Jurusan Matematika termasuk jurusan yang banyak dihindari pelajar di Indonesia sekalipun matematika adalah salah satu pelajaran favorit. Dalam kuliah umumnya, Ina Liem membeberkan berbagai mitos yang salah tentang jurusan ini. Ia tidak hanya menunjukkan kesalahan persepsi publik, tapi juga menyajikan banyak bukti dari berbagai sumber terpercaya tentang besarnya peluang karir bagi sarjana Matematika, baik di dalam maupun di luar negeri.
[id youtube=”wwwWki9_jCFc” tinggi =”430″ lebar=”710″]Jurusan Matematika di Universitas Sanata Dharma sering menyelenggarakan seminar seputar karir setelah lulus. Banyak tokoh sukses dari bidang ini dihadirkan untuk berbagi pengalaman dan memompa semangat mahasiswa di jurusan yang masih dipandang sebelah mata ini.
Yang agak mengejutkan tapi sekaligus membanggakan, Ina Liem dari JURUSANKU mendapat kehormatan untuk berbicara di depan para mahasiswa ini. Padahal ia bukan sarjana matematika. Mungkin pihak fakultas ingin menyajikan pandangan yang berimbang tentang prospek karir sarjana Matematika menurut versi orang di luar bidangnya.
MELAWAN MITOS
Dari berbagai pertanyaan, komentar dan testimonial para peserta, ternyata di abad 21 inipun mitos bahwa jurusan ini cuma mencetak guru masih dominan. Memang, harus diakui, iklan lowongan pekerjaan di media sangat jarang menyebut jurusan ini sebagai syarat penerimaan. Akibatnya, publik menganggap dunia bisnis dan manufaktur bukan lahan bagi lulusan Matematika.

Dalam presentasinya, Ina Liem berusaha membuka wawasan peserta lewat berbagai bukti tentang besarnya peluang sarjana Matematika di dunia industri dan bisnis masa kini. Beberapa nara sumber dihadirkan lewat video clipsnya. Mereka semua menyayangkan kelirunya anggapan selama ini.
PELUANG BACA
Salah satu nara sumber yang ditampilkan lewat video adalah Tiara Mustika Ayu, staf Human Resources Development sebuah perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Dengan sangat jelas ditegaskan bahwa perusahaannya sering kesulitan mencari lulusan Matematika karena jumlah pelamarnya sedikit. Padahal mereka sangat diperlukan untuk Market Research dan Pengendalian Proses Produksi.
Nara sumber lainnya adalah Denny Tjahjanto Ph.D, seorang peneliti yang kini bekerja di Swedia. Senada dengan Tiara, Denny pun menceritakan besarnya peluang lulusan Matematika, khususnya yang bergelar S2, untuk diterima bekerja di Eropa. Alasannya sederhana. Memang ada kekurangan energi di bidang ini. Dari dulu sarjana di bidang STEM (Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika) selalu menempati tingkat gaji tertinggi di negara-negara maju.

Denny menambahkan bahwa sekarang yang banyak dibutuhkan adalah Matematika Terapan (Matematika Terapan). Bagi yang beruntung mendapatkan beasiswa untuk mengambil S2 di sana, dianjurkan mengambil spesialisasi ini. Kini makin besar peluang sarjana kita yang mendapat pekerjaan di negara-negara Eropa. Dari 5 sarjana Indonesia, 3 sampai 4 orang diterima kerja. Bagi yang punya semangat untuk studi lanjutan, kini banyak beasiswa yang tersedia.
GELAR SAJA TIDAK PERNAH CUKUP
Namun menjadi sarjana saja bukan jaminan bisa diterima bekerja di perusahaan yang baik. Ina Liem mengingatkan perlunya soft skills. Banyak pelamar gagal di tahap interview hanya karena lemah dalam hal attitude (sikap). Kemampuan berkomunikasi dan sikap professional seringkali jadi ganjalan. Berbagai ketrampilan sosial (keterampilan orang) perlu dikembangakan selama kuliah agar tidak kaku saat bekerja.

Dengan diberlakukannya globalisasi tenaga kerja di negara-negara ASEAN tahun 2015, para mahasiswa harus menyiapkan diri dengan lebih giat karena persaingan akan semakin berat. Selain penguasaan bahasa asing, kemampuan beradaptasi dengan kultur lain (Ketangkasan Global) menjadi syarat mutlak.

ORIENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Menurut Aris Dwiatmoko, salah seorang dosen senior, jurusan Matematika Universitas Sanata Dharma sudah mulai menyiapkan diri mencetak sarjana matematika industri mengingat permintaan dunia kerja yang kian tinggi. Pengajar Statistika yang juga pelukis handal ini memang serius memikirkan kemana para mahasiswa perlu diarahkan. Ini bukan lantas berarti bahwa Matematika Murni tidak diperlukan lagi. Namun perguruan tinggi memang harus selalu ‘mendengar’ kebutuhan dunia kerja agar tidak sia-sia pengajaran yang diberikannya.
Mengirim tenaga pengajar ke luar negeri untuk studi lanjut adalah salah satu langkah kongkritnya. Salah satu dosennya, Hartono Ph.D, belum lama ini meraih gelar doktornya di bidang Matematika Industri. Pria ramah yang pintar memberi penjelasan ini menjadi salah satu harapan mahasiswa yang berorientasi karir di bidang industri manufaktur atau riset industri. Pelan tapi pasti, orientasi semacam ini tentu akan mengikis anggapan umum bahwa sarjana Matematika sulit cari kerja di luar bidang pendidikan.

Keseluruhan, acara berlangsung sangat baik. Sekalipun jumlah peserta sekitar 500 rakyat, ketertiban sangat terkendali. Salut untuk panitia penyelenggara yang mampu mengatasi kelelahan peserta dengan menyuguhkan live music yang apik sebagai selingan. Bukan itu saja. Mereka juga menunjuk Gigih Adiguna sebagai moderator acara. Gigih adalah alumnus jurusan Matematika merangkap seorang Comikrofon alias Komedian Berdiri, sebuah perpaduan sempurna dari dua dunia yang seolah berseberangan.
Ketika kita memilih sebuah jurusan, yg seharusnya kita pikirkan adalah sesuai tidaknya jurusan itu ke kita atau prospek kerjanya setelah lulus? mohon penjelasannya
Sebaiknya memang pilih yang sesuai dengan bakat, minat dan nilai-nilai pribadi, apalagi kalau prospek kerjanya bagus. Tapi demi tanggung jawab terhadap masalah keuangan pribadi atau keluarga, bisa saja seseorang memilih jurusan yang kelak berpenghasilan besar. Tapi risikonya, mungkin saja ia tidak begitu happy menjalani perkuliahannya. Melakukan sesuatu tanpa passion biasanya sulit menghasilkan karya dan prestasi besar.