MATEMACINTA – Memahami Prospek Sarjana Matematika Secara Proporsional

[guestpost]Pada tanggal 21 September 2013, Ina Liem diundang sebagai dosen tamu oleh Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta, untuk memberikan kuliah umum tentang prospek jurusan Matematika. Sekitar 500 undangan yang hadir tidak hanya dari intern jurusan Matematika di universitas tersebut, tetapi juga sejumlah mahasiswa jurusan lain dan pelajar SMA peserta Lomba Cerdas Cermat Matematika.[/guestpost]

Jurusan Matematika termasuk jurusan yang banyak dihindari pelajar di Indonesia sekalipun matematika adalah salah satu pelajaran favorit. Dalam kuliah umumnya, Ina Liem membeberkan berbagai mitos yang salah tentang jurusan ini. Ia tidak hanya menunjukkan kesalahan persepsi publik, tapi juga menyajikan banyak bukti dari berbagai sumber terpercaya tentang besarnya peluang karir bagi sarjana Matematika, baik di dalam maupun di luar negeri.

[youtube id=”wwWki9_jCFc” height=”430″ width=”710″]

Jurusan Matematika di Universitas Sanata Dharma sering menyelenggarakan seminar seputar karir setelah lulus. Banyak tokoh sukses dari bidang ini dihadirkan untuk berbagi pengalaman dan memompa semangat mahasiswa di jurusan yang masih dipandang sebelah mata ini.

Yang agak mengejutkan tapi sekaligus membanggakan, Ina Liem dari JURUSANKU mendapat kehormatan untuk berbicara di depan para mahasiswa ini. Padahal ia bukan sarjana matematika. Mungkin pihak fakultas ingin menyajikan pandangan yang berimbang tentang prospek karir sarjana Matematika menurut versi orang di luar bidangnya.

MELAWAN MITOS

Dari berbagai pertanyaan, komentar dan testimonial para peserta, ternyata di abad 21 inipun mitos bahwa jurusan ini cuma mencetak guru masih dominan. Memang, mesti diakui, iklan lowongan pekerjaan di media sangat jarang menyebut jurusan ini sebagai syarat penerimaan. Akibatnya, publik menganggap dunia bisnis dan manufaktur bukan lahan bagi lulusan Matematika.

Seluruh partisipan menyimak dengan serius dan tertib.
Seluruh partisipan menyimak dengan serius dan tertib.

Dalam presentasinya, Ina Liem berusaha membuka wawasan peserta lewat berbagai bukti tentang besarnya peluang sarjana Matematika di dunia industri dan bisnis masa kini. Beberapa nara sumber dihadirkan lewat video clipsnya. Mereka semua menyayangkan kelirunya anggapan selama ini.

MEMBACA PELUANG

Salah satu nara sumber yang ditampilkan lewat video adalah Tiara Mustika Ayu, staf Human Resources Development sebuah perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Dengan sangat jelas ditegaskan bahwa perusahaannya sering kesulitan mencari lulusan Matematika karena jumlah pelamarnya sedikit. Padahal mereka sangat diperlukan untuk Market Research dan Pengendalian Proses Produksi.

Nara sumber lainnya adalah Denny Tjahjanto Ph.D, seorang peneliti yang kini bekerja di Swedia. Senada dengan Tiara, Denny pun menceritakan besarnya peluang lulusan Matematika, khususnya yang bergelar S2, untuk diterima bekerja di Eropa. Alasannya sederhana. Di sana memang kekurangan tenaga di bidang ini. Dari dulu sarjana di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, dan Math) selalu menduduki peringkat gaji tertinggi di negara-negara maju.

Sebagai MC, dua gadis manis ini mampu menyegarkan suasana
Sebagai MC, dua gadis manis ini mampu menyegarkan suasana

Denny menambahkan bahwa sekarang yang banyak dibutuhkan adalah Applied Math (Matematika Terapan). Bagi yang beruntung mendapatkan beasiswa untuk mengambil S2 di sana, dianjurkan mengambil spesialisasi ini. Kini makin besar peluang sarjana kita yang mendapat pekerjaan di negara-negara Eropa. Dari 5 sarjana Indonesia, 3 sampai 4 orang diterima kerja. Bagi yang punya semangat untuk studi lanjutan, kini banyak beasiswa yang tersedia.

GELAR SAJA TIDAK PERNAH CUKUP

Namun menjadi sarjana saja bukan jaminan bisa diterima bekerja di perusahaan yang baik. Ina Liem mengingatkan perlunya soft skills. Banyak pelamar gagal di tahap interview hanya karena lemah dalam hal attitude (sikap). Kemampuan berkomunikasi dan sikap professional seringkali jadi ganjalan. Berbagai ketrampilan sosial (people skills) perlu dikembangakan selama kuliah agar tidak kaku saat bekerja.

Kelompok peserta dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah
Kelompok peserta dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah

Dengan diberlakukannya globalisasi tenaga kerja di negara-negara ASEAN tahun 2015, para mahasiswa harus menyiapkan diri dengan lebih giat karena persaingan akan semakin berat. Selain penguasaan bahasa asing, kemampuan beradaptasi dengan kultur lain (Global Dexterity) menjadi syarat mutlak.

 

Kesempatan bertanya tidak di sia-siakan. Sayang, waktunya terbatas.
Kesempatan bertanya tidak di sia-siakan. Sayang, waktunya terbatas.

ORIENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Menurut Aris Dwiatmoko, salah seorang dosen senior, jurusan Matematika Universitas Sanata Dharma sudah mulai menyiapkan diri mencetak sarjana matematika industri mengingat permintaan dunia kerja yang kian tinggi. Pengajar Statistika yang juga pelukis handal ini memang serius memikirkan kemana para mahasiswa perlu diarahkan. Ini bukan lantas berarti bahwa Matematika Murni tidak diperlukan lagi. Namun perguruan tinggi memang harus selalu ‘mendengar’ kebutuhan dunia kerja agar tidak sia-sia pengajaran yang diberikannya.

Mengirim tenaga pengajar ke luar negeri untuk studi lanjut adalah salah satu langkah kongkritnya. Salah satu dosennya, Hartono Ph.D, belum lama ini meraih gelar doktornya di bidang Industrial Mathematics. Pria ramah yang pintar memberi penjelasan ini menjadi salah satu harapan mahasiswa yang berorientasi karir di bidang industri manufaktur atau riset industri. Pelan tapi pasti, orientasi semacam ini tentu akan mengikis anggapan umum bahwa sarjana Matematika sulit cari kerja di luar bidang pendidikan.

Ina Liem bersama para dosen dan panitia penyelenggara di akhir acara.
Ina Liem bersama para dosen dan panitia penyelenggara di akhir acara.

Secara keseluruhan, acara berlangsung sangat baik. Sekalipun jumlah peserta sekitar 500 orang, ketertiban sangat terkendali. Salut untuk panitia penyelenggara yang mampu mengatasi kelelahan peserta dengan menyuguhkan live music yang apik sebagai selingan. Bukan itu saja. Mereka juga menunjuk Gigih Adiguna sebagai moderator acara. Gigih adalah alumnus jurusan Matematika merangkap seorang Comic alias Stand Up Comedian, sebuah perpaduan sempurna dari dua dunia yang seolah berseberangan.

2 Comments

Click here to post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

  • Ketika kita memilih sebuah jurusan, yg seharusnya kita pikirkan adalah sesuai tidaknya jurusan itu ke kita atau prospek kerjanya setelah lulus? mohon penjelasannya

    • Sebaiknya memang pilih yang sesuai dengan bakat, minat dan nilai-nilai pribadi, apalagi kalau prospek kerjanya bagus. Tapi demi tanggung jawab terhadap masalah keuangan pribadi atau keluarga, bisa saja seseorang memilih jurusan yang kelak berpenghasilan besar. Tapi risikonya, mungkin saja ia tidak begitu happy menjalani perkuliahannya. Melakukan sesuatu tanpa passion biasanya sulit menghasilkan karya dan prestasi besar.