Kompas Articles

Bekal Akademik bagi Pengambil Keputusan

flinders1
(Tulisan karya Ina Liem ini adalah lanjutan dari artikel “Meretas Batas Penyandang Disabilitas” tentang jurusan Disablity Studies yang dimuat di KELAS Kompas edisi Jumat, 2 Mei 2014)

Menurut dekan Faculty of Medicine, Nursing, and Health Sciences dari Flinders University, Caroline Ellison PhD, sarjana bidang apa pun bisa meningkatkan daya saing dengan menempuh program tersebut.

 

Dengan wawasan baru, mereka mampu mengatasi simpang siurnya pembagian tugas antardepartemen di pemerintahan, misalnya antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, maupun Kementerian Pekerjaan Umum. Jadi, kebijakan, perencanaan pembangunan dan proyek, tata kota, pekerjaan umum, pendidikan dan kesehatan akan semakin ramah bagi difabel.

Basri, seorang penyandang tunanetra, kesulitan mendapatkan layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jakesmas) karena ia tidak punya KTP. Ia juga tidak tahu cara mendaftarkan diri. Pihak petugas kesehatan mengatakan, “Soal KTP itu urusan Kemendagri, bukan urusan kami. Jalan buntu bagi Basri.

Begitu juga jalan menuju rumah sakit atau klinik yang tidak ramah bagi penyandang tunanetra maupun pengguna kursi roda. Akses menuju layanan kesehatan ternyata belum didukung Kementerian PU. Jalan buntu lagi.

Tak heran kalau seorang peserta pada Pertemuan Nasional Penderita Cacat Penglihatan menyimpulkan, Indonesia perlu memiliki Kementerian Bagi Kaum Difabel. Kalau kita punya Menteri Urusan Wanita, mestinya kita juga perlu menteri yang menangani semua isu terkait disabilitas.

Materi pokok dan peminatan

Salah satu mata kuliah utama di tingkat ini adalah Disability: Individual, Family and Society. Materinya menelaah secara mendalam dunia disabilitas, riwayat dan dampaknya bagi si penyandang, keluarga, komunitas sekitarnya dan masyarakat secara umum. Juga ada wawasan tentang perkembangan layanan di seluruh dunia, gerakan pembelaan hak-hak kaum difabel, serta berbagai isu peralihan menuju kemandirian, pilihan gaya hidup, dan pemberdayaan.

Selain mata kuliah wajib, ada lebih dari 10 topik pilihan yang bisa dijadikan peminatan dalam program master ini.

Sebagai contoh, bagi yang berminat pada penanganan anak dengan masalah tumbuh-kembang, mata kuliah Early Intervention for Children with Developmental Delays mengajarkan cara-cara mengenali dan menangani anak dengan pertumbuhan lambat.

Disability-(Flinders)3sebuah

Sementara itu, mata kuliah pilihan Autism Spectrum Disorder: Theory and Practice membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang problema yang makin banyak dihadapi masyarakat saat ini.

Ada lagi materi Transition from School to Adult Life for Students with Disabilities yang akan mengantar anak berkebutuhan khusus memasuki dunia orang dewasa setelah selesai masa sekolah. Tanpa dukungan pemahaman yang benar, peralihan ini akan terasa sangat berat, atau bahkan dalam kasus tertentu, mustahil. Padahal, tidak sedikit kaum difabel yang berpotensi menyumbangkan karyanya bagi masyarakat.

Mata kuliah Rehabilitation and Learning Following Acquired Brain Injury sangat terasa manfaatnya ketika menangani problema cedera otak. Kasus ini tidak hanya menimpa anak-anak. Kecelakaan pada orang dewasa pun bisa berakibat sama dan memerlukan pemulihan semestinya.

Bagi yang tertarik untuk merancang program pengembangan dan evaluasi terhadap suatu program, layanan, atau fasilitas bagi kaum difabel yang sudah ada, bisa memilih mata kuliah Design and Evaluation of Disability Programs. Tujuannya agar mahasiswa mampu mengkritisi kondisi yang belum sempurna dan mengajukan usulan program perbaikan yang memadai.

flinders4

Faisal Rusdi, pendiri Bandung Independent Living Center, mengadakan Wisata Jakarta Tanpa Halangan sebagai bentuk seruan penyandang disabilitas kepada pemerintah dan masyarakat. Puluhan difabel dan keluarganya berwisata ke Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Pekan Raya Jakarta, dan Universitas Indonesia dengan menumpang kendaraan umum bus transjakarta, kereta, dan kereta rel listrik. Inisiatif cerdas ini untuk mengingatkan petugas, pemerintah, dan masyarakat bahwa masih banyak hambatan bagi kaum difabel karena fasilitas dan lingkungan yang tidak mendukung (Kompas, 1 April 2014).

Bagi penanggung jawab layanan publik, mata kuliah Legal, Ethical and Administrative Dimensions of Disability Services sangat relevan. Mereka yang bekerja di rumah sakit, lembaga pendidikan, tempat hiburan, transportasi, sampai rumah ibadah, akan memahami perlunya menciptakan perubahan.

Masih banyak materi lain untuk memahami fenomena disabilitas dari berbagai aspek. Bukan teori saja, kesempatan praktikum dan aplikasi praktisnya juga diberikan selama kuliah.

Alangkah indahnya kalau banyak profesional memiliki pengetahuan memadai di bidang ini. Pemerintah, komunitas, dan pihak yang peduli tidak lagi hanya mengandalkan niat baik, tetapi lebih pada profesionalisme berbasis keahlian. Dari merekalah kita bisa mengharapkan perubahan dan perbaikan. Dengan demikian, bukan hanya difabel yang diuntungkan. Negara pun semakin tangguh karena potensi setiap warganya tergali dan dikembangkan secara optimal.

Ina Liem

Penulis dan CEO Jurusanku.com

@InaLiem

@kompasklass #edukasi

Iklan 2-04

Tentang Penulis

Ina Liem

Ina Liem

Ina Liem sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendidikan di luar negeri. Dia telah berkonsultasi, seminar, dan presentasi di hadapan puluhan ribu pelajar dan orang tua murid di banyak kota dan di beberapa negara tetangga. Selain menjadi Kontributor rubrik EDUKASI di KOMPAS KLASS, Ina adalah penulis (pengarang), pembicara (pembicara publik), dan Konsultan Career Direct Bersertifikat.

Tambahkan komentar

Klik di sini untuk mengirim komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *

*