Kompas Articles

Menjadi Petani Sukses di Era Global

lincoln3
(Tulisan Ina Liem di Kompas Klass edisi Jumat 29 November 2013 ini dimaksudkan untuk membuka mata generasi muda bahwa bidang pertanian punya masa depan sangat cerah. Namun tanpa pengetahuan dan teknologi maju, kita akan selalu jadi pengimpor produk pertanian. Dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana kuliah di negeri yang sangat maju pertaniannya bisa mengajarkan banyak hal berguna)

Penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 400 juta orang di tahun 2030. Penyediaan pangan akan menjadi tantangan besar bagi bangsa ini. Sayangnya, minat terhadap jurusan Pertanian sangat kecil.

Luar negeri, profesi petani sering dikaitkan dengan pengusaha kaya dengan lahan luas dan teknologi modern, tapi di Indonesia justru kebalikannya. Wajar kalau kemudian profesi petani tidak menarik bagi pelajar, apalagi dari kalangan yang berkantung tebal. Kalau mau bukti, berdasarkan hasil poling penulis terhadap 4.421 siswa di 20 SMA swasta di 10 kota di Indonesia, siswa yang berminat mengambil jurusan Pertanian (termasuk peternakan, perikanan, dan kehutanan) hanya 0,3 persen atau 14 siswa.

Banyak pelajar Indonesia tidak berminat belajar pertanian karena persepsi yang salah. Dunia pertanian dan peternakan sering diidentikkan dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Gagal panen, ditipu tengkulak, dipermainkan harga pupuk, dan terjerat lintah darat sering dikaitkan dengan kisah sedih para petani.

Sebagaimana sarjana teknik industri tidak dirujuk menjadi buruh pabrik, begitu juga sarjana pertanian bukan disiapkan menjadi buruh tani. Lulusan sarjana pertanian bisa bekerja di berbagai bidang terkait pangan termasuk eksportir, pabrik makanan dan minuman, bank (khususnya untuk kredit pertanian), lembaga pemerintahan, atau bahkan menjadi pengusaha dengan tanah luas dan mempekerjakan buruh tani, memiliki supermarket organik, pemasok buah atau sayuran untuk hotel berbintang atau restoran kelas atas.

LANGKAH-LANGKAH PENGARAH

Salah satu universitas terbaik di bidang pertanian adalah Universitas Lincoln di Selandia Baru. Universitas yang berawal dari Sekolah Pertanian ini berdiri tahun 1878. Karena kekhususannya, ia pun dijuluki 'universitas darat'. Jurusan Pertanian yang ditawarkan pun lebih dari satu yaitu Sarjana Pertanian, Sarjana Ilmu Pertanian, Sarjana Perdagangan (Pertanian) dan Sarjana Agribisnis dan Pemasaran Pangan.

Bangunan kampus Lincoln University, Selandia Baru
Bangunan kampus Lincoln University, Selandia Baru

Untuk mendukung perkembangan riset di bidang pertanian, Lincoln bahkan mendirikan Lincoln Agritech, sebuah perusahaan di bidang penelitian tingkat 'canggih'. Selain memberikan konsultasi, Agritech juga mengembangkan produk baru seperti misalnya remote sensor gelombang mikro untuk irigasi secara efisien. Dengan teknik ini air hanya dialirkan ke tempat-tempat yang membutuhkan.

Dari, Selandia Baru memang “surga” bagi yang tertarik belajar pertanian. Selain penghasil produk pangan yang besar, petani Selandia Baru dikenal salah satu yang paling efisien di dunia.

Sebagai gambaran, dengan teknologi dan sistem manajemen modern, sebuah peternakan dengan 1.200 ekor sapi cukup ditangani beberapa karyawan. Mereka bahkan tidak mendapat subsidi pemerintah. Negeri berpenduduk sekitar 4,3 juta ini mampu menghasilkan susu yang cukup untuk 60 juta orang per tahun.

dari Lincoln, dalam program Sarjana Pertanian dan Sarjana Ilmu Pertanian, ada empat bidang utama yang harus dikuasai yaitu ilmu tentang tanaman, hewan, tanah, dan manajemen pertanian. Materi pelajaran diberikan dalam kombinasi teori dan teknik terapannya. Selain banyak field trip, mahasiswa wajib praktik kerja selama 28 minggu yang biasanya diambil semasa libur musim panas, misalnya 10 minggu pertama mereka bekerja di pertanian, sedangkan 10 minggu lain bekerja di peternakan sapi, dan 8 minggu terakhir bisa dihabiskan di bidang agribisnis.

Kunjungan pertanian, bagian dari kuliah lapangan
Kegiatan Farm Visits di kebun anggur milik Lincoln University

Memang, selain harus gemar pelajaran kimia, biologi dan matematika (statistik), mahasiswa yang suka kegiatan outdoor pasti akan betah kuliah di sini. Selandia Baru yang dikenal punya lebih banyak domba ketimbang manusia ini dikelilingi pemandangan alam menakjubkan, sangat menarik bagi yang tidak betah berlama-lama di kelas. Dengan melihat langsung praktik penggunaan ilmu dan teknologi canggih di ladang dan peternakan, banyak yang bisa dibawa pulang dan diadaptasikan di negeri sendiri.

Satu tahun lagi dalam program Ilmu Pertanian memberi peluang bagi yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang topik yang diminati agar bisa menjadi spesialis di bidang spesifik. Menurut Guy Trafford, profesor Keberlanjutan Pertanian, pada program “Studi Pertanian Pribadi” mereka bisa meneliti satu perusahaan pertanian tertentu dan membuat analisis sumber daya, sistem manajemen, sistem produksi, manajemen lingkungan, dan performa keuangannya.

CERMIN UNTUK INDONESIA

Salah satu alumni Universitas Lincoln, John Penno, adalah Managing Director dan CEO Synlait Group, perusahaan besar penghasil produk-produk dari susu. Di sini prinsip peternakan modern bertemu dengan metode pengolahan susu yang canggih dan fasilitas kelas satu. Tujuannya untuk menghasilkan aneka produk susu yang terjamin keamanannya dan setiap prosesnya bisa dipertanggung jawabkan.

Irigasi sangat efisien sebab tidak banyak perlu tenaga kerja
Irigasi otomatis sangat efisien sebab tidak perlu banyak tenaga manusia

Jelas, teknologi dan prinsip manajemen modern jadi kunci sukses bidang pengadaan pangan. Coba lihat Brazil yang dulunya importir makanan, sekarang telah menjadi Negara Adidaya Pertanian Global. EMBRAPA (Perusahaan Riset Pertanian Brasil), perusahaan riset pertanian, berhasil menemukan cara untuk menyebarluaskan teknologi, benih baru, teknik memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan produktivitas. Bahkan tanah dengan kandungan asam pun bisa diubahnya menjadi lahan produktif.

Indonesia sesungguhnya punya sejumlah kesamaan, seperti cuaca, iklim, ketersediaan air, dan beberapa komoditas pertanian andalan seperti sayur dan buah. Dengan lahan sangat luas dan keragaman hayati yang lengkap, Indonesia punya potensi menjadi negara agraris yang disegani. Tumbuhnya kelompok dengan penghasilan yang makin besar akan meningkatkan permintaan produk·produk pangan baik dalam volume, variasi, maupun kualitas.

Untuk itu, langkah pertama adalah melenyapkan anggapan bahwa pertanian identik dengan masa depan suram. Langkah selanjutnya adalah menyadari bahwa penguasaan teknologi bisa membawa perubahan besar, bukan hanya bagi para pelakunya saja tetapi juga bagi bangsa. Ini sejalan dengan semboyan yang dicanangkan Lincoln University dalam Rencana Strategisnya: Beri makan Dunia, Lindungi Masa Depan, Hidup dengan baik.

 

Ina Liem

Author and CEO JURUSANKU

@InaLiem

@kompasklass #edukasi

Baca juga artikel Kompas KLASS lanjutannya “Peluang Bisnis di Industri Pangan”.

 

Iklan 2-04

Tentang Penulis

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Dia telah berkonsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (pengarang), pembicara (pembicara publik), dan Konsultan Career Direct Bersertifikat.

3 Komentar

Klik di sini untuk mengirim komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *

*