(Artikel ini mengungkap berbagai daya tarik jurusan Sport Science yang belum banyak dikenal orang. Tulisan Ina Liem ini terbit di KELAS Kompas, Jumat 23 Mei 2014. Semoga menjawab pertanyaan mereka yang punya passion di bidang olah raga tapi juga mencintai sains)
Survei Jurusanku terhadap hampir 6.000 siswa SMA di Indonesia pada 2013 mengungkapkan Olahraga termasuk tiga mata pelajaran favorit.
Beberapa ingin serius menapaki karier di bidang ini, tetapi tidak tahu harus mengambil jurusan apa setelah lulus. Umumnya yang terpikir adalah jurusan Pendidikan Olahraga yang mencetak guru olahraga.
Sesungguhnya ada pilihan jurusan lain yang kariernya terbuka lebar bagi penggemar olahraga untuk berkarier sesuai gairah. Selain Sport Management dan Sport Journalism, ada jurusan Sports Science, yang sayangnya tidak banyak universitas di Indonesia yang menawarkan program tersebut.
Di Inggris, Universitas Liverpool John Moores (LJMU) adalah universitas pertama yang menawarkan program studi Sports Science sejak 1975. Universitas ini memang memfokuskan diri di bidang olahraga, yang hal ini tecermin dari Tom Reilly Building, fasilitas kampus barunya yang bernilai 25 juta pounds. Di dalamnya terdapat laboratorium fisiologi seluas 800 meter persegi dan laboratorium molekuler atau biokimia seluas 100 meter persegi. LJMU juga memiliki klinik saluran pernapasan yang terbuka untuk umum dan klinik fisioterapi untuk pemulihan cedera bagi para atlet olimpiade dan paralimpiade.
Karena sangat fokus, program S-1 Sports Science saja membuka tiga pilihan, yaitu Sports Science, Sains dan Sepak Bola, dan Psikologi Olahraga Terapan. Sementara itu, di tingkat pascasarjana ada lima pilihan yaitu Sport and Clinical Biomechanics, Psikologi Latihan Klinis, Psikologi Olahraga dan Latihan, Psikologi Olahraga, dan Nutrisi Olahraga. Semua jurusan ini masuk dalam Fakultas Sains di bawah School of Sport and Exercise Sciences.
Sports Science adalah program multidisipliner yang membahas empat domain utama dalam olahraga yaitu psikologi, fisiologi, biomekanika, dan biokimia. Keempat bidang ini memainkan peran penting dalam kesehatan dan performa tubuh, khususnya bagi atlet.
Untuk aspek psikologi, ada beberapa kategori yang diajarkan yaitu Brain Behavior, Keterampilan Motorik, Psikologi Kinerja, dan Ketangguhan Mental. Sementara itu, materi fisiologi mengajarkan soal otot, termasuk otot jantung, sedangkan biokimia banyak membahas nutrisi terkait performa atlet. Lalu ada biomekanika yang mempelajari pergerakan manusia, khususnya di bidang olahraga, yang tidak hanya demi peningkatan performa atlet, tetapi juga pencegahan cedera.
Peran tim sains
Menurut seorang akademisi di LJMU, Dr Graeme Close, peran tim sains dalam olahraga sangat penting. Pentingnya biomekanika terbukti dari kasus Andrew Flintoff, atlet kriket Inggris yang terpaksa pensiun di usia muda akibat cedera punggung. Kesalahan teknik biomekanika di pihak sang atlet seharusnya bisa dihindari jika melibatkan ahli ilmu olahraga di dalam timnya.
Demikian halnya dengan nutrisi. Jenis olahraga tertentu memerlukan nutrisi khusus, begitu juga penguatan bagian tubuh tertentu membutuhkan nutrisi tertentu. Bahkan, Pola makan bagi para atlet juga berbeda ketika pertandingan diadakan pada cuaca panas atau cuaca dingin, dan pagi hari atau di siang hari. Kondisi tiap atlet pun harus dipahami oleh seorang ahli ilmu olahraga.
Ada contoh kasus menarik, kata Dr. Menutup, pernah ada atlet yang alergi terhadap makanan berbasis gandum, padahal gandum semacam makanan “wajib” bagi atlet. Performa sang atlet bisa sangat dipengaruhi apa dan kapan mereka makan. Karenanya faktor nutrisi bisa sangat menentukan.
Karena menyangkut manusia, anggota ilmu olahraga harus memiliki keterampilan orang. Pendekatan personal terhadap atletnya diperlukan. Saran-saran nutrisi tidak hanya disampaikan lewat presentasi formal, tetapi juga lebih efektif lewat pendekatan personal, misalnya dengan mengobrol sambil makan siang dengan sang atlet.
Di Inggris, jurusan-jurusan seputar olahraga banyak diminati. Di tiap angkatan program Bachelor of Sports Science di LJMU, jumlah mahasiswanya 225–250 orang. Bahkan, di tingkat S-3, peminatnya 30–40 orang tiap tahun. Beberapa di antara mereka adalah atlet. Seorang alumnus yang juga juara senam tingkat dunia dan Eropa, Tweddle apa, menjalani kuliah di sini dan sekaligus memiliki karier gemilang di bidang olahraga.
Ini harus diperhatikan, kini sport tidak hanya mengolah raga, tetapi juga industri tontonan beromzet luar biasa. Banyak klub olahraga memang sudah menjadi komoditas yang dilirik sebagai investasi untuk diperjualbelikan. Jadi, ini industri yang bisa mendatangkan profit sangat besar.
Karena industrinya sangat besar, lulusan jurusan ini biasanya tidak kesulitan mendapat pekerjaan. Sekitar 80 persen alumni LJMU mendapat pekerjaan sesuai bidangnya dalam tempo 2 bulan setelah lulus.
Umumnya, bekerja di tim sepak bola adalah impian sebagian besar lulusannya. Namun, lingkup lapangan kerjanya cukup luas. Mereka bisa bekerja bersama atlet, pelatih olahraga, dan badan-badan pemerintah untuk meningkatkan performa atlet. Mereka juga diterima di klub-klub olahraga yang mulai menjamur akhir-akhir ini karena olahraga sudah jadi gaya hidup masyarakat modern. Tidak hanya itu, mereka juga berkarier di komunitas yang mempromosikan gaya hidup sehat.
Bahkan, rumah sakit atau klinik, terutama yang menangani cedera olahraga, termasuk tempat mereka berkiprah sebagai tenaga nonmedis. Setelah sempat menjadi atlet rugbi profesional, Dr Graeme Close pernah berkutat selama 8 tahun di laboratorium fisiologi rumah sakit sebelum menjadi akademisi.
Bukan itu saja, peluang menjadi pengusaha di bidang kesehatan dan olahraga terbuka lebar bagi lulusan sports science. Begitu juga menjadi konsultan bagi klub-klub olahraga pencetak juara.
Baca lanjutannya disini
Ina Liem
Penulis dan CEO Jurusanku.com
@InaLiem
@kompasklass #edukasi
Tambahkan komentar