Kurikulum 2013 masih menyisakan tanda tanya besar, terutama di kalangan para orang tua murid. Ini tampak dari banyaknya pertanyaan selama Pertemuan Orang Tua/ Wali Siswa Kelas X, SMA Santo Yusup, Malang (HUA-IND), yang diadakan di rumah retret Sawiran, Nongkojajar, sejak Kamis 11 Juli hingga Minggu 14 Juli 2013 yang baru lalu.
Memang, kebingungan selalu menyusul sesuatu yang baru. Selama ini siswa masuk ke jurusan IPA atau IPS di kelas XI. Namun, dengan Kurikulum 2013 ini mereka harus sudah menentukan peminatan yang akan diambil sejak kelas X. Kesalahan informasi atau kurangnya wawasan bisa menyulitkan orang tua dalam mendampingi anaknya menentukan pilihan ini.
Untuk itu pihak sekolah mengundang Ina Liem dari Jurusanku.com untuk memberikan seminar seputar tujuan sekolah, jurusan, dan gambaran peta karir di masa depan. Udara sejuk di Sawiran membuat seminar hampir berlangsung 3 jam ini tidak terasa melelahkan.
Selama ini ada anggapan bahwa jurusan IPA lebih aman buat mereka yang nilainya mencukupi, sebab dari sini mereka bisa kuliah di jurusan apa saja. Paradigma ini tidak sepenuhnya bisa dipertahankan. Dalam seminar dua gelombang yang dihadiri sekitar 400 an orang tua murid ini, Ina Liem mengajak para orang tua untuk “mata terbuka” bahwa jurusan diluar IPA juga menyimpan potensi yang besar untuk sukses di berbagai macam karir.
WAKTU TELAH BERUBAH
Dengan gayanya yang terkadang kocak, Ina membeberkan banyak contoh karir cemerlang di abad XXI ini yang dibangun dari jurusan-jurusan kurang populer, dan kebanyakan dari non-IPA. Ketika mendengar contoh sebuah karir pembuat video bawah laut yang karyanya dihargai ratusan juta, para peserta (terutama para bapak) berdecak kagum keheranan. Memang, ada banyak karir baru yang masih asing bagi generasi tua yang terbiasa dengan anggapan hanya dokter dan insinyur yang paling top.
Kesalahan memilih jurusan akibat salah persepsi atau gara-gara rumor juga mendapat sorotan tajam dari Ina. Setelah mendapat penjelasan gamblang tentang salah satu jurusan yang sering dianggap tidak bermasa depan, seorang ibu dari luar Jawa mengaku akan meminta maaf kepada anaknya karena telah memaksanya untuk tidak memilih jurusan tersebut. Selama ini ia telah terbawa arus pendapat umum yang tidak berlandaskan fakta. Dari, anak memang sering salah memilih, tetapi orangtua juga tidak selalu benar. Ibu ini benar-benar perlu mendapatkan acungan jempol karena jiwa besarnya.
INFO PENDIDIKAN HARUS OBYEKTIF
Memang, harus diakui, amat banyak kasus salah jurusan terjadi akibat kurangnya informasi berimbang dan obyektif. Internet menyediakan begitu banyak informasi yang bisa diakses setiap saat. Tapi tidak semua informasi pendidikan di sebuah situs pasti dijamin benar dan jujur. Ada yang menulis info di internet atas dasar pendapat pribadi, ada pula yang dibuat dengan riset terbatas dan tidak mendalam. Tanpa kemampuan memilah-milah, bisa saja yang kita peroleh sama dengan rumor yang beredar di sekitar kita.
Selain pengenalan tentang berbagai jurusan dan peta karir, Ina Liem juga menekankan perlunya pengenalan diri. Menyerahkan keputusan soal jurusan kepada orang tua saja mungkin bukan sikap yang bijak mengingat sudah sangat pesatnya perubahan di dunia kerja dan profesi abad ini. Tetapi membebaskan anak sepenuhnya dalam memilih jurusan juga kurang tepat karena pada umumnya anak belum mengenal betul siapa dirinya. Pendampingan dari pihak sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan, tetapi identifikasi potensi anak melalui test yang obyektif juga bisa sangat membantu.
BERHARAP DARI KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 memang masih asing bagi banyak orang, bahkan tidak sedikit guru yang masih belum siap 100%. Tapi kalau dilihat segi positipnya, konsep baru ini memberi peluang lebih besar kepada anak untuk mengembangkan banyak potensi dirinya. Bagaimana tidak, disamping mata pelajaran yang telah diatur sesuai dengan minatnya, setiap anak bisa memilih sendiri mata pelajaran lintas peminatan yang sesuai dengan minatnya meskipun tidak terkait langsung dengan jurusan nya.
Ada peserta seminar yang bertanya: “Anak saya ingin masuk kedokteran tetapi di SMA ia ingin masuk IPS”. Kurikulum baru ini bisa menjawab masalah ini sebab siswa yang masuk kelompok Ilmu-ilmu Sosial (dulu IPS) bisa mengambil mata pelajaran Biologi yang nantinya diperlukan di jurusan Kedokteran.
Begitu pula mereka yang mereka yang masuk peminatan Matematika & Ilmu pengetahuan Alam (dolu IPA) namun sangat tertarik pada sejarah atau kebudayaan akan terpenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian, seorang anak yang memang sudah punya gambaran tentang bidang studi dan pilihan karir masa depannya akan sangat diuntungkan oleh kurikulum ini.
Tetapi, bagi yang masih diliputi keraguan dan tanda tanya, pendapat pihak yang ahli di bidangnya bisa menyingkirkan semua kegalauan ini.
Tidak mengherankan jika di penghujung seminarnya Ina mendapat banyak pertanyaan dari peserta dan permintaan akan konsultasi lanjutan dalam kelompok kecil dan secara pribadi. Bahkan para orang tua yang berasal dari beberapa daerah di luar Jawa sudah “pemesanan” seminar dan konsultasi di kota mereka masing-masing.
INFORMASI ADALAH KEKUATAN
Kurikulum 2013 memang masih misterius bagi kalangan tertentu. Namun dengan pemahaman yang benar serta ditunjang pengetahuan luas mengenai prospek jurusan dan karirnya, rasanya tidak ada yang perlu dikawatirkan secara berlebihan.
Faktanya, ketepatan memilih jurusan dan mata pelajaran lintas jurusan pada setiap siswa selama SMA bisa membentuk generasi muda yang unik, tidak seragam, dengan kombinasi keterampilan dan pengetahuan yang berbeda. Dengan demikian anak-anak kita bukan sekedar fotokopi dari orangtuanya atau versi jiplakan orang lain. Bukankah pendidikan memang sudah semestinya mencetak pribadi-pribadi yang unggul karena keunikannya bisa dikembangkan secara maksimal?
bagus juga sebenarnya kurikulum 2013 ini. tapi sayangnya per hari ini mendikbud akan menghentikan kurikulum tersebut.. semoga ada penggantinya yang lebih baik dan bisa mendidik generasi penerus bangsa
Setuju.
setuju sekali sih.. orang tua masih banyak yang hanya mengetahui pilihan profesi dan karir yang itu itu saja sejak dulu, sementara di abad ke 21 ini banyak pilihan karir lain yang potensial skill skill yang dulu belum dibutuhkan ternyata sekarang dibutuhkan, dan ini adalah peluang kerja baru