(Artikel ini terbit di Kompas KLASS pada Rabu, 16 Maret 2016. Ina Liem menjabarkan bagaimana industri logistik kita akan mengalami pertumbuhan pesat sementara kita masih kekuranga ahlinya. Lanjutan artikel ini bisa baca disini)
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita meyakini bahwa 60 persen perekonomian ASEAN berada di Indonesia. Sudah semestinya negeri kita jadi pusat perekonomian sekaligus pusat logistik se-ASEAN.
Sekitar 90 persen transportasi barang dunia melewati laut. Menurut Gopal R., Global Vice President bidang Transportasi dan Logistik di Frost & Sullivan, kunci sukses Indonesia menghadapi MEA ada di perdagangan dan manajemen logistik. SDM kompeten mutlak diperlukan. Selain memberikan pelatihan untuk profesional yang sudah bekerja, kami membutuhkan banyak orang yang benar-benar terdidik di bidang ini. Faktanya, dari 11.000 siswa SMA hasil survei Jurusanku, hanya 2 siapa yang tertarik dengan logistik?.
Masih jarang universitas lokal yang membuka jurusan ini. Manajemen rantai pasok umumnya hanya bagian dari jurusan Teknik Industri. Yang khusus mengajarkan logistik di tingkat S-1 baru Transportasi Laut dan Logistik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Surabaya) dan Sekolah Tinggi Manajemen Logistik (Stimlog) di Bandung yang baru didirikan oleh PT Pos Indonesia tahun 2013. Alhasil, banyak praktisi bukan lulusan logistik.
Logistik umumnya terkait erat dengan manajemen rantai persediaan (manajemen rantai persediaan) atau disingkat SCM. Secara sederhana, SCM meliputi semua kegiatan untuk pengadaan barang, negosiasi harganya, produksi, penyimpanan, pengepakan, pengendalian persediaan, transportasi, dan layanan pelanggan.
Sementara itu, logistik lebih berfokus pada pemindahan barang atau orang dalam jumlah, waktu, dan kondisi yang tepat dan biaya yang efisien. Di dalamnya terkait soal pergudangan, komunikasi selama pengiriman barang, membongkar, serta urusan dengan perusahaan angkutan, seperti pelayaran dan maskapai penerbangan, dll..
Luar negeri, bidang Manajemen Logistik dan Rantai Pasok sudah ditawarkan oleh banyak universitas. Ada yang berada di bawah fakultas bisnis, ada pula yang masuk ke fakultas teknik, tergantung fokus keilmuannya.
Negara tujuan
Dari 10 pelabuhan tersibuk di dunia, 7 ada di Tiongkok. Jadi, untuk belajar logistik, Negeri Tirai Bambu layak dilirik. Lebih dari 60 universitas di Tiongkok menawarkan jurusan seputar Logistics Management dan Logistics Engineering. Misalnya, Universitas Maritim Dalian, Universitas Teknologi Qingdao, Universitas Maritim Shanghai, dan Ocean University of China.
Universitas Maritim Shanghai, fokusnya lebih ke Logistics Engineering. Lulusannya diharapkan mampu merencanakan, mendesain dan memperbarui sistem manajemen logistik, serta mengenal teknologi modern dan perlengkapan yang ada di industri ini. Tidak hanya sisi teknis, mahasiswa juga diharapkan mampu mengelola dan mengoperasikan urusan logistik maritim di perusahaan.
Apabila kita intip daftar praktisi logistik dan manajemen rantai persediaan dari LinkedIn, terbanyak adalah lulusan Penn State University dan Michigan State University di Amerika. Universitas RMIT, Australia, ada di urutan ketujuh atau urutan pertama di antara universitas-universitas di Australia.
Di RMIT, jurusan ini sudah ditawarkan selama lebih dari 40 tahun. Selain di kampus pusatnya di Melbourne, bidang studi ini dibuka di beberapa negara lain, seperti di Singapore Institute of Management (Singapura), Universitas Bisnis Internasional dan Ekonomi Shanghai (Cina), dan RMIT Vietnam.
Menurut Dr Ferry Jie, pakar logistik dari RMIT, semua sektor di bidang logistik pada prinsipnya sama, yaitu mencari efisiensi, hanya konteksnya yang berbeda. Dosen asal Palembang yang sudah belasan tahun mengajar di Melbourne ini mengatakan, berbagai kasus yang dipelajari tidak hanya tentang industri di Australia, tetapi juga Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Untuk memberikan berpengalaman, ada program pertukaran mahasiswa selama 1 semester atau 1 tahun atau bahkan kerja praktik di negara-negara tujuan. Diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman global. Ini langkah cerdas bagi generasi muda untuk mengasah pemahaman lintas budaya, salah satu keahlian menentukan di abad ke-21.
Mencermati fokus
Tidak semua jurusan Logistik mengajarkan hal yang sama persis. Ada yang kental dengan masalah logistik di tingkat operasional (lapangan) dan ada yang lebih berorientasi pada sisi manajemennya. Jadi, sangat disarankan untuk meneliti struktur kursus (kurikulum) sebelum mengambil keputusan.
Di RMIT, Logistics and Supply Chain Management mengajarkan cara merancang dan mengelola seluruh alur barang, misalnya perencanaan persediaan, pengadaan atau pembelian barang, transportasi multimoda (udara, laut, jalan, kereta), distribusi, pergudangan, dan urusan logistik berskala global. Ini tecermin dari materi kuliah dan kegiatan praktiknya.
Intinya, ilmu di jurusan ini adalah kombinasi antara materi bisnis dan materi logistik serta rantai pasok. Pada tahun pertama, materi kuliahnya masih sarat dengan ilmu bisnis secara umum seperti Business Statistics, Harga dan Pasar, Prinsip Pemasaran, dan pengantar Logistik dan Supply Chain Management.
Baru di tahun kedua, mahasiswa mulai menggeluti banyak materi logistik dan rantai pasok seperti Transportation and Freight Logistics, Gudang dan Saluran Distribusi, dan Procurement Management serta Global Sourcing.
Karena pada tahun ketiga ada kerja praktik selama 1 tahun, program ini harus ditempuh selama 4 tahun. Namun, bagi yang tidak menempuh magang, kuliah di tingkat S-1 bisa dirampungkan dalam 3 tahun.
Bagi yang menempuh magang, di tahun keempat, ada Proyek Desain Bisnis. Mahasiswa harus mengaitkan teori yang dipelajari pada dua tahun pertama dengan kerja praktik pada tahun ketiga. Mereka harus menjelaskan isu-isu bisnis saat ini atau isu global pada masa mendatang. Tujuannya, mereka mampu mengomunikasikan masalah, menganalisa, mencari solusi kreatif, dan menguji solusi tersebut.
Spesialisasi
Sekalipun semua sektor industri dibahas, menurut Dr Ferry, sektor yang jadi prioritas Australia adalah agribisnis, pertambangan, dan jasa, termasuk ritel. Pakar rantai pasok di bidang agribisnis ini menambahkan bahwa yang dipelajari antara lain seputar cara mengirim bahan pangan agar tetap segar di tangan konsumen.
Di tingkat S-2 dan S-3, banyak hal menarik bisa dipelajari. Sebagai contoh, dengan Prof. Caroline Chan, orang Indonesia yang menjadi Head of School of IT and Logistics di RMIT, Dr Ferry membimbing mahasiswa doktoral yang penelitiannya tentang rantai pasok halal. Tujuannya, memastikan proses pengiriman barang tetap halal, mulai dari bahan mentah hingga pengguna akhir. Ada lagi mahasiswa dari Malang, Jawa Timur, yang fokus penelitiannya pada LPG (elp) rantai pasokan.
Selain RMIT, Australian Maritime College di University of Tasmania menawarkan program dengan fokus logistik maritim. Materi kuliah pada program Bachelor of Business (Manajemen Maritim dan Logistik) meliputi Manajemen Operasi Kapal, Pergudangan, Manajemen Pelabuhan dan Terminal, dan Global Procurement. Untuk materi bisnisnya, ada kursus Hukum Bisnis, Keuangan, Dan Ekonomi. Lulusannya menangani sisi manajemen di perusahaan pelayaran, pelabuhan dan terminal peti kemas, jasa angkutan, jasa transportasi, ekspor impor, pergudangan, dan masih banyak lagi yang terkait.
Saat mendengar logistik, umumnya yang terbayang adalah alat transportasi berat seperti truk dan kontainer. Padahal, di balik pengiriman dengan alat transportasi tersebut memerlukan perencanaan dan perhitungan matang supaya harga barang menjadi kompetitif. Mereka yang berkepribadian berorientasi pada detail dibutuhkan di bidang ini, baik laki-laki maupun perempuan.
Untuk lanjutan artikel ini “Poros Maritim, Peluang dan Tantangan” silakan klik di sini.
Ina Liem
Authir and CEO Jurusanku
@InaLiem
@kompasklass #edukasi
min, prospek lulusan S1 manajamen logistik itu apa aja yaa? Potong..
Info lengkap soal jurusan Logistik bisa dibaca di infoletter.jurusanku.com (pilih edisi Logistik), atau langsung ke https://issuu.com/budi3/docs/06_edisi_logistik_web.
Terima kasih banyak min..