk menjadi spesialis seperti ini mudah dicarikan solusinya. Berhubung JMC sendiri memiliki jurusan Contemporary Music Performance, mahasiswa rekayasa audio sering bekerja sama dengan mahasiswa jurusan pertunjukan saat mereka manggung, baik di dalam maupun luar kampus. Kerja tim yang dimulai sejak bangku kuliah ini sering kali berlanjut menjadi kolaborasi profesional di dunia kerja setelah mereka lulus.
Bagaimana prospeknya buat perempuan? Baca infonya di bagian 4.
Tambahkan komentar