Dulu kepandaian seseorang diukur dari IQnya. Yang ber IQ tinggi diyakini sebagai sosok cerdas sedangkan yang berIQ rendah otomatis dapat cap sebaliknya.
Namun nyatanya, banyak pelajar yang semasa sekolah dicap tidak pandai malah lebih sukses dalam karir dan profesinya dibandingkan rekan-rekannya yang konon ber IQ lebih tinggi. Kini, era ‘IQ rendah= tidak pintar’ sudah lewat sebab kecerdasan tidak lagi hanya diukur dari IQ.
…the monopoly of those who believe in a single general intelligence has come to an end.” (Gardner, 1999a, p.203)
Tahun 1983 Howard Gardner menulis buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Gardner adalah profesor psikologi di Harvard Graduate School of Education. Ia mengemukakan bahwa kecerdasan bukan kemampuan tunggal melainkan beberapa kemampuan intelektual yang relatif tak terkait satu sama lain. Semula dalam teori Kecerdasan Majemuknya, ia mengajukan 7 jenis kecerdasan yakni,
- Kecerdasan logis-matematis, yaitu kemampuan mendeteksi bermacam pola atau prinsip-prinsip dasar sebab akibat, berpikir logis, berpikir dengan abstraksi dan angka, bernalar secara deduktif dan menyelesaikan operasi-operasi matematis. Mereka bisa diajar melalui permainan logika, investigasi, dan teka-teki. Mereka biasanya belajar dengan melihat konsep dasarnya lebih dulu sebelum menyentuh detailnya.
- Kecerdasan verbal-linguistik, yaitu kecerdasan yang meliputi penguasaan bahasa lisan dan tulis untuk mengungkapkan diri atau mengingat bermacam hal. Orang dengan kecerdasan verbal-linguistik tinggi biasanya mahir membaca, menulis, bercerita dan mengingat kata-kata dan tanggal. Mereka belajar dengan baik jika didorong mengucapkan dan melihat kata-kata dan membaca buku. Alat bantu seperti computer, games, multimedia, buku, alat perekam, dan pelajaran dimana si pengajar banyak berbicara. Dua jenis kecerdasan ini diukur dalam test IQ dan sering tercermin dalam kegiatan akademik di sekolah.
- Kecerdasan spasial, yakni kemampuan mengenali dan memanipulasi pola-pola di ruang yang luas seperti yang terlihat pada kemampuan para pilot atau navigator. Selain itu, kecerdasan ini juga berkenaan dengan kemampuan mengenali dan memanipulasi ruang-ruang terbatas seperti terdapat pada para pematung, arsitek, atau juara catur. Kecerdasan jenis ini juga mudah dikenali ketika seorang arsitek sedang memvisualisasikan sebuah rancangan bangunan.
- Kecerdasan musikal, yakni kemampuan mengenali suara dan menyusun nada, irama, dan berbagai pola dan menggunakannya untuk tampil atau membuat komposisi musik. Orang yang tinggi kecerdasan musikalnya biasanya menangkap pelajaran dengan baik lewat ceramah atau mendengarkan lagu atau musik. Alat yang bisa membantu proses belajarnya misalnya instrument musik, music itu sendiri, radio, stereo, CD-ROM, multimedia.
- Kecerdasan kinestetik, yakni kemampuan menggunakan bagian-bagian tubuh atau seluruh tubuh untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk baru. Para atlit, penari, actor, polisi, tentara, dokter bedah dan pengrajin cenderung punya kemampuan tinggi di jenis kecerdasan ini. Mereka suka menggambar, bermain jigsaw puzzles, membaca peta, berangan-angan (daydream). Mereka belajar lebih efektif melalui gambar, atau bentuk-bentuk dengan memakai model, grafis, diagram, foto, gambar tangan, model 3 dimensi, video, TV, multimedia, buku teks bergambar.
- Kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan yang menunjukkan kemampuan mengenali maksud, perasaan, mood, temperamen dan motivasi orang lain. Mereka belajar lebih efektif melalui kegiatan kelompok, seminar, dan dialog. Orang yang menonjol pada jenis kecerdasan ini mampu bekerja dalam kelompok dengan baik (team player) dan bisa memilih bidang kerja seperti misalnya tenaga penjualan, pengajar, pemimpin umat, manajer, pekerja sosial, konselor atau politik.
- Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri. Orang yang punya kecerdasan intrapersonal tinggi mampu mengenali kekuatan dan kelemahannya, apa yang membuatnya unik, dan mampu memprediksi reaksi atau emosinya sendiri. Jadi mereka bisa memakainya untuk memecahkan berbagai masalah dan mengatur hidupnya sendiri dengan baik.
Kemudian di tahun 1998 Gardner mengajukan 3 jenis kecerdasan lain,
- Kecerdasan naturalis, yakni kemampuan mengenali dan mengelompokkan berbagai spesies, baik flora maupun fauna, batuan, jenis-jenis pegunungan yang ada di lingkungannya. Kecerdasan ini sangat bermanfaat di masa lalu ketika manusia hidup dari berburu dan bercocok tanam. Kini kemampuan ini diperlukan di kalangan ahli botani, chef, dan lain-lain.
- Kecerdasan spiritual – eksistensial (Gardner tidak terlalu yakin mengajukan jenis Spiritual dan Eksistensial ini sebagai kecerdasan)
Jadi jelas, tiap orang punya kombinasi kecerdasan yang berlainan satu sama lain. Bahkan dua anak kembar identik pun tidak mungkin punya tingkat yang sama di tiap jenis kecerdasannya.
Tidak sedikit anak istimewa jadi korban system sekolah yang hanya mengukur kecerdasan bahasa dan logika matematika. Ini seperti menyuruh gajah, kelinci, buaya, burung dan monyet memanjat pohon. Yang berhasil diberi predikat ‘hebat’ dan yang gagal dianggap tidak kompeten. Tentu saja hanya monyet yang lulus ujian. Yang lain dinilai lemah sebab mereka tidak diuji di bidang kelebihan masing-masing.
Teori Gardner ini sekaligus mengajak pendidik dan orang tua untuk lebih memperhatikan anak sesuai keunggulan unik masing-masing. Tidak ada lagi anak bodoh, sebab yang lemah di satu atau dua jenis kecerdasan mungkin sangat istimewa pada jenis-jenis kecerdasan yang lain. Kisah Michael Ifianto bisa menjadi contoh pas.
Teori Multiple Intelligences ini telah melahirkan banyak macam psiko tes, mulai dari yang sederhana dengan jenis pertanyaan seperti quiz di majalah sampai yang serius dan canggih yang mahal. Yang perlu diingat adalah jangan menganggap psiko tes seperti ramalan nasib. Test Kecerdasan Majemuk ini hanya sekedar memberi gambaran peta kecerdasan seseorang.
Kombinasi berbagai jenis kecerdasan yang menonjol perlu dikonsultasikan kepada ahlinya. Misalnya seseorang menonjol pada kecerdasan bahasa, interpersonal, dan intrapersonal, namun sangat lemah di musik, spasial, kinestetik, dan logika matematika. Sekilas anak ini tidak punya keistimewaan sebab jenis kecerdasannya yang menonjol tidak muncul di rapor sekolah. Padahal pribadi dengan kombinasi kecerdasan seperti ini justru bisa sangat sukses di bidang yang tak terpikirkan saat sekolah seperti misalnya di bidang penjualan atau bisnis.
Pertanyaan: Kalau tiap siswa punya kombinasi kecerdasan yang unik, logiskah memilih jurusan yang itu-itu saja?
Sumber:
Howard Gardner – American Psychologist and Educator
Theory of multiple intelligences
Multiple Intelligences
tes123
sudah saya cross chek..dengan sumber aslinya, meskipun tidak berupa alih bahasa langsung, namun penjelasn ini cukup jernih untuk disampaikan. dalam bahasa Indonesia. Trims saya rujuk untuk tullisan saya..
Monggo. Silakan.
sangat mudah dipahami, saya izin untuk membuat media pembelajaran melalui tulisan ini.
Silakan