Menurut Andi Boediman, Direktur Sumber ide, sebuah lembaga pendanaan startup terkenal, ide bukan yang paling penting.
“Bila seseorang mengaku punya ide bisnis cemerlang, umumnya ide itu sudah pernah dicoba orang lain, dan gagal”, dia berkata. Bisnis justru harus berangkat dari masalah. Ada proses panjang sebelum kita sampai pada ide bisnis dan modelnya.
Masih banyak anak muda mengawali bisnis dari ide. Mereka merasa ide mereka hebat dan kreatif. Namun ketika dijadikan bisnis, tak sedikit yang kandas sebelum mengembalikan ibu kota. Selain menghamburkan uang, tidak sedikit dari mereka yang menyerah dan tidak ingin mencoba lagi. Fakta ini lah yang mendorong JURUSANKU untuk berbagi ilmu sedikit.
Bertempat di Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan, JURUSANKU bekerja sama dengan Badan Riset & Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) sukses mengadakan Lomba dan Workshop Kewirausahaan di sektor kelautan dan perikanan. Dihadiri sekitar 500 rakyat, event ini berlangsung dari pagi hingga sore pada Sabtu 12 Oktober 2019 lalu.
Dimentori oleh Anton MB, CEO Krya.id, yang sudah malang melintang di beberapa negara Asia, Workshop berlangsung seru tapi santai. Total ada 264 peserta dari berbagai penjuru, antara lain Banten, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogya, Surabaya, Malang, Denpasar, dan lain-lain. Mereka berasal dari tingkat SMA dan perguruan tinggi.
Salah satu tahapan yang harus dilalui adalah tahap berempati. Pada tingkat ini, banyak yang kesulitan menguraikan pendapat dan perasaan mereka jika berada dalam situasi tertentu. Akibatnya, banyak ide bisnis tidak menjawab masalah yang dirumuskan sebelumnya.
Kesalahan lain, masih banyak yang rencana bisnisnya tidak punya fokus. Akan lebih pas jika memilih satu yang paling mendesak untuk ditawarkan sebagai solusi.
Dari 54 kelompok, ada 9 yang terpilih untuk melakukan presentasi di depan juri. Enam orang juri yang terdiri dari unsur praktisi, dosen, dan mentor bisnis menguji tiap team dengan pertanyaan-pertanyaan tajam. Bukan hanya ide bisnisnya saja yang dikuliti. Proses berpikirnya juga harus sistematis dan masuk akal.
Akhirnya, juri memilih tiga team pemenang. Pemenang pertama adalah team dengan ide bisnis yang diberi nama D-FOIL, singkatan dari Diversified Fish OIL. Selain ide produknya menarik dan bisa diwujudkan, proses berpikirnya pun benar. Keuntungan lain, D_FOIL mengangkat isu lingkungan hidup (prinsip Zero-Waste) karena bahan baku minyak ikannya diambil dari jeroan ikan yang umumnya dibuang sebagai limbah.
Keseluruhan, acara berlangsung seru. Peserta bekerja di lantai berkarpet dengan posisi santai. Karena jumlah team sangat banyak, setiap fasilitator harus memonitor beberapa team sekaligus. Menarik, semua peserta berdiskusi dan berkolaborasi dengan sangat serius. Setiap orang aktif menyumbangkan gagasan.
Namun masih ada yang di luar ekspektasi. Sebagian besar peserta masih memiliki mindset bertanding. Mereka datang untuk menang. Jadi ketika teamnya tidak dipanggil juri, mereka tidak merasa perlu mengikuti acara sampai akhir. Mereka memilih pulang.
Padahal, mereka bisa belajar banyak dari presentasi team lain dan pertanyaan dewan juri yang menohok. Pemahaman baru akan membentuk mindset kewirausahaan. Cinta, mereka pulang tanpa mengetahui mengapa mereka tidak dipilih. Bisa jadi, tahapan design thinking yang diajarkan selama workshop pun belum dicerna dengan baik.
Memang, tidak mudah jadi pengusaha. Selain punya ambisi dan pendapat sendiri (pikiran mandiri), seseorang juga perlu terbuka terhadap ide dan karya orang lain. Intinya, mau belajar dari orang lain sambil mengkritisi karya sendiri, dan terus belajar untuk melakukan perbaikan.
Bagi pengusaha, tidak ada proses yang selesai. Tak salah jika di buku "Dunia itu datar", Thomas Friedman menganjurkan agar kita selalu merasa sebagai ‘produk belum jadi’ jika tidak ingin digilas perubahan zaman. “Saya sedang dalam proses”, dia berkata.
Melihat minat yang besar, kami tergoda uituk membuat workshop lagi, tapi dengan saringan lebih ketat, sesi yang lebih lama, dan proses perencanaan bisnis lebih detail dan lengkap. Jika proses ala design thinking seperti ini makin merata di kalangan anak muda, akan lahir pengusaha-pengusaha baru dengan solusi jitu di aneka sektor, bukan sekedar kuliner atau fashion.
Tambahkan komentar